Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PIDANA

NOMOR 37/PID.B/2017/PN.SDW

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Diklat Kemahiran Hukum Pidana
Dosen pengampu : Hadis Sastranegara, S.H., M.H.

Disusun oleh :

Abyan Naufal 3019210256


Alsya Putri Widyasari 3019210092
Muhammad Reyhan Daniswara 3019210206
Muhammad Rifki Ramadhani 3019210005
Reza Putra Pratama 3019210262
Widya Puspaningrum 3019210081
Kelas B

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan diadakannya suatu proses di muka pengadilan adalah untuk memperoleh
putusan hakim. Putusan hakim atau lazim disebut dengan istilah putusan pengadilan
merupakan sesuatu yang sangat diinginkan atau dinanti-nantikan oleh pihak-pihak yang
berperkara guna menyelesaikan sengketa di antara mereka dengan sebaik-baiknya. Sebab
dengan putusan hakim tersebut pihak-pihak yang bersengketa mengharapkan adanya
kepastian hukum dan keadilan dalam perkara yang mereka hadapi. Untuk dapat
memberikan putusan yang benar-benar menciptakan kepastian hukum dan mencerminkan
keadilan, hakim sebagai aparatur negara yang melaksanakan peradilan harus benar-benar
mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, serta peraturan hukum yang mengaturnya
yang akan diterapkan.
Prof. Sudikno Mertokusumo, S.H. memberikan definisi putusan hakim sebagai suatu
pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang diberi wewenang itu, diucapkan di
persidangan dan bertujuan mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau suatu
sengketa antara para pihak. Pengertian “putusan hakim” menurut Laden Marpaung bahwa
“Putusan adalah hasil atau kesimpulan dari sesuatu yang telah dipertimbangkan dan
dinilai dengan semasak-masaknya yang dapat berbentuk tulisan maupun tulisan”.
Menurut Lilik Mulyadi berlandaskan pada visi teoritik dan praktik maka “putusan
pengadilan” itu merupakan “Putusan yang diucapkan oleh hakim karena jabatannya
dalam persidangan perkara pidana yang terbuka untuk umum setelah melakukan proses
dan prosedur hukum acara pidana pada umumnya, yang berisikan amar pemidanaan atau
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dibuat secara tertulis dengan tujuan untuk
menyelesaikan perkara”. Bab 1 Pasal 1 Angka 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana disebutkan bahwa “putusan pengadilan” sebagai, “pernyataan hakim yang
diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas
atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta merta menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini”.
Sehingga dapat dikatakan bahwa putusan hakim merupakan “akhir” dari proses
persidangan pidana pada tingkat pengadilan negeri telah selesai, oleh karena itu status
dan langkah terdakwa pun menjadi jelas apakah menerima putusan atau menolak putusan
tersebut dan melakukan langkah upaya hukum banding atau kasasi, atau bahkan grasi.
Selain itu karena putusan hakim merupakan mahkota dari puncak perkara pidana maka
diharapkan pada putusan hakim ditemukan pencerminan nilai-nilai keadilan, kebenaran
dan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan kepada para pencari keadilan,
masyarakat pada umumnya serta Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Putusan pada peradilan pidana merupakan untuk menyelesaikan perkara pidana yang
telah berlangsung dari penyidikan, penuntutan hingga muka persidangan, putusan
pengadilan juga bertujuan agar terdakwa mempunyai kedudukan atas “statusnya” dalam
perkara pidana yang sedang dihadapinya, selain itu putusan hakim merupakan suatu
bentuk pertanggung jawaban kepada para pencari keadilan, ilmu pengetahuan dan Tuhan
Yang Maha Esa, oleh karena itu suatu putusan haruslah mempunyai tiga aspek tujuan
yaitu Keadilan, Kemanfaatan dan Kepastian.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah isi dari Pasal 197 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP)?
b. Bagaimana isi amar putusan pidana Nomor 37/Pid.B/2017/PN.Sdw?
c. Apa kaitan antara Pasal 197 KUHAP dengan isi putusan pidana Nomor
37/Pid.B/2017/PN.Sdw?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pasal 197 KUHAP


