Anda di halaman 1dari 14

Makalah Kelompok

Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana


Dosen Pengampu : Nurfaradilla Ananda S.H., M.H

PRA PERADILAN DALAM PERKARA PIDANA

Disusun oleh :
Kelompok 4
Hana Farika (2021407006)
Saskia Permata Sari (2021407052)
Asmira Abdurrohman (2021407065)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2023
PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada kami yang dapat menyusun
makalah ini sebagai bahan belajar yang insyaAllah dapat berguna dan bermanfaat
untuk kami serta siapa saja yang membaca makalah ini.

Penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas penyusunan


makalah ini, tentunya kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan memberikan materi-materi dalam makalah ini melalui buku dan
jurnal yang telah diterbitkan oleh para penulis yang tidak bisa kami sebutkan satu
per satu, dan kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dosen pengampu Mata Kuliah Hukum Acara Pidana, kepada Ibu Nurfaradilla
Ananda S.H., M.H yang telah memberikan dukungan, dan kepercayaan yang
begitu besar, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tanpa kendala
suatu apapun.

Semoga atas penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi


kami dan juga siapa saja yang membaca makalah ini, dan kami meminta maaf
apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kami
juga sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca, karena
kritik dan saran dari para pembaca merupakan apresiasi dan motivasi untuk kami
agar bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata, sekian dan terima kasih.

Samarinda, 02 Maret 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2

C. Tujuan Masalah ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3

1. Pengertian Praperadilan..................................................................... 3

2. Ciri dan Eksistensi Praperadilan ....................................................... 5

3. Tujuan Praperadilan .......................................................................... 5

4. Pihak-Pihak Yang Berhak Mengajukan Permohonan Peradilan ....... 6

5. Pengajuan Proses Praperadilan.......................................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 10

A. Kesimpulan ...................................................................................... 10

B. Saran ................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Acara Pidana yang merupakan peraturan hukum yang

mengatur bagaimana caranya alat-alat penegak hukum melaksanakan dan

mempertahankan hukum pidana, dengan tujuan perlindungan atas harkat dan

martabat manusia (tersangka atau terdakwa), perlindungan atas kepentingan

hukum dan pemerintahan, mencapai kesatuan sikap dan tindakan aparat

penegak hukum, serta mewujudkan Hukum Acara Pidana yang sesuai dengan

Pancasila dan UUD 1945.

Tentunya dalam pelaksanaan hukum acara pidana sendiri dilakukan

secara sistematis dimulai dari penyidikan, penyelidikan, penuntutan, serta

mengadili perkara pidana yang mana hal ini dilakukan oleh para aparat

penegak hukum seperti Polisi, Jaksa, Hakim dan sebagainya untuk

menemukan sebuah kebenaran yang menciptakan keadilan.

Dari adanya urutan-urutan dalam pelaksanaan hukum acara pidana

yang telah dipaparkan secara singkat di atas terkait dengan mengadili inilah

yang menjadi wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan

memutuskan yang mana dilakukan praperadilan. Secara etimologi pengertian

dari praperadilan berasal dari kata pra yang artinya sebelum dan peradilan

yang artinya proses mengadili. Praperadilan ini sendiri memiliki ciri,

eksistensi, tujuan, pihak-pihak yang berhak mengajukan praperadilan, serta

tata cara proses pengajuan praperadilan.

1
Oleh karena itu, sesuai dengan latar belakang di atas untuk lebih

mengetahui dan memahami terkait dengan praperadilan, berikut kami

paparkan penjelasan tersebut dalam makalah kami.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka kami memfokuskan permasalahan
sebagai berikut :

1. Apa Pengertian Praperadilan?

2. Apa Ciri dan Eksistensi Praperadilan?

3. Apa Tujuan Praperadilan?

4. Siapa Saja Pihak-Pihak Yang Berhak Mengajukan Permohonan

Praperadilan?

5. Bagaimana Pengajuan Proses Praperadilan?

C. Tujuan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka kami memfokuskan tujuan sebagai
berikut :

1. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian Praperadilan.

2. Untuk Mengetahui dan Memahami Ciri dan Eksistensi Praperadilan.

3. Untuk Mengetahui dan Memahami Tujuan Praperadilan.

4. Untuk Mengetahui dan Memahami Pihak-Pihak Yang Berhak

Mengajukan Permohonan Peradilan.

5. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengajuan Proses Praperadilan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Praperadilan

Berdasarkan KUHAP, menurut Pasal 1 angka (10) KUHAP yang

dimaksud praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa

dan memutus menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini, tentang:

a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan

tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;

b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan

atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;

c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau

keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan

ke pengadilan. Praperadilan berdasarkan penjelasan di atas, hanyalah

menguji dan menilai tentang kebenaran dan ketepatan tindakan upaya

paksa yang dilakukan penyidik dan penuntut umum dalam hal menyangkut

ketepatan penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan dan

penuntutan serta ganti kerugian dan rehabilitasi.

