Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurhidayanti

Nim : 10300121078
Kelas : PMH C
Mata Kuliah : Hukum Acara Perdata
Dosen Pengampuh : Erlina, S.H, M.H

MODUL VI (PEMBUKTIAN)

1. Jelaskan definisi pembuktian

Jawaban : Pembuktian adalah suatu proses untuk membuktikan kebenaran suatu tindakan atau
pernyataan dengan menggunakan bukti-bukti yang valid.

Pembuktian adalah tahap yang memiliki peranan penting bagi hakim untuk menjatuhkan
putusan. Proses pembuktian dalam proses persidangan dapat dikatakan sebagai sentral dari
proses pemeriksaan di pengadilan. Pembuktianmenjadi sentral karena dalil-dalil para pihak
diuji melalui tahap pembuktian gunamenemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing)
maupun ditemukan(rechtvinding) dalam suatu perkara tertentu. Pembuktian bersifat historis
yang artinya pembuktian ini mencobamenetapkan peristiwa apa yang telah terjadi dimasa
lampau yang pada saat inidianggap sebagai suatu kebenaran, peristiwa yang harus dibuktikan
adalahperistiwa yang relevan, karena peristiwa yang irrelevan tidak perlu dibuktikan.

Tahap pembuktian ini adalah peristiwa –peristiwa yang menuju pada kebenaran yang relevan
menurut hukum.Tujuan dari pembuktian adalah untuk menetapkan hubungan hukum
antarakedua belah pihak yang berperkara dipengadilan untuk dapat memberi kepastiandan
keyakinan kepada hakim atas dalil yang disertai alat bukti yang diajukan dipengadilan, pada
tahap ini hakim dapat mempertimbangkan putusan perkara yangdapat memberikan suatu
kebenaran yang memiliki nilai kepastian hukum dan keadilan.

2. Uraikan Jenis – jenis alat bukti?

Jawaban : Dalam hukum acara perdata, telah diatur mengenai alat-alat bukti yang
dipergunakan dalam pembuktian perkara perdata. Alat-alat bukti merupakan sarana untuk
membuktikan. Alat-alt bukti ini diatur dalam Pasal 164 HIR, Pasal 284 RBG dan Pasal 1866
BW antara lain:
a. Surat,
b. Saksi,
c. Persangkaan-persangkaan,
d. Pengakuan, dan
e. Sumpah.

Selain alat bukti yang tercantum dalam Pasal 164 HIR juga terdapat alat bukti lain yaitu
Pemeriksaan Setempat (Descente) diatur Pasal 153 HIR dan Saksi Ahli (Expertise) diatur Pasal
154 HIR.

3. Jelaskan beban pembuktian?

Jawaban : Beban pembuktian adalah kewajiban dari sebuah pihak pada satu sisi dalam
perselisihan atau masalah untuk memberikan bukti yang cukup untuk mendukung posisi
mereka. Secara umum ada dua tetapi penerapannya sangat berbeda dari beban pembuktian
yaitu : Beban pembuktian legal dan Beban pembuktian filosofis.

Bertitik tolak pada Pasal 163 HIR/ 283 RB, maka pihak-pihak yang melakukan pembuktian
adalah pihak penggugat dan tergugat. Sedangkan hakim hanya memimpin persidangan tidak
ikut melakukan pembuktian. Dalam pembagian beban pembuktian, harus seimbang, tidak berat
sebelah. Pembagian beban pembuktian yang berat sebelah tentu akan membebani salah satu
pihak sehingga akan menderita kekalahan karena kesulitan untuk membuktikan. Halhal yang
sulit dibuktikan adalah beban yang bersifat negatif seperti tidak membayar, tidak menerima
barang.

4. Jelaskan Kekuatan Alat Bukti?

Jawaban : dalam proses penyelesaian sengketa keperdataan para pihak yang bersengketa harus
dapat membuktikan objek yang dipersengketakan adalah merupakan haknya dan bukan
merupakan hak pihak lain. Adapun alat bukti dalam proses perkara perdata adalah meliputi
Pemeriksaan Setempat (Pasal 153 HIR), Keterangan Ahli (Pasal 154 HIR) dan alat bukti
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 164 HIR yang meliputi Bukti Tertulis, Bukti Saksi,
Persangkaan, Pengakuan dan Sumpah.

