Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGERTIAN EKSEPSI DAN SURAT DAKWAAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah: Keadvokatan

Dosen Pengampu: A. Mansur, S.H.I., M.H

Disusun Oleh

Kelompok 10 :

1. Ahmad Tuba Ainus Salsabil 211102020017


2 . Putri Aisyah Novita A 212102010035
3. Sofia Irhami Basri 212102010037
4. Tiara Azhar Nafisa 212102010041
5. Naufal Akbar DM 212102010045

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ


JEMBER

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

NOVEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
”Pengertian eksepsi dan surat dakwaan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Keadvokatan . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak A. Mansur, S.H.I., M.H.
selaku dosen mata kuliah Keadvokatan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan dalam
kesempatan ini, demi kesempurnaan makalah kami.

Jember, 16 November 2023

Tim penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

ABSTRAK…………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….

A. Latar Belakang…………………………………………………………

B. Rumusan Masalah………………………………………………………

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN.………………………………………………………….

A Pengertian eksepsi dan surat dakwaan ………….....................................

B. Isi dan syarat surat dakwaan ..................................................................

C. Jenis jenis surat dakwaan dan eksepsi…..................................................

D. Cara mengajukan eksepsi dalam pengadilan............................................

E. Contoh surat eksepsi.................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………..……………………………………….

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eksepsi merupakan istilah hukum yang merujuk pada penolakan atau
keberatan yang diajukan oleh pihak terdakwa dalam suatu persidangan. Eksepsi
umumnya diajukan sebelum persidangan masuk ke inti pokok perkara atau substansi
perkara yang sedang dibahas. Tujuan utama dari pengajuan eksepsi adalah untuk
menolak tuntutan atau tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak penuntut atau
jaksa penuntut umum. Hal ini bisa dilakukan karena alasan-alasan tertentu, seperti
kelemahan dalam prosedur hukum, bukti yang tidak memadai, atau alasan-alasan lain
yang dapat merugikan keberhasilan tuntutan hukum.
Di sisi lain, surat dakwaan adalah dokumen formal yang dibuat oleh jaksa
penuntut umum yang berisi tuduhan resmi terhadap seseorang dalam sebuah perkara
pidana. Surat dakwaan menyatakan perincian mengenai tindak pidana yang diduga
dilakukan oleh terdakwa, beserta alasan-alasan atau bukti-bukti yang mendukung
tuduhan tersebut. Surat dakwaan menjadi dasar bagi pengadilan untuk memulai
proses persidangan.
Penting untuk memahami kedua konsep ini karena keduanya merupakan
bagian integral dari proses peradilan pidana. Eksepsi memungkinkan pihak terdakwa
untuk menantang legalitas atau validitas tuntutan yang diajukan terhadap mereka,
sementara surat dakwaan menjadi landasan formal untuk memulai proses peradilan
dengan menguraikan tuduhan resmi terhadap terdakwa.Dalam sistem hukum pidana,
kedua hal ini memiliki peran penting dalam menentukan arah dan hasil dari proses
hukum yang sedang berlangsung. Dengan pemahaman yang baik tentang konsep
eksepsi dan surat dakwaan, pihak terlibat dalam proses peradilan akan dapat
mengerti mekanisme dan tahapan yang terlibat dalam penegakan hukum serta hak-
hak yang mereka miliki dalam proses hukum tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian eksepsi dan surat dakwaan?
2. Bagaimana Isi dan syarat surat dakwaan?
3. Apa saja Jenis jenis surat dakwaan dan eksepsi?
4. Bagaimana Cara mengajukan eksepsi dalam pengadilan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian eksepsi dan surat dakwaan
2. Untuk mengetahui Isi dan syarat surat dakwaan
3. Untuk mengetahui Jenis jenis surat dakwaan dan eksepsi
4. Untuk mengetahui Cara mengajukan eksepsi dalam pengadilan
5. Untuk mengetahui Contoh surat eksepsi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Surat Dakwaan Dan Eksepsi

