BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ada (Nullum Delictum Nulla Poena Sine Previa lege Poenali) yang tercantum
dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam
hukum acara pidana setiap perkara pidana harus diajukan di hadapan hakim.
Dasar 1945 yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta menjamin segala
wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
terkecuali1
tidak dapat memberikan jaminan akan adanya suatu kepastian, keadilan dan
sekarang ini adalah hukum yang dibuat pada waktu yang lampau, sedangkan jika
dibandingkan dengan jaman sekarang sudah jelas sangat berbeda. Hukum tidak
seperti ini menjadi salah satu yang mempengaruhi penegakan hukum guna
“Bangsa yang beradab adalah bangsa yang menjalankan fungsi hukumnya secara
hukum wajib berpihak pada keadilan, yaitu keadilan untuk semua.”2 Oleh karena
itu peranan penegakan hukum sangat penting dan mempunyai korelasi yang
dinamis dengan tujuan hukum itu sendiri bagi seseorang yang berhadapan
dengan hukum.
2
Muhamad Erwin,Filsafat Hukum (Refleksi Kritis Terhadap Hukum),Cet.2, Edisi 1, (Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2011), hlm.132.
3
penegakan hukum yaitu: “(i) faktor hukumannya sendiri, (ii) faktor penegak
hukum, dan (iii) faktor sarana, (iv) faktor masyarakat dan (vi) faktor
melibatkan juga tingkah laku manusia. Hukum tidak dapat tegak dengan
hukum yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan hukum
dapat dirasakan melalui peranan penegak hukum itu sendiri dan juga dapat kita
lihat dari produk-produk hukum yang dihasilkan yang diantara lain hakim pada
yang jujur dan cerdas, berikanlah saya seorang hakim yang jujur dan cerdas,
maka dengan undang-undang yang paling buruk pun saya akan menghasilkan
(handhaving van het materiele recht) atau yang biasa disebut dengan Kitab
3
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Cet. 10, Edisi.
1, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hlm.8.
4
Satjipto Raharjo, penegakan Hukum suatu tinjauan sosiologis, Cet 1 (Yogyakarta: Genta
Publishing, 2009), Hlm.7
5
Muhamad Erwin,op.cit.,hlm133
4
tahun 1981 sampai saat ini belum adanya suatu perubahan yang diatur secara
kejelasan dari tindak lanjut keputusan yang diberikan oleh pengadilan, seperti
halnya di dalam Pasal 197 Ayat (1) huruf K Undang-Undang No 8 Tahun 1981
Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 197 Ayat (1) huruf a-l menjelaskan
bahwa dalam membuat surat putusan pemidanaan harus memuat hal-hal yang
tercantum dalam Pasal 197 ayat (1) huruf a-l, dan ayat (2) menjelaskan bahwa
tidak terpenuhinya ayat (1) huruf a,b,c,d,e,f,h,j,k dan l Pasal ini mengakibatkan
putusan “batal demi hukum” (null and void) Menurut pendapat Muhamad Erwin,
“bila keberlakuan hukum positif itu tidak terpenuhi maka tidaklah dapat
5
diberlakukan hukumnya itu, bila keberlakuan hukum positif ini terpenuhi, maka
suatu peristiwa hukum yang menarik perhatian publik dimana terpidana kasus
tindak pidana korupsi Susno Duadji mantan Kabareskrim Mabes POLRI menolak
demi hukum karena tidak mencantumkan ketentuan Pasal 197 Ayat 1 huruf k
KUHAP. Hal serupa juga pernah terjadi pada terpidana kasus perambahan hutan
KUHAP.
memilih judul ini “Tinjauan Yuridis Pasal 197 Ayat (1) Huruf K Undang-
Pemidanaan” sebagaimana telah diajukan dalam judul ini, dilatar belakangi oleh
Pasal 197 ayat (1) huruf k Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai salah satu syarat dalam
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah syarat yang harus terpenuhi oleh hakim dalam membuat putusan
pemidanaan?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat Akademis
pidana.
