Anda di halaman 1dari 10

1

HAND OUT
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LOUNDRING)
UU NO. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang
(Sigid R)
A. Dampak tindak pidana pencucian uang (kriminalisasi pencucian uang) :
1. Mempersulit pelacakan dan penyitaan uang hasil kejahatan.
2. Merongrong sektor swasta yang sah.
3. Merongrong integritas pasar keuangan.
4. Hilangnya kontrol terhadap kebijakan ekonomi pemerintah.
5. Timbul distorsi ketidak stabilan ekonomi.
6. Mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak.
7. Membahayakan privatisasi perusahaan pemerintah.
8. Rusaknya reputasi negara.
9. Menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

B. Pencucian Uang
Pencucian uang adalah perbuatan orang atau korporasi yang memperoleh sejumlah uang
yang berasal atau patut diduga berasal dari tindak pidana tertentu (predicate/core
crime/principle violater) yang sekitar 27 jenis perbuatan pidana seperti, Korupsi,
penyuapan, peyelendupan (barang, tenaga kerja Imigran), bidang perbankan, bidang
pasar modal, bidang asuransi, narkotika, psikotropika, perdagangan (manusia, senjata
gelap), penculikan, terorisme, pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang,
perjudian, prostitusi, bidang perpajakan, bidang kehutanan, bidang lingkungan hidup,
bidang kelautan, dan tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara paling
sedikit 4 tahun atau lebih, serta kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan
digunakan atau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme,
organisasi teroris atau teroris perseorangan.
Ukuran patut diduga, adalah suatu kondisi yang memenuhi setidak-tidaknya berdasarkan
pengetahuan, keinginan atau tujuan pada saat terjadinya transaksi yang diketahuinya yang
mengisayaratkan adanya pelanggaran hukum.
2

C. Tujuan UU tentang Pencucian Uang


Keberadaan UU Tentang tindak pidana pencucian uang bertujuan untuk menanggulangi,
mencegah atau meminimalisir intensitas kejahatan berskala besar yang menghasilkan
jumlah uang yang cukup besar yang semakin meningkat.
Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul hasil kejahatan dengan pelbagai cara, sehingga mengakibatkan sulitnya pelacakan
dan pengembalian uang hasil kejahatan. Uang hasil kejahatan dimanfaatkan untuk
belbagai kegiatan yang sah atau tidak sah.

D. Locus delicti
Kejahatan tersebut di atas dapat dilakukan di wilayah Indonesia (asas tempat) maupun di
luar Indonesia (asas universal, asas nasional aktif, maupun pasif), dengan syarat
menurut hukum Indonesia maupun ditempat perbuatan pidana dilakukan sama-sama
dinayatakan sebagai tindak pidana (double criminality).
E. Modus operandi tindak pidana pencucian uang :
1. Penempatan uang hasil kejahatan ke dalam jasa keuangan.
2. Memindahkan uang hasil kejahatan ke jasa keuangan lainya.
3. Menggunakan/memasukan hasil uang kejahatan ke dalam kegiatan ekonomi sah
maupun tidak sah.
F. Pengertian Transaksi :
Transaksi untuk melakukan atau menerima penempatan, penyetoran, penarikan,
pemindahbukuan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan/atau
penukaran atas sejumlah uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain yang berhubungan
dengan uang.

G. Transaksi mencurigakan :
1. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan
pola transaksi dari Pengguna jasa yang bersangkutan.
2. Transaksi yang dilakukan oleh pengguna jasa yang patut diduga untuk
menghindari pelaporan yang wajib dilakukan oleh pihak pelapor.
3

3. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan


harta kekayaan yang diduga berasl dari hasil kejahatan.
4. Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh pihak
pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga hasil kejahatan.
5. Karakter umum transaksi yang mencurigakan, transaksi dalam jumlah uang yang
cukup besar, dilakukan secara berulang-ulang, tidak mempunyai tujuan ekonomi
maupun bisnis yang jelas, aktivitas transaksi nasabah diluar kebiasaan dan
kewajaran.
H. Beberapa jenis tindak pidana pencucian uang :
1. Setiap orang (pribadi atau korporasi) yang menempatkan, mentrasfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang lain
atau surat berharga atau melakukan perbuatan lain yang diketahui atau patut
diduga merupakan hasil kejahatan, dengan maksud menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan diancam dengan pidana penjara paling
lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp 10 milyar.
2. Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
peruntukan, pengalihan hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
diancam dengan pidana penjara paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp
5 milyar.
3. Setiap orang yang menerima menguasai penempatan pentransferan, pembayaran,
hibah, sumbangan, penitipan atau penukaran atau menggunakan harta kekayaan
yang diketahui atau patut di duganya merupakan hasil tindak pidana diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 5
milyard. (pelaku pasif).
4. Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim dan setiap orang
yang memperoleh dokumen atau keterangan dalam rangka menjalankan tugasnya
wajib merahasiakan dokumen atau keterangan yg diperoleh (keculai untuk
memenuhi kewajiban dalam UU). Atas pelanggaran ketentuan ini diancam pidana
penjara paling lama 4 tahun (anti tipping off).
4

5. Direksi, komisaris, pengurus atau pegawai pihak pelapor dilarang


memberitahukan kepada pengguna jasa atau pihak lain secara langsung atau tidak
langsung atau dengan cara apapun mengenai transaksi yang mencurigkan yang
sedang disusun atau telah disampaikan kepada PPATK. Pejabat atau pegawai
PPATK, lembaga pengawas dan pengatur dilarang memberitahukan laporan
transaksi yang mencurigkan yang akan atau telah dilaporkan kepada PPATK
secara langsung atau tidak langsung atau dengan cara apapun kepada pengguna
jasa (keculai untuk memenuhi kewajiban dalam UU). Atas pelanggaran ketentuan
ini diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak
Rp 1 milyar.
6. Melakukan campur tangan terdahap pelaksanan tugas dan wewenang PPAT
diancam dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp
500 juta.
7. Pejabat PPATK yang tidak menolak atau segala bentuk campur tangan terdahap
pelaksanan tugas dan wewenang PPAT diancam dengan pidana penjara paling
lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp 500 juta.
8. Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim wajib
merahasiakan pelapor Atas pelanggaran ketentuan ini diancam dengan pidana
penjara paling lama 10 tahun.
9. setiap orang yang membawa uang ke/dari luar negeri wajib melapor kepada pihak
Bea dan Cukai, Atas pelanggaran ketentuan ini diancam dengan pidana denda
sebesar 10 % dari nilai yang dibawa dan besaran denda paling banayak Rp 300
juta.
I. Subyek hukum yang dapat dipidana :
1. Orang :
a. Melakukan perbuatan yang sebagaimana dalam rumusan delik (TPPU).
b. Terdapat cukup alat bukti.
c. Tidak ada alasan pengahapus pidana (adanya kesalahan).
2. Korporasi,
a. Korporasi dapat dijatuhi pidana apabila :
1). dilakukan atau diperintahkan oleh personil pengendali korporasi.
5

2). dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan korporasi.


3). dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah.
4). Dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi.
b. Jenis sanksi pidana korporasi :
1). Pidana pokok paling banyak Rp 100 milyard.
2) Pidana tambahan :
a). Pengumuman putusan hakim.
b). Pembekuan seluruh atau sebagian kegiatan usaha.
c). Pencabutan izin usaha.
d). Pembubaran dan/atau pelarangan korporasi.
e). Perampasan dan/atau pengalihan aset korporasi oleh negara.
c. subsidier pidana denda bagi korporasi :
a). Perampasan harta kekayaan milik korpoarasi.
b). Perampasan harta kekayaan milik personil pengendali korporasi, yang nilainya sama
dengan putusan pidana denda
c). Dalam hal harta kekayaan milik korpoari/personil pengendali korporasi tidak
mencukupi, akan diganti dengan perampasan harta kekayaan personil pengendali
korporasi, dengan memperhitungkan denda yang telah dibayar.
J. Pidana pengganti denda
Atas putusan pidana denda yang tidak dibayar terpidana dapat dikenai sanksi berupa
pidana kurungan paling lama 1 tahun 4 bulan.
K. Pihak pelapor :
1. Penyedia jasa keuangan ( bank, perusahaan pembiayaan, perusahaan asuransi, dana
pensiun dan jenis usaha lain yang terkait dengan jasa dibidang keuangan, keseluruhan
ada 16 jenis).
2. Penyedia barang dan / atau jasa lain seperti perusahaan/agen properti, pedagang
kendaraan bermotor, pedagang permata dan perhiasan/logam mulia, pedagang barang
seni dan antik serta balai lelang, Notaris, Advokat, PPAT dll.
L. Prinsip mengenali penguna jasa wajib dilakukan dalam hal :
1. Melakukan hubungan usaha dengan pengguna jasa.
2. Transaksi yang nilainya Rp 100 juta.
6

3. Terdapat transaksi yang mencurigakan yang terkait dengan tindak pidana


pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme.
4. pihak pelapor meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan pengguna jasa.
M. Kewajiban Jasa keuangan untuk melaporkan kepada PPATK :
1. Terdapat transaksi yang mencurigakan.
2. Transaksi keuangan tunai dalam jumlah paling sedikit Rp 500 juta yang dilakukan
dalam 1 hari dalam sekali transaksi atau beberapa kali transaksi.
3. Transaksi dari dalam ke luar negeri.
4. Laporan disampaikan dalam waktu 3 hari setelah diketahui adanya transaksi di
atas.
5. Penyedia barang/jasa yang tidak melapor dikenai sanksi administrasi.
6. Transaksi yang dikecualikan, dari kewajiban melapor : Transaksi antar bank,
transaksi dengan pemerintah, transaksi dengan Bank sentral, pembayaran gaji,
pensiun, transaksi lain yang ditetapkan oleh PPATK (misalnya setoran rutin atas
suatu kegitan usaha seperti supermarket, jasa marga, dlsb).
N. Kewajiban penyedia barang atau Jasa lain untuk melaporkan kepada PPATK :
1. Transaksi keuangan tunai dalam 1 hari dengan jumlah paling sedikit Rp 500 juta.
2. Laporan disampaikan dalam waktu 14 hari stelah diketahui adanya transaksi di
atas.
3. Penyedia barang/jasa yang tidak melapor dikenai sanksi adminstrasi.

O. Penyidikan, penuntututan dan pemeriksaan di sidang pengadilan sesuai dengan


KUHAP, kecuali ditentukan secara khusus, beberapa ketentuan khusus :
1. Tidak perlu membuktikan tindak pidana pokoknya (penangkapan dari hilir).
2. Memerintahkan kepada pelapor untuk melekukan penundaan transaksi untuk
paling lama 5 hari kerja, perintah penundaan dilakukan secara tertulis dngan
menyebutkan identitas pemohon/termohon, alasan penundaan dan tempat harta
disimpan.
3. Meminta pemblokiran rekening terhadap orang yang telah dilaporkan oleh PPATK
kepada penyidik, tersangka, terdakwa kepada jasa keuangan, perintah dilakukan
secara tertulis dngan menyebutkan identitas pemohon/termohon, tindak pidana
7

