MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur matakuliah Hukum Acara Pidana yang
diampu
Oleh :
Oleh kelompok 10 :
Dengan Kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang membahas mengenai apa itu Praperadilan dalam hukum pidana, pihak pihaknya
mana saja yang dapat melakukan Praperadilan.
Makalah ini telah Kamisusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahsanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Putusan ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan penulis ............................................................................................. 2
C. Kegunaa penulis ........................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praperadilan merupakan lembaga yang lahir untuk mengadakan tindakan
pengawasan terhadap aparat penegak hukum agar dalam melaksanakan
kewenangannya tidak menyalahgunakan wewenang, oleh sebab itu dalam
pelaksanaannya diatur di dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP). Kegiatan kegiatan penyidik yang implementasinya dapat berupa, misalnya
penangkapan bahkan penahanan, maka hukum acara pidana melalui ketentuan-
ketentua yang sifatnya memaksa menyingkirkan asas yang diakui secara universal
yaitu hak kebebasan seseorang. Hukum acara pidana memberikan hak kepada pejabat
tertentu untuk menahan tersangka atau terdakwa dalam rangka melaksanakan hukum
pidana materiil guna mencapai ketertiban dalam masyarakat.
Pentingnya diadakan suatu pengawasan atau kontrol terhadap aparat penegak
hukum dalam melakukan tugasnya. sebenarnya secara otomatis pengawasan atau
kontrol terhadap tiap aparat penegak hukum telah melekat pada lembaga dimana
aparat penegak hukum itu bernaung. Namun, pengawasan ini dirasa tidak cukup kuat
karena sangat tergantung dari kesungguhan dan kemauan internal lembaga itu sendiri
tanpa dimungkinkannya campur tangan dari pihak luar.
Dapat diartikan bahwa dalam setiap konstitusi selalu ditemukan adanya
jaminan terhadap Hak Asasi Manusia. Hal ini jelas tertuang dalm Undang-Undang
Dasar 1945, pada pasal 28 D ayat (1). Hal itu mencerminkan harus adanya kepastian
hukum. Pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar
yang disebut Hak Asasi Manusia. Kesadaran akan adanya hak asasi manusia tumbuh
dari pengakuan manusia itu sendiri bahwa mereka adalah sama dan sederajat.
Pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia memiliki dua landasan, yakni sebagi
berikut:
1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat
manusia adalah sama derajat dan martabatnya. Semua manusia adalah
sederajat tanpa membedakan ras,agama, suku, bahasa, dan sebagainya
2. Landasan yang kedua dan yang lebih dalam. Tuhan menciptakan manusia.
Semua manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu tuhan yang
1
2
Maha Esa. Karena itu dihadapan tuhan manusia adalah sama kecuali nanti
pada amalnya.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini ialah
1. Untuk mengetahui praperadilan menurut KUHAP
2. Untuk mengetahui kewenangan praperadilan menurut KUHAP
3. Untuk mengetahui pihak-pihak yang dapat mengajukan praperadilan menurut
KUHAP
C. Kegunaan Penulisan
1. Sebagai informasi mengenai pengertian praperadilan bagi masyarakat.
2. Sebagai informasi mengenai acara praperadilan bagi masyarakat.
3. Sebagai informasi mengenai kewenangan praperadilan bagi masyarakat
4. Sebagai informasi mengenai pihak-pihak yang dapat mengajukan praperadilan
bagi masyarakat
1
Ratna Nurul Alfiah, Praperadilan dan Ruang Lingkupnya,jakarta: Akademika Pressindo C.V., 1986.
2
Winarno, pendidikan kewarganegaraan, jakarta: PT Bumi Aksara , 2009.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud praperadilan dalam KUHAP?
2. Bagaimana acara praperadilan menurut KUHAP?
3. Kewenangan praperadilan menurut KUHAP ?
4. Siapa sajakah pihak-pihak yang dapat mengajukan praperadilan menurut KUHAP?
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
5
3
M. Yahya harahap, pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP (pemeriksaan sidang pengadilan, banding, kasasi, dan peninjauan
kembali, jakarta : sinar Grafika.
4
Oemar seno adji, Hukum Pidana jakarta : Erlangga, 1980, hlm.88.