c. Manfaat Praktis
Ditinjau dari permasalahan yang timbul dari Pasal 197 ayat (1) huruf k
memuat keterangan yaitu perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam
penelitian ini yaitu tertuju pada syarat putusan pemidanaan dan ketentuan Pasal
197 ayat (1) huruf k Undang-Undang No 8 Tahun 1981 (KUHAP) sebagai salah
satu syarat dalam membuat surat putusan pemidanaan, dimana harus memuat
keterangan supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan
yang kaitannya juga kepada pelaksanan putusan pengadilan yang dilakukan oleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai hasil
akta yang dibuat oleh hakim yang berisi hasil musyawarah antara para pihak
RI 1985 Putusan adalah hasil atau kesimpulan dari suatu yang telah
Pasal 1 ayat (11) KUHAP yaitu: Pernyataan hakim yang diucapkan dalam
sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau
lepas dari segala tuntutan hukum, dalam hal serta menurut cara yang diatur
J.C.T. simorangkir, Rudy T. Erwin, dan J.T. prasetyo ialah hasil dari
Putusan hakim adalah “suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat
pihak.10
Dari peryataan para ahli hukum di atas dapat kita ketahui bahwa
9
J.C.T. simorangkir, Rudy T. Erwin, dan J.T. prasetyo,. Kamus Hukum Cet.9,,(Jakarta: Sinar
Grafika,2005) hlm.136
10
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Jogyakarta:Liberty,1993) hlm.
174.
11
Laden marpaung, Loc,cit.,
11
2. Jenis-Jenis Putusan
Jenis yaitu: (i) putusan sebelum memeriksa pokok/materi perkara dan (ii)
berada.
yaitu:
12
Mohammad taufik Makarao, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek Cet.1
(Jakarta: Ghalia Indonesi,2004), Hlm.169
13
Wirjono Prodjodikoro, Hukum acara pidana di Indonesia. Cet.10, (Bandung: Sumur
Bandung, 1983), Hlm.61
12
14
H. Kaharudin, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Dalam Sengketa Informasi
Publik, Cet.1, (Yogyakarta: Mahkota Kata Yogyakarta,2011)hlm.41-42
15
Taufik makarao, loc, cit.,
13
memiliki wewenang untuk mengadili, dalam hal ini hakim harus membuat
pokok atau materi perkara ditinjau dari HIR Pasal- Pasal 313, 314 dan 315,
terdakwa (verordeling).16
3. Macam-Macam Putusan
hakim dapat berupa pemidanaan, atau bebas atau lepas dari segala tuntutan”
dari pernyataan itu penulis berpendapat sama halnya dengan HIR sebagimana
16
Wirjono Prodjodikoro. Op.Cit., Hlm.111
14
KUHAP yang dimaksud dengan semua putusan pengadilan dalam Pasal 195
ayat (1) KUHAP yakni putusan bebas, Pasal 191 ayat (2) KUHAP yakni
putusan lepas dari segala tuntutan hukum, dan Pasal 193ayat (1) KUHAP
a. Putusan Bebas
berbunyi:
17
P.A.F. Lamintang dan Theo. Lamintang, pembahasan KUHAP menurut Ilmu Pengetahuan
&yurisprudensi.,cet.1, Ed.2 (Jakarta: sinar grafika,2010) Hlm.4444
18
Yahya Harahap, pembahasan dan permasalahan penerapan KUHAP pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding Kasasi dan Peninjauan Kembali .Cet.2, (Jakarta : Sinar Grafika,2006), Hlm.347
15
19
Prodjodikoro, Loc,cit,.