(1) Surat putusan pemidanaan memuat:
a. Kepala putusan yang dituliskan berbunyi : “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan ,
tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa
c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan
d. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta
alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan disidang yang menjadi dasar
penentuan kesalahan terdakwa
e. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan
f. Pasal peraturan perundang undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau
tindakan dan pasal peraturan perundang undangan yang menjadi dasar hukum dari
putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa
g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis Hakim kecuali perkara
diperiksa oleh hakim tunggal
h. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam
rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau
tindakan yang dijatuhkan
i. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan
jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti
j. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana letaknya
kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu
k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan
l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan
nama Panitera
(2) Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e,f, h, j, k dan I pasal ini
mengakibatkan putusan batal demi hukum.
(3) Putusan dilaksanakan dengan segera menurut ketentuan dalam undang undang ini.
B. Amar Putusan :
M E N G A D I L I:
1. Menyatakan terdakwa SADERIANUS Anak Dari NANIS (Alm) tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana
dakwaan primair penuntut umum ;
2. Membebaskan terdakwa oleh karena itu dari dakwaan primair penuntut umum ;
3. Menyatakan terdakwa SADERIANUS Anak Dari NANIS (Alm) telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penganiayaan
mengakibatkan mati, akan tetapi perbuatan terdakwa tersebut tidak dapat dihukum
karena terdakwa melakukan perbuatan tersebut dalam rangka pembelaan diri ;
4. Membebaskan terdakwa oleh karena itu dari dakwaan subsidair penuntut umum ;
5. Memerintahkan terdakwa dibebaskan dari tahanan segera setelah putusan ini
diucapkan ;
6. Memulihkan hak-hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat serta
martabatnya ;
7. Menetapkan barang bukti berupa :
- 1 (satu) lembar baju kemeja lengan pendek warna putih merk LA FIERTE
dengan lumuran darah
- 1 (satu) lembar celana jeans pendek warna biru kehitam hitaman
Dikembalikan kepada yang berhak melalui keluarga korban Salomo
- 1 (satu) bilah senjata tajam jenis parang dengan panjang ± 57 cm dengan
gagang terbuat dari kayu
- 1 (satu) bilah senjata tajam jenis parang dengan panjang ± 60 cm dengan
gagang terbuat dari kayu dan lilitan tali rafia warna hitam Dimusnahkan
8. Membebankan biaya perkara kepada negara ;

C. Putusan Nomor 37/Pid.B/2017/PN.Sdw memiliki unsur :


a. Memiliki kepala putusan yang bertuliskan : DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, pada halaman ke 1 dan
alenia ke 1 sebagai pembukaan.
b. Memiliki Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa. Unsur ini terdapat
pada alenia ke 2 dan pada halaman ke 1.
c. Memiliki Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan. Dalam surat
putusan ini, terdapat 2 dakwaan sebagaimana tertulis. Untuk dakwaan primair
tertulis pada halaman ke 5, alenia ke 2. Pada dakwaan pertama, terdakwa didakwa
dengan pasal 338 KUHP. Sedangkan untuk dakwaan subsidair terdapat pada
halaman ke 9, alinea ke 1 dan dakwaan subsidair terdakwa didakwa dengan pasal
351 ayat 3 KUHP. Kedua dakwaan tertulis jelas dan lengkap.
d. Memiliki pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan
beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan disidang yang menjadi
dasar penentuan kesalahan terdakwa. Pada unsur ini telah dijelaskan sejelas-
jelasnya pada halaman ke 50, dari alinea pertama sampai halaman ke 52, alinea
ke 1.
e. Memiliki tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan. Unsur ini
dituliskan pada halaman ke 3, alenia ke 3 sampai halaman ke 4, alenia ke 2.
f. Memiliki pasal peraturan perundang undangan yang menjadi dasar pemidanaan
atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan
terdakwa. Unsur ini terdapat pada halaman ke 50, alenia ke 3 sampai halaman ke
51, alenia ke 2.
g. Memiliki Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis Hakim kecuali
perkara diperiksa oleh hakim tunggal. Unsur ini terdapat pada halaman ke 54,
alenia ke 1.
h. Memiliki Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur
dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau
tindakan yang dijatuhkan. Unsur ini terdapat pada halaman ke 50, alenia ke 3
sampai halaman ke 51, alenia ke 4.
i. Memiliki Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan
jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti. Unsur ini terdapat
pada halaman ke 52, alenia ke 1.
j. Tidak memiliki Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di
mana letaknya kepalsuan itu, karena tidak terdapat surat otentik dianggap palsu.
Pada surat putusan ini, tidak ditemukannya letak kepalsuan dan dianggap asli atau
otentik.
k. Memiliki Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskan. Unsur ini ditemukan pada halaman ke 50, alenia ke 3.
l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan
nama Panitera. Unsur ini terdapat pada halaman ke 54, alenia ke 1.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis sebuah putusan Nomor
37/Pid.B/2017/PN.Sdw, bahwa analisis mengenai putusan hakim yang harus berdasarkan
pada pasal 197 KUHAP. Setelah dianalisis putusan tersebut sudah sesuai dengan apa
yang telah ditentukan dalam pasal 197 KUHAP, karena didalam BAB II mengenai
analisis tidak ada kekurangan dalam menuliskan yang harus ditulis sesuai dengan huruf a
sampai huruf l Pasal 197 KUHAP. dalam hal ini dapat diambil kesimpulan telah sesuai
dengan apa yang telah seharusnya ditentukan. dan dapat dikatakan sudah sempurna serta
tidak ada cacat dalam penulisan putusan tersebut.
Dalam hal ini juga dalam pasal 197 KUHAP ayat 1 huruf k, kita tidak boleh
melepaskan dari ketentuan-ketentuan lainya dalam KUHAP dan dalam ayat 2 juga
dijelaskan jika tidak memenuhi ketentuan tersebut maka mengakibatkan batal demi
hukum.

Anda mungkin juga menyukai