yang disangkakan dan tempat harta disimpan. Pemblokiran dilakukan dalam


waktu paling lama 30 hari.kerja
Pemblokiran merupakan campur tangan dari pemerintah terhadap hak privat
seseorang. Pemblokiran dapat dilakukan
4. Meminta kepada pihak pelapor tentang harta kekayaan atas orang telah dilaporkan
oleh PPATK kepada penyidik tersangka, terdakwa. Permintan diajukan secara
tertulis dengan menyebutkan identitas pemohon/termohon, tindak pidana yang
disangkakan dan tempat harta disimpan, dengan disertai laporan polisi dan surat
perintah penyidikan, surat penunjukan sebagai penuntut umum, surat penetapan
majelis. Permohonan harus ditandatangani oleh Kapolri/Kapolda jika diajukan
oleh penyidik. Jaksa Asgung atau Kajati dalam hal penyidikan/penuntutan oleh
Jaksa, hakim ketua majelis pemeriksa. Pimpinan lembaga/instansi dal hal
penyidikan dilakukan oleh penyidik non polri.
Menjadi khusus jika dibandingkan dalam perkara korupsi. Dalam perkara
korupsi harus izin Direktur BI. Sedangkan khusus PKPU dapat dilangsungkan
langsung oleh penyidik (Kapolda Setempat) atau Jaksa Tinggi/Kejaksaan Tinggi
yang berwenang.
P. Penyidikan :
1. Penyidikan dilakukan oleh penyidik asal dari tindak pidana.
2. Dalam hal penyidik menemukan adanya tindak pidana pencucian uang dan tindak
pidana asal, penyidikan dapat digabungkan dan diberitahukan kepada PPATK.
Penyidik dalam Pencucian Uang dapat dilakukan oleh siapapun yang punya label
sebagai penyidik. Pendiyik asal adalah penyidik yang dapat menyatakan duit itu
berasal. Jaksa dapat melalukan penyelidikan dan penuntutan dalam Korupsi dan
Pelanggaran HAM Berat.
PPATK melapornya bukan ke Jaksa atau lembaga lain, melainkan ke Polisi.

P21 : Penyidikan dianggap lengkap, 7 hari Penuntut harus menyatakan sudah


lengap/belum, jika selama

Q. Penuntutan :
8

1. Penunttut wajib melimpahkan berkas perkara yang sudah dinyatakan lengkap ke


PN dalam waktu 30 hari kerja.
2. Setelah berkas perkara diserahkan PN wajib menetepkan majelis hakim
pemeriksa dalam waktu 3 hari kerja.

R. Pemeriksaan sidang :
1. Terdakwa wajib menjelaskan, bahwa harta kekayaannya bukan berasal dari tindak
pidana (pembuktian terbalik)
Asasnya, siapa yang mendakwa, maka dialah yang wajib mendakwakan.
Pembuktian terbalik yang membuktikan bukan jaksa, tetapi terdakwa. Terdakwa
wajib menjelaskan bahwa harta yang ia miliki bukan berasal dari perbuatan
pidana.
Di Indonesia, kembali ke ketentuan 183 KUHAP, maka minimum beijs (2
alat bukti) tidak dicabut, keterangan korban dapat dilakukan sebagai alat bukti.
Kita tidak menggunakan Sistem Pembuktian terbalik Mutlak, kita
menggunakan Sistem Pembagian Beban. Penuntut Umum masih harus mencari
alat bukti yang lain, karena minimum bewijs ditambah keyakinan Hakim.
2. Dalam hal terdakwa dipanggil secara sah terdakwa tidak hadir pengadilan dapat
memeriksa dan diputus secara in absensia.
Yaitu apabila orang itu tidak mungkin dihadirkan di persidangan, karena
orang itu tdiak diketahui kedudukannya secara pasti, atau ada halangan hukum
yang membuat dirinya tidak dapat hadir, atau dia berada di luar wilayah Indonesia
yang Indonesia tdiak mempunyai kemampuan ekstradisi.
Orang tidak diketahui dimana tempat tinggalnya, yang bersangkutan
berada di luar negeri, ingin memperlakukan asas nasional pasif. Tidak ada
perjanjian ekstradisi.
Kalau terdakwa sakit, maka sakit bukan merupakan Alasan untuk
Inabsensia, ditunggu harus sampai Sembuh. Dokter dari UII, UGM  dianggap
sebagao permanent loss theory,
Memungkinkan yang bersangkutan hadir, walaupun perkara itu belum
pernah diperiksa.
9