Praperadilan merupakan tiruan dari Rechter Commisaris di negeri

Belanda. Lembaga Rechter Commisaris (hakim yang memimpin pemeriksaan

pendahuluan), muncul sebagai wujud dari peran serta keaktifan hakim, yang di

Eropa tengah memberikan peranan “Rechter Commisaris” suatu posisi yang

mempunyai kewenangan untuk menangani upaya paksa (dwang middelen),

penahanan, penyitaan, penggeledahan badan, rumah, pemeriksaan surat-surat.

3
Dasar terwujudnya praperadilan menurut Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana adalah sebagai berikut:

“Mengingat bahwa demi kepentingan pemeriksaan perkara diperlukan

adanya pengurangan-pengurangan dari hak-hak asasi tersangka, namun

bagaimanapun hendaknya selalu berdasar ketentuan yang diatur dalam undang-

undang, maka untuk kepentingan pengawasan terhadap perlindungan hak-hak

asasi tersangka atau terdakwa diadakan suatu lembaga yang dinamakan

praperadilan.”1

Sehingga dapat disimpulkan bahwa praperadilan merupakan lembaga

yang lahir untuk mengadakan tindakan pengawasan terhadap aparat penegak

hukum agar dalam melaksanakan kewenangannya tidak menyalahgunakan

wewenang, oleh sebab itu dalam pelaksanaannya diatur dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Praperadilan sendiri merupakan lembaga yang baru lahir bersamaan

dengan kelahiran KUHAP (Undang-Undang Nomor Tahun 1981). Praperadilan

juga bukan lembaga yang mandiri atau berdiri sendiri terlepas dari pengadilan

negeri, karena dari perumusan Pasal 1 butir 10 dan Pasal 77 KUHAP dapat

diketahui bahwa praperadilan hanyalah wewenang Pengadilan Negeri.2

1
Dr. Anang Shophan Tornado dan Muhammad Hendri Yanova, Praperadilan dan Hakim
Tunggal, (Banjarmasin : PT. Borneo Development Project, 2020), hlm. 20
2
Riadi Asra Rahmad, Hukum Acara Pidana, (Depok : PT. Raja Grafindo Persada, 2019), hlm. 69-
70

4
2. Ciri dan Eksistensi Praperadilan

Praperadilan sebagai salah satu lembaga yang baru lahir dalam dunia

peradilan di Indonesia memiliki ciri dan eksistensi, yaitu:3

a. Praperadilan berada dan merupakan satu kesatuan yang melekat pada

pengadilan negeri, dan sebagai lembaga pengadilan, praperadilan hanya

dapat dijumpai pada tingkat pengadilan negeri sebagai satuan tugas yang

tidak terpisahkan dari pengadilan negeri;

b. Praperadilan bukan berada di luar atau di samping maupun sejajar dengan

pengadilan negeri, tapi hanya merupakan bagian atau divisi dari

pengadilan negeri;

c. Urusan administratif yustisial, personil, peralatan dan finansial bersatu

dengan pengadilan negeri, dan berada di bawah pimpinan dan pengawasan

serta pembinaan Ketua Pengadilan Negeri;

d. Masalah tata laksana fungsi yustisialnya merupakan bagian dari fungsi

yustisial pengadilan negeri itu sendiri.

3. Tujuan Praperadilan

Tujuan utama dari Praperadilan sangat erat dengan dilaksanakannya

pengawasan dalam suatu proses pidana. Proses ini haruslah mendapatkan

perhatian dan tempat yang khusus, karena tanpa suatu pengawasan yang ketat

tidak mustahil hak asasi manusia akan ditindas oleh kekuasaan. Selama hal ini

tidak terhindarkan, pihak polisi yang banyak tersangkut dalam praperadilan.

3
Ibid, hlm. 71

5
Harus diakui banyak hal tindakan-tindakan oknum polisi membuat masyarakat

menjadi prihatin, tindakan yang memakai upaya paksa dan penyiksaan dalam

memperoleh pengakuan dan barang bukti dari tersangka.

Dalam KUHAP dikatakan bahwa praperadilan adalah untuk

melakukan “pengawasan secara horizontal” maknanya antar aparat penyidik

dan penuntut umum dapat saling mengajukan permohonan praperadilan4 (lihat

tabel di bawah), dan segala tindakan upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik

atau penuntut umum kepada tersangka selama dalam pemeriksaan penyidikan

atau penuntutan, agar benar-benar tindakan itu tidak bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku.5

4. Pihak-Pihak Yang Berhak Mengajukan Permohonan Peradilan

Kewenangan Praperadilan berdasarkan Pasal 1 butir 10 dalam hal

memutus sah tidaknya tindakan yang dilakukan penyidik dan penuntut umum

terhadap seorang tersangka, pada Pasal 77 dijabarkan kembali mengenai

kewenangan Praperadilan untuk memeriksa dan memutus tentang;

a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau

penghentian penuntutan,

b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya

dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.6

4
Didik Endro Purwoleksono, Hukum Acara Pidana,(Surabaya : Airlangga University Press,
2015), hlm. 85
5
Riadi Asra Rahmad, Hukum Acara Pidana, (Depok : PT. Raja Grafindo Persada, 2019), hlm.
71-72
6
Andreyas Derryadi dkk, “Kewenangan Praperadilan Terhadap Permohonan Penghentian
Penyidikan Yang Diajukan Oleh Tersangka (Studi Kasus Putusan

6
Lanjut pada Pasal 78 KUHAP, bahwa yang melaksanakan wewenang

pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 adalah praperadilan.