20
Lilik mulyadi, hukum acara pidana, (PT. Citra Aditya Batti,2007), Hlm.150
16
21
Prodjodikoro, Op.cit.,Hlm 112
22
Laden marpaung, Op.cit.,Hlm.135
17
c. Penghukuman Terdakwa
23
Taufik Makarao,Op.Cit.,Hlm.175
24
Ibid., Hlm.138
18
hakim.25
berbunyi:
28
Indonesia, Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara
Pidana,psl.183
29
Yahya Harahap, pembahasan dan permasalahan penerapan KUHAP …, Op.cit.,Hlm 354
20
ayat (1) KUHAP dapat berupa: Penetapan dan Putusan yang dapat berbentuk:
a) Penetapan
b) Keputusan Sela
30
Mulyadi,Op.cit,. hlm 161-162
31
ibid
21
putusan pada Putusan sela merupakan hal yang keliru hal itu
c) Putusan Akhir
32
Ansori Sabuan, Syarifuddin Petanasea dan Ruben Achmad, Hukum Acara Pidana. Cet.1,
(Bandung: Angkasa Bandung:1990) Hlm 197
33
H. Kaharudin,. Op.cit,. Hlm 177-178
34
Laden Marpaung, Op.cit Hlm 156
22
35
ibid
36
Ansori Sabuan, Syarifuddin Petanasea dan Ruben Achmad, Op.cit., Hlm 198
23
isinya menetapkan adanya akibat suatu perbuatan itu untuk sebagian atau
pengadilan atau Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berwenang
37
Taufik Makarao,Op.cit,.Hlm178-179
38
Yahya Harahap, pembahasan dan permasalahan penerapan KUHAP…, Op.cit,.Hlm 359
24
suatu keputusan hakim atau keputusan suatu badan pemerintah lain yang
Utrecht sendiri menjelaskan dalam catatan kaki bukunya, bahwa hal ini jarang
sekali terjadi namun ada atau dengan kata-kata “ satu dua hal”. yang
bahwa batal karena hukum suatu ketetapan tidak secara otomatis artinya
tentang hukum dan Negara bahwa: Hukum juga menetapkan bahwa keputusan
putusan yaitu: Memuat hal-hal yang diwajibkan Pasal 197 ayat (1) dan ayat
(2) dan juga harus diucapkan di sidang terbuka untuk umum. Hal tersebut
39
Http://Ardianlovenajlalita.Wordpress.Com/2013/05/27/Karakter-Hukum-Keputusan-
Pejabat-Tata-Usaha-Negara/, diakses hari minggu 1 Desember 2013
40
Hans Kelsen, Teori umum tentang Hukum dan Negara,Cet 8,(Bandung, Nusa Media:
2013), Hlm.228
41
Laden Marpaung, Op.cit,. Hlm 148
25
1. Pengertian Eksekusi
42
Lilik Mulyadi,Op.Cit.,Hlm.145
26
(in kracht van gewijsde) dan adapun yang dimaksud memperoleh kekuatan
tolak dari ketentuan bab kesepuluh bagian kelima HIR dan title keempat
bagian keempat RBG, sama dengan tindakan “menjalankan putusan” (ten uit
voer legging van vonnisen). Menjalankan putusan tidak lain melaksanakan isi
dengan bantuan hukum apa bila pihak yang kalah tidak mau menjalankan
43
Wirjono Prodjodikoro,Op.cit,. Hlm.126
44
Ladeng Marpaung, Op.Cit,. Hlm.215
45
Ansori Sabuan, Syarifuddin Petanasea dan Ruben Achmad,Op.cit,. Hlm. 223
46
Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Cet.1 , Ed.2
(Jakarta: Sinar Grafika,2005), Hlm.6
27
“ketentuan Pasal 180 HIR atau 191 RBG yang mengatur pelaksanaan
tertentu.