Surat dakwaan adalah surat yang dibuat jaksa penuntut umum (JPU) atas
dasar BAP yang diterimanya dari penyidik yang memuat uraian secara
cermat, jelas, dan lengkap tentang rumusan tindak pidana yang telah dilakukan
oleh seseorang atau beberapa orang1. Surat dakwaan merupakan dasar pemeriksaan
suatu perkara pidana dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum
hanya akan mempertimbangkan dan menilai apa yang tertera dalam surat dakwaan
tersebut mengenai benar atau tidaknya terdakwa melakukan suatu tindak pidana yang
didakwakan kepadanya, didalam hal dalam menjatuhkan keputusannya. Surat
dakwan dalam tuntutan perdata disebut surat gugatan, maka dalam perkara pidana
disebut surat dakwaan dan kedua–keduanya mempunyai persamaan, karena hakim
melakukan pemeriksaan hanya dalam batas–batas surat gugatan atau dakwaan itulah
hakim akan memutuskan. Perbedaan adalah dalam surat gugatan disusun oleh pihak
yang dirugikan namun dalam pembuatan surat dakwaan penuntut umum (jaksa) tidak
tergantung pada kemauan korban (kecuali dalam delik aduan).2
Sedangkan Pengertian eksepsitu sendiri adalah salah satu istilah yang
digunakan dalam proses hukum dan peradilan yang berarti penolakan/keberatan yang
disampaikan oleh seorang terdakwa disertai dengan alasan-alasannya bahwa
dakwaan yang diberikan kepadanya dibuat tidak dengan cara yang benar dan tidak
menyangkut hal tentang benar atau tidak benarnya sebuah tindak pidana yang
didakwakan. Eksepsi dan bantahan terhadap pokok perkara di dalam konteks hukum
acara memiliki makna yang sama yaitu sebuah tangkisan atau bantahan (objection).
adapun pengertian lain mengenai eksepsi adalah alat-alat pembelaan yang
maksudnya untuk menghindarkan keputusan tentang pokok perkara, karena dengan
menerima baik tangkisan-tangkisan tidak perlu lagi. KUHP dalam Pasal 1 56 atau ( I
) menyatakan bahwa : Dalam hal terdakwa atau penasihat hukumnya mengajukan
keberatan, bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan
tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi
kesempatan kepada penuntut umum untuk menyatakan pendapatnya, hakim
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan. Dari
bunyi ketentuan pasal 156 KUHP di atas, terdakwa atau penasihat hukumnya bisa
mengajukan keberatan (Eksepsi) dalam hal : l. Pengadilan tidak berwenang

1
Hendrika Beatrix Aprilia Ngape, Aakibat hukum putusan hakim yang menjathukan putusan diluar
surat dakwaan penutut umum, Justitia jurnal Hukum vol 2 no. 1 thn 2018
2
Nugraha Abdul K, Modul Kuliah Hukum Acara Pidana ( Jakarta : Universutas Esa Unggul,2010)
hal. 26
6
mengadili perkaranya; 2. Dakwaan tidak dapat diterimal 3. Dakwaan batal demi
hukum. 3

2.2 Syarat-syarat Surat Dakwaan

Surat dakwaan diatur hanya dalam dua pasal saja dalam KUHAP, yaitu pasal
143 dan pasal 1444. Dalam pasal 143 ayat (1) dikatakan : “penuntutan umum
melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar segera mengadili
perkara tersebut disertai surat dakwaan”. 5Ini yang disebut akta pelimpahan perkara
dengan dakwaan, yang Belanda sebut “acte van verwijzing”. Disini KUHAP hanya
mengatur perkara biasa, dalam perkara sumir tidak memakai surat dakwaan, hanya
pelimpahan perkara. Ketentuan ayat ini juga menunujukkan bahwa sistem peradilan
pidana kita adalah peradilan cepat (contante justitie, speedytrial), ditandai dengan
kata “segera”, yang dalam praktik kurang terlaksana.

Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberitanggal dan tandatangani


serta berisi :

1. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka
2. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.

a) Syarat - syarat Formal Dakwaan

Diantara syarat formal yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

1).Diberi tanggal dan ditanda tangani oleh penuntut umum.

2).Berisi identitas terdakwa/para terdakwa, meliputi nama lengkap, tempat


lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal,agama dan pekerjaan terdakwa.

Identitas tersebut dimaksudkan agar orang yang didakwa dan diperiksa


didepan sidang pengadilan adalah benar-benar terdakwa yang sebenarnya
dan bukan orang lain. Apabila syarat formal ini tidak seluruhnya dipenuhi,
dapat dibatalkan oleh hakim (vernietigbaar) dan bukan batal demi hukum
karena dinilai tidak jelas terhadap siapa dakwaan tersebut ditujukan.

b) Syarat Materiil Dakwaan


1. Menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan

3
Didik Endro Purwoleksono, Eksepsi dalam perkara pidana, Jurnal Perspektif vol 8 no. 2 tahun
2003

4
Andi Hamzah, Surat Dakwaan Dalam Hukum Acara Pidana. Edisi Pertama, PT.ALUMNI, (2016.) h. 31-32
5
Pasal 143 ayat (1) KUHP : “penuntutan umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan
agar segera mengadili perkara tersebut disertai surat dakwaan”
7
Dalam menyusun surat dakwaan, penguraian unsur mengenai waktu
tindak pidana dilakukan adalah sangat penting karena hal ini berkaitan
dengan hal-hal mengenai asas legalitas, penentuan recidive, alibi,
kadaluarsa, kepastian umur terdakwa atau korban, serta hal-hal yang
memberatkan terdakwa. Begitu juga halnya dengan pengaturan tentang
tempat terjadinya tindak pidana dikarenakan berkaitan dengan kompetensi
relatif pengadilan, ruang lingkup berlakunya UU tindak pidana serta
unsur-unsur yang disyaratkan dalam tindak pidana tertentu, misalnya
dimuka umum, didalam pekarangan (tertutup) dan lain-lain.

2. Memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak


pidana

yang didakwakan:

a). Uraian harus cermat Dalam penyusunan surat dakwaan, penuntut


umum harus bersikap cermat/teliti, terutama yang berkaitan
dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku
agar tidak terjadi kekurangan dan/atau kekeliruan. Yang
mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau unsur-unsur dalam
dakwaan tidak berhasil dibuktikan.

b). Uraian harus jelas, dimana penuntut umum harus mampu


merumuskan unsur-unsur tindak pidana/delik yang didakwakan
secara jelas dalam arti rumusan unsur-unsur delik harus dapat
dipadukan dan dijelaskan dalam bentuk uraian fakta perbuatan
yang dilakukan oleh terdakwa. Uraian unsur-unsur delik yang
dirumuskan dalam pasal yang didakwakan harus dapat
dijelaskan/digambarkan dalam bentuk fakta perbuatan yang
dilakukan oleh terdakwa. Dengan demikian, dalam uraian unsur-
unsur dakwaan dapat diketahui secara jelas apakah terdakwa
melakukan tindak pidana

c). Uraian harus lengkap Lengkap adalah dalam menyusun surat


dakwaan harus diuraikan unsur-unsur tindak pidana yang
dirumuskan dalam UU secara lengkap. Dengan kata lain, tidak
boleh ada yang tercecer/tertinggal atau tidak tercantum dalam
surat dakwaan. Surat dakwaan harus dibuat sedemikan rupa
sehingga menguraikan unsur tindak pidana yang didakwakan,
perbuatan materiel, waktu dan tempat tindak pidana dilakukan6.

Sebelum membuat surat dakwaan, beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam tindak pidana yang akan diajukan ke muka
sidang pengadilan adalah pasal yang mengatur tindak pidana
tersebut. Apabila penuntut umum merasa yakin atas tindak pidana
yang akan didakwakan melanggar pasal tertentu dalam KUHP,

6
Harrys Pratama Teguh. Teori dan Praktik Acar5a Pidana KHusus. Bandung:Pustaka Setia (2016) h.198-199
8
penuntut umum dapat membuat matriks tindak pidana tersebut.
Matriks adalah kerangka dasar sebagai sarana mempermudah
dalam pembuatan surat dakwaan. Matriks disusun sesuai dengan
isi dan maksud pasal 143 KUHAP karena surat dakwaan terancam
batal apabila tidak memenuhi pasal 143 ayat (2) Huruf (a) dan (b)
KUHAP.

2.3 Jenis-Jenis Surat Dakwaan Dan Eksepsi

Surat dakwaan dan eksepsi merupakan istilah-istilah hukum yang terkait


dengan proses peradilan, khususnya dalam ranah hukum pidana Dalam jalannya
peradilan pidana, surat dakwaan merupakan dokumen yang digunakan pada tahap
penuntutan. Terdapat berbagai varian surat dakwaan yang digunakan dalam proses
peradilan pidana. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai berbagai jenis surat
dakwaan dan eksepsi:

Surat Dakwaan:

1. Dakwaan Primer (Pokok):

Merupakan surat dakwaan yang berisi tuduhan pokok terhadap terdakwa.


Isinya melibatkan perincian tindak pidana yang diduga dilakukan oleh terdakwa,
termasuk informasi rinci seperti waktu dan tempat kejadian.

2. Dakwaan Alternatif:

Dalam situasi di mana perbuatan terdakwa dapat diartikan sebagai


pelanggaran terhadap lebih dari satu ketentuan hukum pidana, surat dakwaan
alternatif dapat diajukan. Ini memungkinkan terdakwa untuk diadili atas salah
satu atau beberapa perbuatan yang disebutkan dalam dakwaan.

3. Dakwaan Kumulatif:

Jenis dakwaan ini mencakup beberapa perbuatan yang dianggap sebagai satu
kesatuan tindak pidana. Meskipun perbuatan tersebut dapat dihukum secara
terpisah, dakwaan kumulatif memandangnya sebagai satu keseluruhan yang
mencerminkan kesengajaan atau maksud tertentu.

Eksepsi

Sementara itu, eksepsi adalah penolakan atau keberatan yang disertai alasan
bahwa surat dakwaan tidak dibuat secara benar dan tidak menyangkut aspek
kebenaran tindak pidana yang didakwakan. Jenis-jenis eksepsi dapat dikelompokkan
berdasarkan tujuannya, seperti eksepsi terkait yurisdiksi pengadilan, eksepsi terkait
ketidakditerimaan dakwaan, dan eksepsi terkait pembatalan surat dakwaan.

Surat dakwaan dan eksepsi memiliki peran penting dalam proses peradilan
pidana untuk menjaga keberlakuan hukum pidana dan mencegah kesalahan dalam
penerapan hukum. Surat dakwaan menjadi dasar dan landasan bagi hakim dalam
melakukan pemeriksaan di hadapan sidang pengadilan, sementara eksepsi digunakan

9
untuk menolak atau menyampaikan keberatan terhadap surat dakwaan yang telah
disusun.7

a) Eksepsi Absolut:
Merupakan usaha dari pihak terdakwa untuk menolak proses peradilan secara
keseluruhan. Eksepsi absolut umumnya diajukan berdasarkan alasan-alasan
tertentu, seperti cacat prosedural atau ketidakberlakuan hukum yang relevan
b) Eksepsi Relatif:
Sama seperti eksepsi absolut, eksepsi relatif juga diajukan oleh pihak
terdakwa, tetapi hanya terkait dengan bagian tertentu dari dakwaan atau
tuntutan. Sebagai contoh, terdakwa dapat mengajukan eksepsi terkait
ketidaklengkapan bukti atau keabsahan bukti yang diajukan oleh jaksa
penuntut.
c) Eksepsi Kompetensi:
Diajukan ketika terdapat ketidaksesuaian antara lembaga peradilan yang
menangani kasus dengan hukum yang berlaku, atau jika terdapat keberatan
terhadap yurisdiksi pengadilan yang menangani kasus tersebut.

