Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ALYA AZZAHRA DIAN

NPM : 2006200325

MATKUL : PTUN

KEL/SEM : G 1 PAGI/ IV

SOAL

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembuktian

2. Jelaskan apa tujuan dari pembuktian.

3. Diatur di mana perihal pembuktian, jenis alat bukti dalam hukum acara peradilan tata usaha negara
serta jelaskan apa yang disebut dengan alat bukti yang sah?

4. Saudara analisis jenis-jenis alat bukti yang ada di dalam putusan

5. Bagaimana suatu alat bukti surat disebut memiliki kualitas pembuktian sempurna? jelaskan beserta
aturannya

6. Apakah di dalam putusan memiliki alat bukti surat yang kualitas pembuktiannya sempurna? sebutkan
jenis alat buktinya

7. Bagaimana alat bukti saksi disebut sebagai saksi sebagaimana yang diatur di dalam aturan? jelaskan
beserta aturannya

8. Apakah di dalam putusan memiliki alat bukti saksi sebagaimana yang disebut dalam pertanyaan ke-6
di atas?

9. Di dalam putusan, pihak manakah yang dibebankan untuk membuktikan? jelaskan beserta aturannya

10. Apa saja yang harus dibuktikan dalam suatu gugatan? (Masih berkaitan dengan analisis putusan)
jelaskan

JAWAB:

1. Pembuktian adalah salah satu cara untuk meyakinkan hakim agar ia dapat menemukan dan
menetapkan terwujudnya kebenaran yang sesungguhnya dalam putusannya, bila hasil pembuktian
dengan menggunakan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang ternyata tidak cukup untuk
membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa harus dibebaskan dari
dakwaan, sebaliknya kalau kesalahan terdakwa dapat dibuktikan ( dengan alat-alat bukti yang disebut
dalam undang-undang yakni dalam pasal 184 KUHAP ) maka harus dinyatakan bersalah dan dihukum.

2. Tujuan dari pembuktian adalah untuk memberi kepastian kepada hakim akan kebenaran peristiwa


konkrit yang disengketakan.
3. Alat-alat bukti yang sah menurut hukum acara perdata sebagaimana diatur dalam pasal 164 HIR/284
RBG, yaitu : surat-surat, saksi-saksi, pengakuan, sumpah, persangkaan hakim. Pada prinsipnya dalam
persidangan perkara perdata hakim cukup membuktikan dengan preponderance of evidence (memutus
berdasarkan bukti yang cukup). Alat-alat bukti yang cukup tersebut tentunya memiliki beberapa
kualifikasi agar memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat.

Alat bukti surat dikategorikan sebagai alat bukti tertulis, surat dibagi menjadi dua macam : akta dan
surat-surat lain yang bukan akta. Akta dibedakan menjadi : akta otentik dan akta dibawah tangan. Akta
otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang. Akta otentik
dibagi menjadi dua macam yakni : akta yang dibuat oleh pejabat (ambtlijke acta) dan akta yang dibuat
oleh para pihak (partij acta).

Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian para pihak tanpa bantuan dari
seorang pejabat, sehingga akta tersebut semata-mata dibuat antara pihak yang berkepentingan.

Surat-surat lain yang bukan akta antara lain : register/buku daftar, surat-surat rumah tangga, catatan-
catatan yang dibubuhkan oleh seorang kreditur pada suatu alas hak/titel yang selama dipegangnya.
Kekuatan pembuktiannya adalah bebas (vide pasal 294 RBG)

4. Dalam surat putusan ini alat bukti yg ada hanya alat bukti tertulis yaitu Alat bukti surat dikategorikan
sebagai alat bukti tertulis, surat dibagi menjadi dua macam : akta dan surat-surat lain yang bukan akta.
Akta dibedakan menjadi : akta otentik dan akta dibawah tangan.

5. Ketika suatu alat bukti surat dibuat sebagai akta notaris. Kekuatan pembuktian surat sebagai alat bukti
adalah kekuatan pembuktian yang sempurna, Sempurna berarti hakim tidak memerlukan alat bukti lain
untuk memutus perkara selain berdasarkan alat bukti otentik dimaksud. karena keistimewaan dari suatu
akta otentik terletak pada kekuatan pembuktiannya sesuai berdasarkan Pasal 1886 KUH Perdata. Akta
notari yg terdapat dalam surat putusan ada dua yaitu : Salinan Akta Nomor 9 tanggal 02 Desember 1972,
dibuat oleh Notaris Roesli, S.H., di Medan (fotokopi sesuai asli). Dan Salinan Kedua Akta Nomor 40
tanggal 18 Juni 1986, dibuat oleh Notaris Lila Meutia, S.H., sebagai pemegang Protokol dari Notaris
Chairani Bustami, S.H. (fotokopi sesuai asli).

Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Yayasan Dayah Bustanul Ulum (fotokopi sesuai asli).

6. Iya, dalam putusan memiliki alat bukti yang sempurna. Sebagaimana Akta otentik merupakan alat
bukti yang sempurna, sebagaimana dimaksud dalam pasal 1870 KUHPerdata. Contoh dari akta otentik
adalah akta notaris, vonis, surat berita acara sidang, proses perbal penyitaan, surat perkawinan,
kelahiran, kematian, dan sebagainya. Dalam putusan yang merupakan alat bukti sempurna berupa akta
otentik yaitu akta yang dikeluarkan notaris.

7. Dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (”KUHAP”) disebutkan bahwa
alat bukti yang sah adalah: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.
Hal ini berarti bahwa di luar dari ketentuan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang
sah. Pasal 185 (1) KUHAP berbunyi, “Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di
sidang pengadilan”. Jadi yang dimaksud alat bukti saksi yaitu keterangan saksi tersebut yang merupakan
alat bukti yang sah.
8. Didalam Putusan tidak memiliki alat bukti saksi, sebagaimana tercantum dalam surat putusan
halaman 44 yang menyebut : "Menimbang, bahwa baik Penggugat, Tergugat maupun Tergugat II
Intervensi tidak menghadirkan Saksi, walaupun telah diberi kesempatan secara patut"

9. Didalam putusan pihak yang dibebankan untuk membuktikan kan adalah penggugat dan tergugat.
Sebagaimana Penggugat telah mengajukan alat bukti surat-surat yang dimeteraikan dengan cukup, serta
diberitanda dengan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-42 dalam surat putusan. Tergugat juga telah
mengajukan alat bukti surat-surat yang dimeteraikan dengan cukup, serta diberi tanda dengan Bukti T-1
sampai dengan Bukti T-9.

Aturan yang mengatur tersapat dalam pasal 163 HIR/283 RBG diatur, barangsiapa yang mengaku
mempunyai hak atau suatu peristiwa, ia harus membuktikan adanya hak atau peristiwa itu. Berdasarkan
ketentuan sebagaimana dimaksud maka yang wajib membuktikan adalah : orang yang mengaku
mempunyai hak, orang yang membantah dalil gugatan, orang yang menyebutkan suatu perbuatan untuk
menguatkan haknya

10. Hal-hal yang harus dibuktikan dalam suatu gugatan adalah peristiwanya atau kejadian-kejadian yang
menjadi pokok sengketa, bukan hukumnya, sebab yang menentukan hukumnya adalah Hakim.
Pembuktian dalam Perkara Perdata adalah upaya untuk memperoleh kebenaran formil (formeel
waarheid).

Anda mungkin juga menyukai