2. Proses Eksekusi
Laden Marpaung menyatakan pelaksaan putusan pemidanaan yaitu
apa yang diatur Pasal 10 KUHP yang berupa: 1. Pidana Pokok yang terdiri
atas: pidana mati, pidana penjara, kurungan, dan denda. 2. Pidana Tambahan
menyangkut apa yang diatur di dalam Pasal 10 KUHP, dapat kita ambil
47
Ibid.,hlm.4
48
Laden marpaung, Op.cit,. Hlm.216
28
segala apa yang ada di dalam ketentuan Pasal 10 KUHP, dan di dalam
Dari ketentuan Pasal 270 KUHAP dapat dipahami bahwa eksekusi baru dapat
dilakukan jaksa kepada tedakwa setelah adanya putusan hakim, dan panitera
mengirimkan salinan putusan kepada jaksa untuk diproses dan setelah itu
barulah jaksa dapat melakukan eksekusi sesuai dengan amar putusan yang
mengandung eksekusi.
49
Taufik Makarao,Op.cit,.Hlm.237-238
29
gewesijsde) yang dapat dijalankan, kalau begitu pada asasnya putusan yang
1. Pengertian Penahanan
oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam
50
Laden Marpaung,Op.cit,.Hlm 224
51
Yahya Harahap.,Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi… Op.cit., Hlm.7
30
hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini. Menurut
terdakwa yang dilakukan oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim
2. Tujuan Penahanan
52
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1hukum09/205712015, diakses Hari sabtu, 30
November 2013
53
Wirjono Prodjodikoro,Op.cit,.Hlm 60-61
31
sidang pengadilan.
tindak pidana.
54
Ibid,Hlm.62
32
penahanan yang ada hanya penahanan dirumah tahanan Jaksa atau tahanan di
membagi jenis-jenis tahanan menjadi 3 jenis ditinjau dari Pasal 22 ayat (1)
KUHAP yaitu: (i) Penahanan Rumah Tahanan Negara, (ii) Penahanan Rumah
bahwa ditahan sama halnya dengan di penjara, dari klasifikasi yang diuraikan
penulis di atas dapat diketahui perbedaan antara ditahan dan di penjara yaitu
seseorang yang ditahan merupakan orang yang diduga keras melakukan suatu
55
Suswondo, Himpunan Karya Tentang Hukum Pidana, cet.1 (Yogyakarta:Liberty, 1982),
hlm.13-16
56
Yahya Harahap, pembahasan dan permasalahan penerapan KUHAP…, Op.cit,. 169
33
lama 20 (dua puluh hari). Bila masih diperlukan dengan seijin Penuntut
dikeluarkan dan jika sampai 60 hari perkara belum juga putus maka demi
diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari. Jika pemeriksaan telah selesai,
50 hari, meski perkara belum diputus, tapi demi hukum penuntut umum harus
paling lama 30 (tiga puluh) hari. Bila belum selesai, penahanan dapat
diperpanjang paling lama 60 (enam puluh) hari dengan seijin ketua pengadilan
maksimal (90 hari) telah habis, meski perkara belum diputus, demi hukum
paling lama 30 (tiga puluh) hari. Dengan seijin Ketua Pengadilan Tinggi,
maksimal (90 hari), jika pemeriksaan telah selesai. Jika telah 90 (sembilan
puluh) hari perkara belum diputus, maka demi hukum Tersangka / Terdakwa
harus dikeluarkan.
Pasal 28 KUHAP batas waktu penahanan paling lama 50 (lima puluh) hari.
Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28 guna kepentingan
35
perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara sembilan tahun
atau lebih, perpanjangan tersebut diberikan paling lama 30 hari dan dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
tertentu sesuai dengan materi yang dikehendaki dan tujuan yang akan dicapai
Hukum Normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian ini
36
acap kali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan
pantas.57
B. METODE PENDEKATAN
yang diteliti.
57
Amirudin dan Zainal Asikin, penghantar Metode Penelitian Hukum, Cet 6, Ed.1(Jakarta :
PT Rajagrafindo Persada,2012) hlm.118
37
eksekusi.
bahan hukum yang diperoleh dari study kepustakaan / study dokumen yang
merupakan hasil penelitian seseorang yang telah tersedia antara lain dalam
atau dengan kata lain lain penulis mengunakan sumber data sekunder
melakukan penelitian adalah penelitian hukum normatif, oleh sebab itu jenis
bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum
Kehakiman
Riduansyah.
pengumpulan bahan hukum yang berupa Studi Dokumen atau Studi Pustaka
artikel, dan juga putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap baik
atas, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan yang
sistematis, yaitu dilihat dari suatu istilah yang dicantumkan lebih dari satu
kali dalam suatu Pasal atau undang-undang harus mempunyai makna yang
keadaan yang diteliti dengan menggunakan alur deduktif dalam hal pola pikir
diteliti.
