NPM : 3019210262
Hukum Acara Pidana kelas A
TUGAS MERANGKUM Materi PEMBUKTIAN
PEMBUKTIAN
Acara pembuktian
Acara Pemeriksaan dianggap selesai dilanjutkan dengan JPU mengajukan Tuntutan (Pasal 182
ayat 1 huruf a)
PEMBUKTIAN
Keterangan Ahli
Petunjuk
- Petunjuk adalah perbuatan kejadian atau keadaan baik antara
yang satu dengan yang lain menandakan bahwa telah terjadi suatu Tindak Pidana dan
siapa pelakunya.
- Dapat diperoleh dari ; Keterangan Saksi Surat, Keterangan Terdakwa.
- Dilakukan oleh Hakim dengan arif dan bijaksana
Keterangan Terdakwa
A. Yang Terdakwa nyatakan di Persidangan tentang perbuatan yang la lakukan, la ketahui
sendiri atau yang dialaminya sendiri.
B. Keterangan yang diberikan diluar persidangan, dapat digunakan
untuk membantu menemukan bukti pada persidangan.
C. Keterangan Terdakwa hanya digunakan untuk dirinya sendiri.
D. Keterangan Terdakwa saja tidak cukup membuktikan bahwa
la bersalah, namun juga harus disertai dengan alat bukti yang lain.
a. Saksi mendengar sendiri, melihat sendiri, mengalami sendiri dan memberikan alasan
pengetahuannya dan dinyatakan dalam Persidangan
b. Satu Saksi tidaklah cukup, harus ada alat bukti lain.
Unus Testi
Nullus Testi
c. Hasil rekaan, pendapat, bukan sebagai keterangan saksi.
(5) Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan
keterangan ahli.
(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh
memperhatikan:
a) persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b) persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c) alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu;
d) cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya;
(7) Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak
merupakan alat bukti, namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang
disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.
(5) Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan
keterangan ahli.
(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh
memperhatikan:
a) persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b) persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c) alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu;
d) cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya;
(7) Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak
merupakan alat bukti, namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang
disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.