6
keterangan baik tersangka atau pemohon maupun dari pejabat yang berwenang.
Pemeriksaan tersebut dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari,
hakim sudah harus menjatuhkan putusannya.
Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri,
sedangkan pemeriksaan mengenai permintaan kepada praperadilan belim selasai maka
permintaan tersebut gugur.
Putusan praperadilan pada tingkat penyidikan tidak menutup kemungkinan
untuk mengadakan pemeriksaan praperadilan lagi pada tingkat pemeriksaan oleh
penuntut umum , jika untuk itu diajukan permintaan baru ( semua yang tersebut
dalam butir satu sampai dengan butir lima ini diatur dalam pasal 82 ayat (1) KUHAP.5
Putusan hakim dalam acara pemeriksaan peradilan dalam ketiga hal tersebut
dimuka harus memuat dengan jelas dasar dan alasannya ( pasal 82 ayat (2) KUHAP)
Selain dari pada yang tersebut dalam butir enam, putusan hakim itu memuat
pula:
a. Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penangkapan atau
penahanan tidak jaksa penuntut umum pada tingkat pemeriksaan
masing-masing harus segera membebaskan tersangka.
b. Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau
penahanan tidak sah maka dalam putusan dicantumlah jumlah besarnya
ganti kerugian dan rehabilitasi yang diberikan, sedangkan dalam hal
suatu penghentian, penyidikan atau penuntutan adalah sah dan
tersangkanya tidak ditahan maka dalam putusan di cantumkan
rehabilitasinya.
c. Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau
penahanan tidak sah maka dalam putusan dicantumkan jumlah
besarnya ganti kerugian dan rehabilitasi yang diberikan, sedangkan
dalam hal suatu penghentian, penyidikan atau penuntutan adalah sah
dan tersangkanya tidak ditahan maka dalam putusan dicantumkan
rehabilitasinya.
d. Dalam hal putusan menetapkan bahwa benda ytyang disita ada dan
tidak termasuk alat pembuktian maka dalam putusan dicantumkan
5
Adnan nasution. 1988. Bantuan hukum di Indonesia. Jakarta; LP3S.
7
6
Lintong oloan siahaan. Jalannya peradilan perancis lebih cepat dari peradilan kita. Jakarta: Ghalia Indonesia. 198, hlm. 92-94.
8
Dapat juga dicatat, bahwa putusan praperadilan adalah final, tidak dapat dibanding
(atau dikasasikan ) kecuali dalam hal putusan yang menetapkan penghentian
penyidikan dan pengusutan adalah tidak sah. Baik pasal ini maupun pasal lain di
KUHAP tidak menjelaskan apakah pemeriksaan ditingkat banding ini juga harus
mematuhi proses yang singkat seperti proses praperadilan, dan tidak jelas juga
bagaimana nharus dilakukan terhadap tersangka yang sudah dibebaskan oleh penyidik
atau penuntut umum, dibiarkan bebas atau bisa ditahan kemabali. Kedudukan hakim
praperadilan dalam KUHAP pada hakekatnya adalah sama dengan kedudukan hakim
dalam mengadili perkara pidana biasa, dalam arti kedua-duanya harus tunduk dan
menerapkan ketentua-ketentua KUHAP dalam memeriksa dan memutus perkara
dalam sidang praperadilan. Karena hakim praperadilan adalah hakim dalam
lingkungan peradilan umum, maka sudah tentu berlaku juga baginya Undang-Undang
Pokok Kekuasaan Kehakiman (Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970). Akhirnya
kita juga dapat melihat lembaga praperadilan sebagai upaya hukum luar biasa
(buitengewon rechts middel ) bagi tersangka untuk memperoleh kepatian hukum dan
keadilan.7
7
Ervan Saropea. 2009. Lembaga Hukum Literatur. Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
9
8
M. Yahya harahap, pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP (pemeriksaan sidang pengadilan, banding, kasasi, dan peninjauan
kembali, jakarta : sinar Grafika.
BAB IV
PENUTUPAN
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Lintong oloan siahaan. Jalannya peradilan perancis lebih cepat dari peradilan kita.
Jakarta: Ghalia Indonesia. 198.
12