BAB IV
melakukan suatu perbuatan pidana, dengan kata lain apa yang dituduhkan
dilakukannya. Putusan yang berisi pemidanaan tidak lain dari putusan yang berisi
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP yang menyatakan
bahwa:
a. Pidana pokok:
1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana denda
5. Pidana tutupan
b. Pidana tambahan :
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman putusan hakim
sebuah persoalan yang murni hukum (purely legal matter) menurut pendapat
seorang “penjahat” sebagai seorang yang telah melanggar suatu hukum, bukan
orang jahat menurutnya seorang yang “tidak bersalah” adalah seorang yang
merupakan akibat yang wajar yang disebabkan bukan dari hukum tetapi dari
42
pelanggaran hukum artinya jahat atau tidak jahatnya bila seorang telah bersalah
pemidanaan sebagaimana yang telah diatur di dalam KUHAP itu sendiri. Adapun
Harus dipahami di sini bahwa kata “SAH” yang dimaksud dalam Pasal
yang diatur dalam ketentuan Pasal 153 Ayat (3) KUHAP yang
berbunyi:
58
Sholehuddin.System sanksi dalam hukum pidana.,Ed.1,cet.2,.(Jakarta: Pt Raja Gravindo
persada,2004) Hlm.68
43
sidang terbuka untuk umum kalau tidak putusan tersebut tidak sah dan
anak-anak, dari ketentuan Pasal 153 Ayat (3) KUHAP tersebut bahwa
59
Yahya Harahap,Pembahasan dan permasalahan …Op.cit Hlm 378
60
Ibid
44
pemeriksaan perkara dan berdasarkan Pasal 153 ayat (4) KUHAP yang
berbunyi:
Dari ketentuan tersebut sangat jelas dan tegas menyatakan jika dalam
Selain dalam ketentuan Pasal 195 dan Pasal 153 KUHAP, ketentuan
pemidanaan.
sebagaimana yang terdapat di dalam Pasal 196 ayat (1) KUHAP yang
berbunyi:
tanpa adanya terdakwa atau yang biasa yang dikenal dengan istilah In
61
Indonesia, Undang-Undang No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Psl. 12
47
ayat (1) hanya berlaku pada tingkat pengadilan negeri, akan tetapi
Jadi jika suatu perkara terdakwanya lebih dari satu orang maka
yang lain hadir hal ini juga selaras dengan ketentuan Pasal 154 Ayat
Mutlak asas In Absentia hanya pada jika terdakwanya baik satu orang
maupun lebih sama sekali tidak ada yang hadir, akan tetapi asas in
48
absentia ini dapat berlaku pada perkara korupsi, perkara ekonomi dan
ketentuan Pasal 154 Ayat (6) KUHAP, upaya yang dapat dilakukan
dalam ketentuan Pasal 196 ayat (3) KUHAP yang menyatakan bahwa :
sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 197 ayat (1) KUHAP dimana
bahwa:
sebagai berikut:
Maha Esa” ini sangat luas dan penting, karena tidak hanya
63
Mahkamah Agung buku Pedoman perilaku hakim, 22 Desember 2006
64
Ladeng marpung, Op.cit, Hlm.150
53
bahwa:
66
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang,. Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan
Hukum Pidana & Yurisprudensi,. Cet. 2,.(Jakarta: sinar Grafika, 2010) Hlm.305
67
Op.cit, Hlm.151
56
pemeriksaan perkara.
fakta dan keadaan di sini ialah segala apa yang ada dan apa
bahwa:
70
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang,. Op.Cit Hlm.449
71
Laden marpaung., Op.cit. Hlm.124
72
Yahyah harahap., pembahasan dan permasalahan penerapan…Op.cit. Hlm 361
60
bahwa:
pengadilan.