3. Bila dikemudian hari terdakwa hadir maka wajib diperiksa secara layak dan
segala alat bukti yang sudah diperiksa sebelumnya dianggap sah.
4. Putusan diluar hadirnya tedakwa diumumkan oleh Jaksa dalam papan
pengumuman di Pengadilan, kantor pemerintah daerah atau diberitahukan kepada
kuasa hukumnya.
Perkara Inabsensia dalam perkara pidana tidak boleh diwakili oleh Kuasa Hukum.
Sedangkan di Hukum Perdata perkara inabsensia dapat diwakilkan oleh Kuasa
Hukum, karena yang utama di Hukum Perdata adalah kebenaran Formil.
Dalam pengumuman putusan pengadilan/memanggil terdakwa, dapat diumumkan
di papan perkara pengumuman pengadilan atau pemerintah/daerah, atau
disampaikan ke advokat, maka terdakwa sudah dianggap tahu.
Putusan in absensia cukup diumumkan di papan pengumuman dan dianggap tahu.
5. Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum perkaranya diputus dan terdapat
cukup alat bukti telah ada perbuatan pencucian uang, maka kekayaan yang telah
disita dirampas untuk kepentingan negara.
Barang-barang yang sudah disita dapat di
Pihak yang kebertan dapat mengajukan keberatan sebagai perlawanan.
6. Penetapan perampasan tidak ada upaya hukum.
7. Apabila ada pihak yang keberatan atas penetapan dapat mengajukan keberatan ke
pengadilan yang yang telah menjatuhkan penetapan..
8. Hakim dapat memerintahkan kepada jaksa PU untuk melakukan penyitaan, atas
barang tertentu yang berdasarkan alat bukti yang cukup merupakan hasil
kejahatan.
9. Alat bukti selain yang telah ditentukan dalam KUHAP adalah berupa alat bukti
berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima atau disimpan secara
elektronik, alat optic atau alat lain yang serupa, peta, rancangan, foto, huruf,
tanda, angka, simbol atau perforasi yang dapat dipahami oleh orang yang mampu
membaca atau memahaminya.
Mengenai sah/tidaknya alat bukti dengan asli atau tidak.
Print Out, foto copy (Asli melihat kualitasnya, bukan tampilannya)
10

S. Kerjasama international dalam mencegah dan memberantas tindak pencucian


uang.
1. kerjasama dapat dilakukan melalui forum bilateral maupun multilateral.
2. kerjasama dapat dilakukan melalui perjanjian timbal balik atau berdasarkan asas
resiprositas, baik secara formal customer due dilligence (CDD) atau Enhanced
due dilligence (EDD) maupun in formal
3. permohonan kerjasama timbal balik dilakukan melalui menteri bidang Hukum
dan HAM secara lansung atau saluran diplomatik berdasarkan permohonan
Kapolri, Jaksa Agung atau KPK .
4. Kerjasama timbal balik dengan Negara (mutual legal assistance) dapat berupa :
a. Mengindentifikasi dan mencari orang.
b. Mendapatkan pernyataan atau bentuk lain.
c. Menunjukan dokumen atau dokumen lainnya.
d. Mengupayakan kehadiran orang untuk membrikan keterangan atau membantu
penyidikan.
e. Menyampaikan surat .
f. Melaksanakan permintaan penggeledahan dan penyitaan.
g. Perampasan hasil tindak pidana.
h. Memperoleh kembali sanksi denda berupa uang sehubungan dengan adanya
tindak pidana.
i. Melarang transaki kekayaan, membekukan aset yang dapat dilepaskan atau disita
atau yang mungkin diperlukan untuk memenuhi sanksi denda sehubungan dengan
adanya tindak pidana.
j. Mencari kekayaan yang dapat dilepaskan atau disita atau yang mungkin
diperlukan untuk memenuhi sanksi denda sehubungan dengan adanya tindak
pidana.
k. bantuan lain yang sesuai dengan tujuan pemberian kerjasama timbal balik yang
tidak bertentangan dengan UU, misalnya dapat kepentingan nasional atau
pemerintah, penuntutan kasus politik, penuntutan yang berkaitan dengan suku,
agama, ras dan kebangsaan.

Anda mungkin juga menyukai