Penting dicatat bahwa jenis-jenis surat dakwaan dan eksepsi ini dapat
bervariasi tergantung pada sistem hukum yang berlaku di suatu negara.
Proses hukum pidana dapat mengalami perbedaan yang signifikan dari satu
yurisdiksi ke yurisdiksi lainnya. Oleh karena itu, penjelasan ini mungkin
tidak mencakup semua variasi yang mungkin ada dalam sistem hukum pidana
yang berbeda.

2.4 Cara Mengajukan Eksepsi Dalam Pengadilan


Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui mengenai bagaimana cara esepsi
tersebut dilakukan hal ini diatur dalam Pasal 134 HIR dan Pasal 132 Rv. Berikut
adalah langkah-langkah pengajuan esepsi pada saat dipengadilan.

1. Selama proses proses pemeriksaan langsung disidang pertama(PN), maka


esepsi dapat diajukan kapan saja, tergugat dapat mengajukannya sejak proses
pemeriksaan dimulai sampai sebelum putusan dijatuhkan dan hal ini terbuka
untuk segala tahap proses pemeriksaan.
2. Secara ex-officio, hakim harus menyatakan diri tidak berwenang “Dalam hal
hakim tidak berwenang karena jenis pokok perkaranya, maka ia meskipun
tidak diajukan tangkisan tentang ketidakwenangannya karena jabatannya
wajib menyatakan dirinya tidak berwenang”.(Pasal 132 Rv)

7
Aristo M.A. Pangaribuan, Arsa Mufti, dan Ichsan Zikry. 2017. Pengantar Hukum Acara Pidana Di Indonesia.
Depok: Rajawali Pers.
Luhut M.P. Pangaribuan. 2013. HUKUM ACARA PIDANA SURAT RESMI ADVOKAT DI PENGADILAN
Praperadilan, Eksepsi, Pledoi, Duplik, Memori Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali. Depok: Papas Sinar
Sinanti.
10
3. Dapat diajukan pada tingkat banding maupun kasasi yang dituangkan dalam
memori banding dan kasasi, atas alasan yang telah terjadi cara mengadili
melampaui batas kewenangan(Pasal 134 HIR)

Adapun cara mengajukan eksepsi kewenangan relatif hal ini diatur dalam
Pasal 125 ayat (2) Rv dan Pasal 133 HIR
1. Berbentuk lisan sesuai dengan Pasal 133 HIR bahwa tergugat diberikan
kewenangan akan hal ini. Dan dalam hal ini Pengadilan Negeri tidak boleh
menolak atau mengesampingkan, menerima dan mencatatnya dalam berita
acara sidang untuk dinilai dan ditimbang sebagaimana mestinya.
2. Berbentuk tulisan yang sesuai dengan Pasal 125 ayat (2) j.o Pasal 121 HIR
yaitu ; tergugat dapat menyatakan dalam surat jawaban yang pengajuannya
bersama-sama dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bantahan
pokok pertama.
a. Saat pengajuan kompetensi relatif memperlihatkan pasal 125 ayat 2 dan
pasal 133 HIR. Pengajuannya disampaikan pada sidang pertama yang
bersamaan dengan pengajuan jawaban pada materi pokok perkara
b. Apabila sidang pertama belum diajukan jawaban, maka tidak gugur hak
mengajukan eksepsi kompetensi relatif
c. Patokannya adalah saat tergugat mengajukan jawaban pertama. Selebihnya
hak pengajuan ini akan gugur.
d. Ditegaskan dalam putusan MA Nomor 1340 K/Si/1971. Bahwa eksepsi
kompetitif relatif yang diajukan sebagai keberatan kasasi tidak dibenarkan
karena dalam pasal 133 HIR dikatakan bahwa Eksepsi harus diajukan pada
jawaban pertama.
e. Cara pengajuan eksepsi lain diluar kompetensi berupa segala eksepsi yang
diakui keabsahannya dan keberadaanya oleh doktrin hukum dan praktik
peradilan. Hal ini diatur dalam Pasal 136 HIR dan 144 Rv.

Cara Pengajuan Eksepsi Sekaligus8.

a. Semua Eksepsi yang hendak dikemukakan harus diajukan sekaligus. Jika satu
tidak masalah, namun jika lebih dari satu harus disampaikan sekaligus pada
jawaban pertama.
b. Tidak diperbolehkan mengajukan eksepsi satu per-satu(hanya eksepsi
kompetensi absolut yang dapat diajukan secara tersendiri. Eksepsi ini tidak
wajib diajukan pada jawaban pertama dan secara bersama-sama pada bantahan
pokok perkara)
c. Hal tersebut bertujuan untuk tata tertib dan efensiesi beracara, sekiranya
undang-undang memperbolehkan secara satu per-satu, maka tergugat dapat
mendistorsi proses persidangan.
d. Eksepsi yang tidak diajukan sekaligus bersama pada jawaban pertama, maka
hal tersebut dianggap gugur.
e.