73
Laden marpaung., Loc.cit. Hlm.150
74
ibid
61
berbunyi:
75
http://po-box2000.blogspot.com/2011/04/surat-tuntutan-hukum-acara-pidana.html diakses
pada tanggal 10-3-2014
62
76
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang,. Op.Cit Hlm. 401
77
Laden marpaung., Loc.cit 124
63
78
Indonesia, Surat Edaran Jaksa Agung No: Se-009 /Ja/12/1985 tentang Pedoman Tuntutan
Pidana
79
http://wawasanhukum.blogspot.com diunduh pada tanggal 14 januari 2014
64
80
Jurnal Suci Rahmadani, Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana
Penjara Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan, Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya, 2013
65
(straftoemeting)81
81
Yahyah harahap., pembahasan dan permasalahan penerapan…Op.cit Hlm.364
82
https://abdulaffandi.wordpress.com, diunduh 14 januari 2014
66
perkara diatur dalam Pasal 222 KUHAP ayat (1) dan (2)
yang berbunyi:
bahwa :
85
Laden Marpaung., Op.cit., Hlm 139
70
bahwa:
87
Indonesia, Surat Edaran Mahkamah Agung no 17 tahun 1983 tentang biaya perkara pidana
88
Yahya Harahap., pembahasan dan permasalahan penerapan… Op.cit Hlm.366
72
89
Martiman prodjohamidjojo., system pembuktian dan alat bukti.,(Jakarta: ghalia Indonesia,
1983), Hlm.19
90
Ratna Nurul Alfiah., barang Bukti Dalam Proses Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 1989),
Hlm.14
73
antaranya:
91
http://www.hukumonline.com diunduh pada tanggal 15 januari 2014
92
Andi hamzah,. Hukum Acara Pidana Indonesia,.Ed 2 (Jakarta: sinar grafika, 2006), Hlm.
254
74
adalah:
93
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang,. Op.Cit Hlm. 401
75
atau dibebaskan yang ada di dalam Pasal 197 ayat (1) huruf
94
www.liberary.unpnvj.ac.id, diunduh pada tanggal 24 januari 2014
77
95
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.cit,.Hlm.120-121
79
pemeriksaan di pengadilan .
Pasal 95 KUHAP
(1) Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak
menuntut ganti kerugian karena ditangkap,
ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan
tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan
undang-undang atau karena kekeliruan
mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkan.
(2) Ganti kerugian oleh tersangka atau ahli
warisnya atas penangkapan atau penahanan
serta tindakan lain tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau karena
kekeliruan mengenai orang atau hukum yang
diterapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) yang perkaranya tidak diajukan ke
pengadilan negeri, diputus di sidang
praperadilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77.
(3) Tuntutan ganti kerugian sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh
tersangka, terdakwa, terpidana atau ahli
83
bahwa:
penahanan yaitu:
akan tetapi jika kita tinjau kembali apa itu penahanan dan
penangguhan penahanan .
86
menyatakan bahwa:
97
Yahya harahap,.pembahasan permasalahan penerapan… Op.cit., Hlm249-250
87
pemidanan.
perkara.