Kekuatan masing-masing alat bukti tersebut berbeda-beda antara yang satu dengan yang
lainnya misalnya Akta Otentik, Pengakuan dan Sumpah bersumpah pembuktian sempurna
sedangkan alat bukti saksi kekuatan pembuktiannya dan persangkaan kekuatan pembuktiannya
menjadi kewenangan hakim.
5. Analisis Kasus :

Apabila dua orang datang kepada seorang notaris, menerangkan bahwa mereka telah
mengadakan suatu perjanjian (misalnya jual beli, sewa menyewa, dsbnya) dan meminta
kepada notaries tadi supaya perjanjian tersebut dibuatkan suatu akte, maka akte ini
adalah suatu akte yang dibuat dihadapan notaries tersebut. Notaris hanya
mendengarkan apa yang dikehendaki oleh kedua pihak yang menghadap itu dan
meletakkan perjanjian yang dibuat oleh dua orang tadi dalam suatu akte.

a) Jelaskan bentuk akte autentik yang dibuat oleh para pihak tersebut.

Jawaban : Pasal 1868 KUHPerdata, akta autentik adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang
ditentukan oleh UU yang dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa
untuk itu tempat di mana akta atau perjanjian dibuat.

Sebuah akta dikatakan autentik apabila memenuhi dua kriteria, yaitu dibuat dalam bentuk yang
telah ditentukan undang-undang dan dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang memiliki
wewenang.

Sebuah akta autentik tidak berlaku apabila pejabat umum yang membuatnya tidak berwenang
atau tidak cakap sebagai pejabat umum atau bentuk akta tersebut tidak memenuhi persyaratan
yang dinyatakan dalam undang-undang

b) Jelaskan kekuatan pembuktian yang istimewa pada suatu akte.

Jawaban : Pembuktian yang melekat pada akta otentik adalah kekuatan yang sempurna dan
artinya pembuktianya cukup dengan akta itu sendiri kecuali adanya bukti lawan (tegen bewijs)
yang membuktikan lain atau membuktikan sebaliknya dari akta tersebut, kata mengikat ini
artinya hakim terikat dengan akta itu sendiri selama akta yang dibuat itu sesuai dengan
ketentuan-ketentuan sahnya suatu akta yang sebagaimana diatur dalam di dalam Pasal 1886
Undang – Undang Hukum Perdata. Akta otentik sebagai alat bukti yang dianggap terkuat dan
terpenuh. Menetapkan hubungan hukum antara para pihak secara jelas yang menyangkut hak
dan kewajiban, akta sendiri dibuat untuk menjamin kepastian hukum dan agar dapat
menghindari terjadinya sengketa di kemudian hari.

c) Apakah dalam suatu akte autentik mengikat dan harus dianggap sebagai benar?
Jawaban : Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan penting dalam
setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Sebagai alat bukti yang sempurna
maksudnya adalah kebenaran yang dinyatakan di dalam akta notaris itu tidak perlu dibuktikan
dengan dibantu alat bukti yang lain. Undang-undang memberikan kekuatan pembuktian
demikian itu atas akta tersebut karena akta itu dibuat oleh atau dihadapan notaris sebagai
pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah dan diberikan wewenang serta kewajiban untuk
melayani publik/kepentingan umum dalam hal-hal tertentu, oleh karena itu notaris ikut
melaksanakan kewibawaan pemerintah.

Menurut Pasal 1867 Kitab Undang‐Undang Hukum Perdata juga disebutkanbahwa pembuktian
dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik maupundengan tulisan‐tulisan di
bawah tangan, dari bukti berupa tulisan tersebut ada bagianyang sangat berharga untuk
dilakukan pembuktian, yaitu pembuktian tentang akta.

d) Apakah dalam akta autentik, tanda tangan bukan merupakan suatu yang perlu
dibuktikan?

Jawaban : Suatu akta adalah berupa tulisan yang memang sengaja dibuat untuk dijadikan
buktitentang suatu peristiwa dan ditandatangani secukupnya.Dengan demikian, maka unsur
penting untuk suatu akta ialah kesengajaaanuntuk menciptakan suatu bukti tertulis dan
penandatangan tulisan itu. Syaratpenandatangan akta tersebut dapat dilihat dari Pasal 1874
KUHPerdata memuatketentuan‐ketentuan tentang pembuktian dari tulisan‐tulisan dibawah
tangan yangdibuat oleh orang‐orang Indonesia atau yang dipersamakan dengan
mereka.Tulisan‐tulisan dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu akta dan tulisan‐
tulisanlainnya, yang dipentingkan dari suatu akta adalah penandatangannya, karena
denganmenandatangani suatu akta seseorang dianggap menanggung terhadap kebenaranapa‐
apa yang ditulis dalam akta itu.

Anda mungkin juga menyukai