8
Ika Khairunnisa Simanjutak, S.H, M.H, Eksepsi dan Bantahan Pokok Perkara. PPt
11
2.5 Contoh surat eksepsi

( CONTOH EKSEPSI )

KEBERATAN (EKSEPSI)
PENASEHAT HUKUM
Atas Nama Terdakwa

MONIKA ZONGGONAU
Terhadap Surat Dakwaan dalam Perkara PidanaNomor
Reg. Perkara: PDM-12/NABIRE/05/2009

Di Pengadilan Negeri Nabire

Majelis Hakim yang terhormat


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati, dan
Sdr. Panitera yang kami hormati, Pengunjung
Sidang yang juga kami hormati,

Pertama-tama perkenankan kami menyampaikan terima-kasih Kepada Majelis


Hakim yang telah memberikan kesempatan kepada kami Penasehat Hukum
Terdakwa, untuk menyampaikan Keberatan (Eksepsi) terhadap Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum yang telah dibacakan dalam persidangan pada tanggal 29 Juni
2009 yang lalu.

Sebelum kami menanggapi Surat Dakwaan, Jaksa Penuntut Umum kiranya perlu
kami sampaikan bahwa Surat Dakwaan merupakan dasar pemeriksaan suatu perkara
pidana dalam sidang pengadilan, oleh karena itu Surat Dakwaan merupakan hal
yang sangat penting dalam proses penuntutan perkara pidana, maka Surat Dakwaan
haruslah dibuat sedemikian rupa dalam arti cermat, jelas dan lengkap yang didukung
oleh fakta fakta sesuai dengan ketentuan yang digariskan dalam asal 143 ayat (2)
KUHAP.

Di samping itu pentingnya Surat Dakwaan bagi terdakwa adalah merupakan dasar
untuk mempersiapkan pembelaannya, karrena Surat Dakwaan yang tidak memenuhi
persyaratan pasal 143 ayat (2) KUHAP akan merugikan hak pembelaan diri
terdakwa sebagai pencari keadilan.
Selanjutnya bagi Jaksa Penuntut Umum Surat Dakwaan penting artinya sebagai
dasar untuk proses pembuktian perbuatan terdakwa, dan juga sebagai dasar untuk
pembuatan Surat Tuntutan.
Kemudian bagi hakim Surat Dakwaan mempunyai arti sebagai dasar pemeriksaan di
persidangan dan sekaligus merupakan ruang lingkup pemeriksaan, serta sebagai
dasar pertimbangan dalam mengambil putusan kelak.

Sidang yang kami hormati,

Menurut ketentuan pasal 143 ayat (2) KUHAP, syarat syarat sahnya Surat Dakwaan
harus memenuhi syarat syarat formil dan materiil :

Syarat Formil : harus memuat identitas terdakwa yang berisi : nama lengkap,
Tempat lahir umur, dan tanggal lahir, jenis kelamin
,kebangsaan,tempat tinggal,agama dan pekerjaan terdakwa;
Syarat Materiil: harus memuat uraian secara cermat ,jelas dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan

Bahwa apabila waktu dan tempat tindak pidana dilakukan oleh Terdakwa tidak
cermat,tidak jelas dan tidak lengkap, maka menurut ketentuan Pasal 143 ayat (3)
KUHAP, dakwaan Sdr. Penuntut Umum batal demi hukum, yang lengkapnya
12
berbunyi sebagai berikut :
“…3. Surat Dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksuddalam
ayat (2) huruf b batal demi hukum…”

Bapak Majelis Hakim yang terhormat ! Jaksa


Penuntut Hukum yang terhormat !

Sebelum masuk pada Eksepsi terhadap syarat materiil, perlu kami tanggapi Proses
hukum ditingkat penyidikan awal terhadap Terdakwa Monika Zonggonau yang
tidak sesuai prosedur-prosedur Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), antara lain sebagai berikut :

1. Bahwa Pemeriksaan terhadap Tedakwa Monika Zonggonau (Tersangka saat di


Kepolisian) tanpa didampingi Penasehat Hukum, hal ini bertentangan dengan
pasal 56 ayat (1) KUHAP yang berbunyi sebagai berikut : "Dalam hal tersangka
atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana mati atau ancaman lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka
yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak
mempunyai Penasehat Hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua
tingkat pemeriksaan dalam proses pemeriksaan wajib menunjuk penasihat hukum
bagi mereka", dengan tidak ditunjuknya Penasehat Hukum menyebabkan
penyidikan terhadap Terdakwa tidak sah, maka BAP penyidik menjadi cacat
yuridis sehingga surat dakwaan yang disusun berdasarkan hasil penyidikan yang
cacat yuridis tersebut mengakibatkan surat dakwaan menjadi tidak sah ".