Ayat (1) KUHAP sebagai syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam
dalam Pasal 197 ayat (2) mengenai syarat surat putusan pemidanaan
pada Pasal 197 ayat (1) mutlak harus terpenuhi dikarenakan hal
pidana sendiri pada hakekatnya harus jelas dan tidak boleh multitafsir
(lex certa) serta ketentuan hukum acara pidana harus ditafsirkan secara
ketat (lex stricta). Jadi dengan kata lain ketentuan yang ada di dalam
hukum acara pidana itu harus jelas adanya dan tidak dapat ditafsirkan
lain,
ditolerir atas ketentuan Pasal 197 ayat (1) yaitu hanya pada huruf g
98
Indonesia, putusan makakamah konstitusi no register 69/PU-X/2012 Hlm 117
91
ketentuan Pasal 197 ayat (2) KUHAP tersebut menjadi dua kategori
yaitu:
yang dimaksud di dalam penjelasan Pasal 197 ayat (2) tersebut tidak
dicantumkan sama sekali hal seperti inilah yang kita pahami sampai
dimaksud di dalam penjelasan Pasal 197 ayat (2) KUHAP adalah suatu
yaitu: tidak berhasil, tidak sah, tidak berlaku, tidak dipakai sia-sia,
yang tidak dapat berlaku, atau tidak dapat dipakai, karena putusan
dimintakan pembatalannya.
101
Andi Hamza,. Asas Asas Hukum pidana cet. 4.,(Jakarta: Reinaka Cipta,2010) Hlm.133
102
Laden marpaing, Op.cit,. Hlm 146
94
dijatuhkan :
tertentu104. Jadi dengan kata lain dapat kita ambil suatu kesimpulan
dari asas hukum pidana dan peryataan Hans Kalsen bahwa seberapa
yang lebih tinggi akan tetap berlaku dan sah, serta memiliki kekuatan
103
Yahya Harahap, Op.cit, hlm. 385
104
Hans kelsen, Loc,cit,.
95
demi hukum (nul and void) hanya terbatas pada surat putusan
hukum mengingkat.
Jika kita lihat kembali Pasal 197 ayat (1) hal yang memuat
batal karena sesuatu diluar ketentuan ini tentu hal ini juga akan sangat
http://www.situshukum.com/kolom/keadilan-substantif-dan-problematika-
107
materil Pasal 197 ayat (1) huruf k Kuhap dengan frasa Batal Demi
108
Chainur Arrasjid, Dasar Dasar Ilmu Hukum,.Ed. 1,Cet.5 (Jakarta:Sinar Grafika,2008)
Hlm.115
103
Mahkamah Konstitusi terhadap uji materil Pasal 197 ayat (1) dan frasa
batal demi hukum yang terdapat di dalam Pasal 197 ayat (2) bersifat
menyatakan bahwa:
disimpulkan bahwa syarat mutlak dalam memaknai Pasal 197 ayat (2)
Ayat (2) tidak mutlak batal demi hukum, dikarenakan bahwa semua
109
Indonesia, Putusan Mahakamah Konstitusi No. 69/PU-X/2012
110
Indonesia, Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara
dalam Pengujian Undang-Undang Psl.57
104
B. EKSEKUSI PEMIDANAAN
dalam KUHAP diatur dari Pasal 270 sampai Pasal 270 KUHAP. Pelaksanaan
mempunyai kekuatan hukum tetap artinya tidak ada upaya lagi untuk
adalah:
111
Suryono Sutarto, Hukum Acara Pidana Jilid II, (Semarang : Badan Penerbit UNDIP,
2008), hlm 128.
105
gewijsde)
tetap apabila:
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa,
112
Bambang Dwi Baskoro, Bunga Rampai Penegakan Hukum Pidana, (Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro), hlm 115.
106
a. Pidana pokok
1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana denda
5. Pidana tutupan
b. Pidana tambahan
1. Pencabutan hak-hak tertentu,
2. Perampasan barang-barang tertentu, dan
3. Pengumuman terhadap putusan hakim
1. Pasal 271
Dalam hal pidana mati pelaksanaannya dilakukan tidak di muka
umum dan menurut ketentuan undang-undang.
2. Pasal 272
Jika terpidana dipidana penjara atau kurungan dan kemudian
dijatuhi pidana yang sejenis sebelum ia menjalani pidana yang
dijatuhkan terdahulu, maka pidana itu dijalankan berturut-turut
dimulai dengan pidana yang dijatuhkan lebih dahulu.