Praperadilan dipimpin oleh Hakim Tunggal yang ditunjuk oleh Ketua

Pengadilan Negeri dan dibantu oleh seorang Panitera.7

Berikut pihak-pihak yang berhak mengajukan permohonan

praperadilan;

a. Tersangka atau keluarga atau penasihat hukumnya

b. Penyidik

c. Penuntut Umum

d. Pihak Ke -3

Pemohon Termohon Alasan Praperadilan

Tersangka 1. Kapolri/Kapolda/Kapolres/ Sah atau tidak sahnya;

Kapolsek 1. Penggeledahan

2. Jaksa Agung/Kejatai /Kejari 2. Penyitaan

3. KPK 3. Penangkapan

4. Penahanan

5. Penetapan Tersangka

Penyidik Jaksa Agung/Kejatai /Kejari Kejaksaan tidak melimpahkan

perkara ke pengadilan negeri

(padahal perkara sudah

dinyatakan P-21)

No:31/Pid.Prap/2014/Pn.Jkt.Sel), (Yogyakarta : Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, 2015),


No. 2, hlm 6-7
7
Riadi Asra Rahmad, Hukum Acara Pidana, (Depok : PT. Raja Grafindo Persada, 2019), hlm. 72

7
Penuntut Kapolri/Kapolda/Kapolres/ Penyidik tidak menyerahkan

Umum Kapolsek berita acara pemeriksaan polisi

ke kejaksaan (padahal sudah

ada surat pemberitahuan

dimulainya penyidikan ke

kejaksaan)

Pihak ke-3 1. Kapolri/Kapolda/Kapolres/ 1. Penghentian Penyidikan

Kapolsek tidak sah

2. Jaksa Agung/Kejatai /Kejari 2. Penghentian Penuntutan

tidak sah8

5. Pengajuan Proses Praperadilan

Pasal 82 KUHAP:

a. Harus ada permohonan baik secara lisan atau tertulis;

b. Ditujukan ke Ketua Pengadilan Negeri setempat;

c. Tiga hari setelah diterimanya permohonan praperadilan, hakim yang

ditunjuk Ketua Pengadilan Negeri menetapkan hari sidang (LIMITATIF);

d. Pemeriksaan dilakukan dengan HAKIM TUNGGAL;

e. Dalam waktu tujuh hari hakim harus sudah menjatuhkan putusan

(IMPERATIF);

8
Didik Endro Purwoleksono, Hukum Acara Pidana,(Surabaya : Airlangga University Press,
2015), hlm. 84

8
f. Putusan hakim berbentuk PENETAPAN (BESCHEKKING);

g. Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri,

sedangkan pemeriksaan mengenai permintaan kepada praperadilan belum

selesai, maka permintaan tersebut gugur. Hal ini membawa konsekuensi

bahwa terdakwa tidak dapat mengajukan permohonan praperadilan.

Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) nomor 14 tahun

1983, menegaskan bahwa hakim tidak dapat dipraperadilankan.9

9
Ibid, hlm. 86

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Praperadilan merupakan lembaga yang lahir untuk mengadakan

tindakan pengawasan terhadap aparat penegak hukum agar dalam

melaksanakan kewenangannya tidak menyalahgunakan wewenang, oleh

sebab itu dalam pelaksanaannya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (KUHAP).

Tujuan utama dari praperadilan sangat erat dengan dilaksanakannya

pengawasan dalam suatu proses pidana yang memiliki ciri dan eksistensi

tersendiri. Pengajuan proses praperadilan diatur dalam Pasal 82 KUHAP,

Pihak-pihak yang berhak mengajukan permohonan praperadilan;

a. Tersangka atau keluarga atau penasihat hukumnya

b. Penyidik

c. Penuntut Umum

d. Pihak Ke -3

B. Saran
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak. Kami sebagai penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam

penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan

demi kemaslahatan kita semua. Sekian terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Andreyas Derryadi dkk, “Kewenangan Praperadilan Terhadap Permohonan


Penghentian Penyidikan Yang Diajukan Oleh Tersangka (Studi Kasus
Putusan:31/Pid.Prap/2014/Pn.Jkt.Sel), Yogyakarta : Fakultas Hukum
Universitas Atmajaya, 2015, No. 2

Didik Endro Purwoleksono, Hukum Acara Pidana, Surabaya : Airlangga


University Press, 2015

Dr. Anang Shophan Tornado dan Muhammad Hendri Yanova, Praperadilan dan
Hakim Tunggal, (Banjarmasin : PT. Borneo Development Project,
2020

Riadi Asra Rahmad, Hukum Acara Pidana, Depok : PT. Raja Grafindo Persada,
2019

11

Anda mungkin juga menyukai