2. Bahwa Terdakwa Monika Zonggonau/Penasehat Hukum tidak diberikan Berkas


Perkara, Jaksa Penuntut Umum tidak menjalankan perintah UU No. 8 Tahun
1981 tentang KUHAP yakni tidak menyerahkan berkas perkara secara lengkap
kepada Terdakwa atau Penasehat Hukumnya pada saat yang bersamaan dengan
pelimpahan perkara ke Pengadilan Negeri Nabire. Padahal sangat jelas bahwa
ketentuan pasal 143 ayat (4) KUHAP telah menyatakan bahwa “Turunan Surat
Pelimpahan perkara beserta dakwaan disampaikan kepada tersangka atau
kuasanya atau Penasehat Hukumnya dan Penyidik, pada saat bersamaan dengan
penyampaian surat pelimpahan perkara tersebut ke Pengadilan Negeri”, dan
dalam Penjelasan pasal 143 ayat
(4) KUHAP dikatakan bahwa yang dimaksud dengan “surat pelimpahan perkara”
adalah surat pelimpahan perkara itu sendiri lengkap dengan surat dakwaan dan
berkas perkara.
Pengertian berkas perkara yang patut dan diterima dalam praktek adalah segala
surat-surat dan seluruh Berita Acara Pemeriksaan yang digunakan untuk proses
pemeriksaan perkara di Pengadilan.

Jadi dengan adanya penjelasan ini, sangat nampak bahwa Jaksa Penuntut
Umum sudah nyata-nyata tidak melaksanakan perintah ketentuan pasal 143 ayat
(4) KUHAP dan Penjelasannya dan sangat aneh jika kesalahan ini tetap
dipertahankan. Karena dalam perkara ini Terdakwa dan Penasehat Hukumnya
“Tetap tidak diberikan Berkas Perkara” padahal yang sangat berkepentingan atas
berkas perkara adalah Terdakwa yang sedang didakwa oleh Jaksa Penuntut
Umum. karena itu tidaklah berlebihan jika pada kesempatan ini kami Penasehat
Hukum Terdakwa mohon kepada Majelis Hakim yang Terhormat untuk
memerintahkan agar Sdr. Penuntut Umum segera menyerahkan turunan Berkas
Perkara kepada Terdakwa/Penasehat Hukum sebagai perintah undang-undang
agar kita dapat sama-sama bekerja dalam melancarkan pemeriksaan perkara ini.

Tanggapan terhadap syarat materiil dalam Surat Dakwaan Sdr. Penuntut Umum
Nomor Reg. Perkara: PDM-12/NABIRE/05/2009, terdapat hal-hal yang tidak
cermat, tidak jelas dan tidak lengkap sebagai berikut :

1. Bahwa dalam surat dakwaan , Jaksa Penuntut Umum telah menyusunnya secara
tunggal dimana Terdakwa Monika Zonggonau didakwa, “…dimuka umum
dengan lisan maupun tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan
pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti
baik ketentuan undang-undang maupun perintah jabatan yang diberikan
13
berdasarkan ketentuan undang-undang” sebagaimana dimaksud dalam pasal
160 KUHP, namun Jaksa Penuntut Umum dalam
menyusun dakwaannya telah pula mencampur-adukkan ataupun menghubung-
hubungkan teriakan Terdakwa Monika Zonggonau, “
Serang…Serang…Serang…Petugas tahan kita punya orang-orang tanpa
sebab…”, dengan tindakan massa berupa penyerangan terhadap anggota
Dalmas Polres Nabire dengan cara melempari batu dan ada juga yang
menggunakan panah dan kayu yang menyebabkan Jejen Jumadi salah satu
anggota Dalmas Polres Nabire tertusuk panah pada perutnya dan juga
mengakibatkan kaca mobil Patroli Lalu Lintas Polres Nabire pecah, yang
akhirnya mengacaukan surat dakwaan dan merugikan pihak terdakwa.
Kelemahan dari surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah Surat Dakwaan
Jaksa Penuntut Umum tidak menjabarkan apakah massa yang melakukan
penyerangan terhadap aparat Dalmas Polres Nabire yang mengakibatkan Jejen
Jumadi tertusuk panah dan rusaknya (Pecah) kaca mobil partroli lalu lintas
Polres Nabire, adalah orang-orang yang benar- benar secara langsung
mendengar hasutan Terdakwa Monika Zonggonau ataukah tindakkan mereka
merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri (Tidak terkait dengan hasutan
Terdakwa) ? Jika Jaksa Penuntut Umum berdalil bahwa tindakkan Terdakwa,
merupakan tindakan penghasutan seharusnya Jaksa Penuntut Umum juga
mampu menetapkan Terdakwa lain yang dapat dikategorikan sebagai orang-
orang yang terhasut oleh Terdakwa dan dengan demikian pasal 160 KUHP harus
di Junctokan dengan pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP

Oleh karena tidak dijelaskan secara detail hubungan antara hasutan Terdakwa
dan tindakkan penyerangan massa terhadap aparat Dalmas Polres Nabire, maka
dakwaan Jaksa dapat dikategorikan “tidak jelas” / Obcur Libel, karena itu
dakwaan harus dinyatakan batal demi hukum karena Surat Dakwaan yang
demikian merugikan kepentingan terdakwa dalam mengadakan pembelaan
terhadap dirinya.