3. Pasal 273
(1) Jika putusan pengadilan menjatuhkan pidana denda, kepada
terpidana diberikan jangka waktu satu bulan untuk
membayar denda tersebut kecuali dalam putusan acara
pemeriksaan cepat yang harus seketika dilunasi.
(2) Dalam hal terdapat alasan kuat, jangka waktu sebagaimana
tersebut pada ayat (1) dapat diperpanjang untuk paling lama
satu bulan.
(3) Jika putusan pengadilan juga menetapkan bahwa barang
bukti dirampas untuk negara, selain pengecualian
107
menjalankan putusan (ten uit voer legging van vonnisen) dan melaksanakan
putusan yang dimasud di sini yaitu melaksanakan secara paksa apa bila
pihak yang telah kalah tidak mau menjalankan secara sukarela (vrijwilling,
penelitian ini yaitu menyangkut apakah bisa putusan pemidanaan yang tidak
113
Yahyah Hararhap, Ruang lingkup permasalahan eksekusi….,Loc Cit Hlm.6
108
ketentuan Pasal 197 ayat (1) KUHAP merupakan syarat dalam membuat
putusan pemidanaan dan berdasarkan Pasal 197 ayat (2) jika salah satu
197 ayat (1) KUHAP sebagaimana juga telah dilakukan uji materil terhadap
ketentuan Pasal 197 ayat (1) dan berkaitan dengan frasa batal demi hukum
sebagaimana yang terdapat di dalam ketentuan Pasal 197 ayat (2) yaitu
yang berbeda satu sama lain oleh karena itu penulis menambahkan bahwa
dijalani, jadi berkaitan dengan apakah bisa ketentuan Pasal 197 ayat (1)
dilaksanakan. Karena Pasal 197 ayat (1) huruf k bukan merupakan syarat
mutlak yang harus terpenuhi dalam surat putusan pemidanaan dan berkaitan
109
dengan putusan batal demi hukum jelaslah bahwa putusan yang batal demi
tersangka atau terdakwa kembali seperti semula atau dianggap tidak pernah
ada oleh karena itu tidak dapat dieksekusi akan tetapi kita juga tidak boleh
membiarkan seseorang yang telah terbukti atau bersalah lolos begitu juga
karena alasan putusan batal demi hukum, oleh karena itu di sinilah juga
putusan yang dieksekusi merupakan putusan yang batal demi hukum yang
jelas tidak dapat melakukan eksekusi dan jika hal itu dipaksakan maka
dalam hal ini jaksa akan melanggar hukum. Serta harus ditegaskan kembali
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
beberapa hal dari penelitian yang telah penulis lakukan mengenai syarat
kecuali jika terdakwanya lebih dari satu orang maka putusan dapat
syarat mutlak yang harus ada dalam membuat putusan oleh sebab
B. SARAN
zaman
112
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Alfiah Ratna Nurul., barang Bukti Dalam Proses Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta,1989
Arrasjid Chainur, Dasar Dasar Ilmu Hukum,Ed. 1,Cet.5 Sinar Grafika, Jakarta,
2008
Hans Kelsen, Teori umum tentang Hukum dan Negara, Cet ke 8, Nusa Media,
Bandung,2013
2006
Liberty,Yogyakarta, 1982
Jogyakarta, 1993.
Mulyadi, Lilik. Hukum Acara Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2007.
Yogyakarta, 1982.
Sutarto Suryono, Hukum Acara Pidana Jilid II, Badan Penerbit UNDIP,
Semarang, 2008
Jakarta 2010
B. Peraturan-peraturan
Kehakiman.
Perkara Pidana.
C. Kamus Hukum
Simorangkir. J.C.T; Erwin, Rudy T; dan Prasetyo J.T. Kamus Hukum Cet. Ke
D. Website
30 November 2013
http://ardianlovenajlalita.wordpress.com/2013/05/27/karakter-hukum-
2013
http://luqmanpinturicchio.blogspot.com/2012/06/pengertian-pidana-dan-
http://www.situshukum.com/kolom/keadilan-substantif-dan-problematika