2. Bahwa dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, hal.1 paragraf 1 (Satu),
terdapat kalimat-kalimat antara lain berbunyi :
A. …”atau setidak-tidaknya pada waktu lain di bulan April 2009”…
B. …”atau setidak-tidaknya ditempat lain dalam wilayah hukum Pengadilan
Negeri Nabire”…
Dari kalimat-kalimat seperti diatas yang ada dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum dapat ditarik kesimpulan bahwa Jaksa Penuntut Umum masih berpikir, baik
waktunya masih ada kemungkinan tanggal lain selain tanggal 06 April 2009, maupun
tempatnya yakni masih ada kemungkinan ditempat lain

dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Nabire.


Cara berpikir Jaksa Penuntut Umum seperti tersebut diatas dari soal waktu dan
tempat kejadian tindak pidana terdapat sikap yang ragu-ragu, sikap yang tidak
pasti, maka unsure waktu dan tempat seperti cara berpikir Jaksa Penuntut Umum
dalam Surat Dakwaan tersebut, termasuk tidak memenuhi uraian cermat, jelas
dan lengkap, oleh karena itu dapat menjadi alasan Majelis Hakim untuk
membatalkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

3. Bahwa dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, hal 1 (satu) terdapat uraian
fakta yang terdiri dari 6 (enam) point yang merupakan hasil dari pemutar balikan
fakta, uraian tersebut antara lain :
a. Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana disebutkan diatas, terdakwa ikut
dalam gerombolan massa yang sedang melakukan demonstrasi.
b. Bahwa awalnya, gerombolan massa yang melakukan demontrasi tersebut
berkumpul di Taman Gizi, Kabupaten Nabire kemudian bergerak menuju
Pasar Karang Tumaritis, Distrik Nabire Kabupaten Nabire.
c. Bahwa ditempat tersebut terdapat anggota Dalmas Polres Nabire yang
bertugas untuk mengamankan massa yang melakukan demontrasi tersebut.
d. Bahwa di Pasar Karang Tumaritis di depan massa yang melakukan demontrasi,
terdakwa meneriakkan kata-kata”
Serang…..Serang…..Serang Petugas tahan kita punya orang-orang tanpa
14
sebab”.
e. Bahwa setelah terdakwa meneriakan kata-kata tersebut, massa seketika itu
langsung menyerang anggota Dalmas Polres Nabire dengan cara melempari
batu dan ada juga yang menggunakan panah dan kayu.
f. Bahwa akibat dari penyerangan yang dilakukan massa tersebut
mengakibatkan Jejen Jumadi, salah satu anggota Dalmas Polres Nabire
tertsuk panah pada perutnya dan juga mengakibatkan kaca mobil patroli lalu
lintas Polres Nabire Pecah,
Uraian diatas yang menurut versi Jaksa Penuntut Umum sebagai cara terdakwa
menghasut didepan umum sebagaimana dimaksud dalam dakwaan pasal 160
KUHP, kalau Jaksa Penuntut Umum mau jujur, kalimat- kalimat dalam uraian
fakta diatas merupakan hasil rekayasa penyidik yang kemudian membentuk
suatu wacana dan mulai dikembangkan ditingkat penyidik, kemudian di perkuat
menjadi wacana jaksa yang dimasukan dalam dakwaan, dengan demikian
Dakwaan merupakan karya Jaksa Penuntut Umum sendiri dan bukan dari suatu
hasil pemeriksaan yang sesuai dengan KUHAP

Hal-hal yang merupakan fakta sesungguhnya yang tidak jelaskan atau sengaja
ditutupi oleh Jaksa Penuntut Umum adalah :
a. Bahwa pada tanggal 06 April 2006, sekitar pukul 04.30 WIT (Pagi), aparat
Kepolisian dari Polres Nabire melakukan pengerebekkan dan penangkapan
terhadap massa yang melakukan aksi damai dengan mendirikan Posko di
Taman Gizi Bekas Kantor DPRD Kab. Nabire.
b. Bahwa pada tanggal yang bersamaan sekitar pukul 10.00 WIT Terdakwa
Monika Zonggonau datang ke Pasar Karang Tumaritis Kab. Nabire dengan
maksud melihat keributan dan membantu untuk menyelesaikan persoalan
tersebut dengan Kepala-Kepala Suku yang ada di Kab. Nabire.
c. Bahwa saat sedang berdiri di Pasar karang Tumaritis, Terdakwa mendengar
ada seorang anggota polisi yang mengatakan “ Itu Ibu yang orasi di
Kantor KPU tangkap dia ”, lalu datang aparat kepolisian lainnya
menangkap Terdakwa tanpa surat tugas dan surat perintah penangkapan,
selanjutnya Terdakwa dipukul di kepala bagian belakang, tangan yang
menyebabkan luka-luka serius pada bagian-bagian tersebut.
d. Bahwa selanjutnya Terdakwa dibawa ke Markas Polisi Resort Nabire untuk
menjalani pemeriksaan dan di Mapolrespun, Terdakwa masih diperlakukan
tidak wajar antara lain dilempar dengan sepatu dibagian alis yang
menyebabkan alisnya pecah, jadi sangat tidak benar Terdakwa yang
mengucapkan kata-kata, “serang….serang….serang petugas tahan kita
punya orang tanpa sebab”.
Bahwa tidaklah benar Terdakwa yang menyebabkan massa menyerang

e. anggota Dalmas Polres Nabire dan kemudian menyebabkan Jejen Jumadi


salah satu anggota Dalmas Polres Nabire tertusuk panah dan rusaknya mobil
Patroli Lalu Lintas Polres Nabire.

Dengan demikian tindakan penyidikan yang sengaja merekayasa dan


memutarbalikan fakta yang sebenarnya kemudian dilanjutkan oleh Jaksa Penuntut
Umum dengan memasukan hasil rekayasa tersebut kedalam surat dakwaan
menyebabkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang demikian dapat
dikategorikan, “tidak cermat” dan patut ditolak oleh Majelis Hakim yang
terhormat.

Majelis Hakim yang terhormat,

Dari seluruh uraian yang disampaikan di atas dapat kami simpulkan hal-hal sebagai
berikut :

1. Prosedur-prosedur dilakukan dengan tidak sesuai aturan-aturan yang ditetapkan


oleh KUHAP, sehingga seluruh proses penyidikan yang dilakukan sampai
dengan terbitnya surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum menjadi tidak sah;

2. Surat Dakwaan Sdr. Penuntut Umum tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap

15
menguraikan tindak pidana yang didakwakan kepada Para Terdakwa;

Untuk itu mohon kepada Majelis Hakim yang Terhormat berkenan menetapkan atau
memutuskan: MENYATAKAN SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM
No.Reg. Perk: PDM-12/NABIRE/05/2009 Tertanggal 17 Juni 2009 adalah TIDAK
SAH DAN BATAL DEMI HUKUM.

Demikianlah Eksepsi kami Penasehat Hukum Terdakwa untuk dijadikan


pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus perkara ini dengan jujur, adil,
bijaksana, dan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Nabire, 07 Juli 2009

KOALISI MASYARAKAT SIPIL UNTUK KEADILAN


DAN PERDAMAIAN PAPUA

Penasehat Hukum Terdakwa,

ROBERT KORWA, S.H;

GUSTAF R.KAWER, S.H., M.Si;

MANFRED NAA, S.

16
BAB III

PENUTUP

A. . Kesimpulan
1 Surat dakwaan adalah dokumen yang menyajikan tuduhan tindak pidana
terhadap seseorang, menjadi dasar pemeriksaan dalam persidangan.
Eksepsi, sementara itu, merupakan penolakan atau keberatan atas dakwaan
dengan alasan bahwa dakwaan tersebut tidak dibuat dengan cara yang
benar atau tidak menyangkut kebenaran tindak pidana yang didakwakan.
2 Surat dakwaan harus memenuhi syarat formal dan materiil, seperti
identitas terdakwa yang jelas, waktu dan tempat tindak pidana dilakukan,
serta uraian yang cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan.
3 Jenis-jenis surat dakwaan meliputi dakwaan primer, alternatif, dan
kumulatif. Sementara itu, eksepsi bisa bersifat absolut (menolak proses
peradilan keseluruhan), relatif (terkait dengan bagian tertentu dari
dakwaan), dan terkait kompetensi pengadilan.
4 Pengajuan eksepsi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis, harus
diajukan pada waktu yang tepat, dan perlu diperhatikan bahwa eksepsi
tertentu harus disampaikan sekaligus dalam jawaban pertama.
DAFTAR PUSTAKA

Hendrika Beatrix Aprilia Ngape, Aakibat hukum putusan hakim yang menjathukan putusan
diluar surat dakwaan penutut umum, Justitia jurnal Hukum tahun 2018
Nugraha Abdul K, Modul Kuliah Hukum Acara Pidana ( Jakarta : Universutas Esa
Unggul,2010)
Didik Endro Purwoleksono, Eksepsi dalam perkara pidana, Jurnal Perspektif tahun 2003

Andi Hamzah, Surat Dakwaan Dalam Hukum Acara Pidana. Edisi Pertama, PT.ALUMNI,
(2016.)
Pasal 143 ayat (1) KUHP : “penuntutan umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri
dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut disertai surat dakwaan

Harrys Pratama Teguh. Teori dan Praktik Acar5a Pidana khusus. Bandung:Pustaka Setia
(2016)
Aristo M.A. Pangaribuan, Arsa Mufti, dan Ichsan Zikry. Pengantar Hukum Acara Pidana Di
Indonesia. Depok: Rajawali Pers. 2017
Luhut M.P. Pangaribuan. . HUKUM ACARA PIDANA SURAT RESMI ADVOKAT DI
PENGADILAN Praperadilan, Eksepsi, Pledoi, Duplik, Memori Banding, Kasasi dan
Peninjauan Kembali. Depok: Papas Sinar Sinanti 2013

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai