Anda di halaman 1dari 15

PRAPERADILAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA

MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur matakuliah Hukum Acara Pidana yang
diampu

Oleh :

M. Irsan Nasution ,S.H.,M.H.

Oleh kelompok 10 :

NIM. 1163050057 M. Wibian all mi'raj


NIM. 1163050058 Mila Puspita Sari
NIM. 1163050078 Muhammad Rizki Subagja
NIM. 1163050086 Naufal anfasa firdaus

Program Studi Ilmu Hukum


Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati
Bandung
2018
KATA PENGANTAR

Dengan Kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang membahas mengenai apa itu Praperadilan dalam hukum pidana, pihak pihaknya
mana saja yang dapat melakukan Praperadilan.

Makalah ini telah Kamisusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahsanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Putusan ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, April 2018

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan penulis ............................................................................................. 2
C. Kegunaa penulis ........................................................................................... 2

BAB II RUMUSAN MASALAH

D. Rumusan masalah ......................................................................................... 3


BAB III PEMBAHASAN
1. Apa yang dimaksud praperadilan dalam KUHAP? .......................................... 4
2. Bagaimana acara peradilan menurut KUHAP? ................................................ 5
3. Kewenangan praperadilan menurut KUHAP ? ................................................ 7
4. Siapa sajakah pihak-pihak yang dapat mengajukan praperadilan menurut
KUHAP?........................................................................................................... 8

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praperadilan merupakan lembaga yang lahir untuk mengadakan tindakan
pengawasan terhadap aparat penegak hukum agar dalam melaksanakan
kewenangannya tidak menyalahgunakan wewenang, oleh sebab itu dalam
pelaksanaannya diatur di dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP). Kegiatan kegiatan penyidik yang implementasinya dapat berupa, misalnya
penangkapan bahkan penahanan, maka hukum acara pidana melalui ketentuan-
ketentua yang sifatnya memaksa menyingkirkan asas yang diakui secara universal
yaitu hak kebebasan seseorang. Hukum acara pidana memberikan hak kepada pejabat
tertentu untuk menahan tersangka atau terdakwa dalam rangka melaksanakan hukum
pidana materiil guna mencapai ketertiban dalam masyarakat.
Pentingnya diadakan suatu pengawasan atau kontrol terhadap aparat penegak
hukum dalam melakukan tugasnya. sebenarnya secara otomatis pengawasan atau
kontrol terhadap tiap aparat penegak hukum telah melekat pada lembaga dimana
aparat penegak hukum itu bernaung. Namun, pengawasan ini dirasa tidak cukup kuat
karena sangat tergantung dari kesungguhan dan kemauan internal lembaga itu sendiri
tanpa dimungkinkannya campur tangan dari pihak luar.
Dapat diartikan bahwa dalam setiap konstitusi selalu ditemukan adanya
jaminan terhadap Hak Asasi Manusia. Hal ini jelas tertuang dalm Undang-Undang
Dasar 1945, pada pasal 28 D ayat (1). Hal itu mencerminkan harus adanya kepastian
hukum. Pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar
yang disebut Hak Asasi Manusia. Kesadaran akan adanya hak asasi manusia tumbuh
dari pengakuan manusia itu sendiri bahwa mereka adalah sama dan sederajat.
Pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia memiliki dua landasan, yakni sebagi
berikut:
1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat
manusia adalah sama derajat dan martabatnya. Semua manusia adalah
sederajat tanpa membedakan ras,agama, suku, bahasa, dan sebagainya
2. Landasan yang kedua dan yang lebih dalam. Tuhan menciptakan manusia.
Semua manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu tuhan yang

1
2

Maha Esa. Karena itu dihadapan tuhan manusia adalah sama kecuali nanti
pada amalnya.

Munculnya lembaga praperadilan dalm Undang-Undang No. 8 tahun 1981


tentang kitab undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) terinspirasi oleh
prinsip-prinsip dalam habeas corpus dari sistem Anglo Saxon yang memberikan hak
sekaligus jaminan fundamental kepada seorang tersangka untuk melakukan tuntutan
atau gugatan terhadap pejabat (polisi atau jaksa) yang menahannya agar membuktikan
bahwa penahanan itu benar-benar sah dan tidak melanggar hak asasi manusia.
Hadirnya praperadilan bukan merupakan lembaga peradilan tersendiri, tetapi hanya
merupakan pembagian wewenang dan fungsi yang baru dilimpahkan KUHAP kepada
setiap pengadilan negeri yang telah ada selama ini.1

Berdasarkan pemaparan diatas, praperadilan merupakan suatu hal yang


menarik untuk dibahas. Maka dari itu, penulis akan membahas mengenai seputar
praperadilan secara menyeluruh dan juga dalam sudut pandang KUHAP.2

B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini ialah
1. Untuk mengetahui praperadilan menurut KUHAP
2. Untuk mengetahui kewenangan praperadilan menurut KUHAP
3. Untuk mengetahui pihak-pihak yang dapat mengajukan praperadilan menurut
KUHAP
C. Kegunaan Penulisan
1. Sebagai informasi mengenai pengertian praperadilan bagi masyarakat.
2. Sebagai informasi mengenai acara praperadilan bagi masyarakat.
3. Sebagai informasi mengenai kewenangan praperadilan bagi masyarakat
4. Sebagai informasi mengenai pihak-pihak yang dapat mengajukan praperadilan
bagi masyarakat

1
Ratna Nurul Alfiah, Praperadilan dan Ruang Lingkupnya,jakarta: Akademika Pressindo C.V., 1986.

2
Winarno, pendidikan kewarganegaraan, jakarta: PT Bumi Aksara , 2009.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud praperadilan dalam KUHAP?
2. Bagaimana acara praperadilan menurut KUHAP?
3. Kewenangan praperadilan menurut KUHAP ?
4. Siapa sajakah pihak-pihak yang dapat mengajukan praperadilan menurut KUHAP?

3
BAB III

PEMBAHASAN

1. Istilah dan Pengertian Praperadilan Menurut KUHAP


Pra artinya sebelum, atau mendahului, berarti “praperadilan”sama dengan
sebelum pemeriksaan disidang pengadilan. Di Eropa dikenal lembaga semacam itu,
tetapi fungsinya memang benar-benar melakukan pemeriksaan pendahuluan. Jadi,
fungsi hakim komisaris (Rechter commissaris) di negeri belanda dan judge
d’intruntion di prancis benar-benar dapat disebut praperadilan karena selain
menentukan sah tidaknya penangkapan, penahanan, penyitaan ,juga melakukan
pemeriksaan pendahuluan atas suatu perkara.
Misalnya penuntut umum di Belanda dapat meminta pendapat hakim
mengenai suatu kasus, apakah kasus itu pantas dikesampingkan dengan transaksi
(misalnya perkata tidak diteruskan ke persidangan dengan mengganti kerugian)
ataukah tidak. Meskipun ada kemiripannya dengan hakim komisaris itu, namun
wewenang praperadilan terbatas. Wewenang untuk memutuskan apakah penangkapan
atau penahanan sah ataukah tidak. Apakah penghentian penyidik atau penuntut sah
ataukah tidak. Tidak disebut apakah penyitaan sah apa tidak.
Menurut Oemar seno Adji, lembaga rechter commisaris (hakim yang
memimpin pemeriksaan pendahuluan) muncul sebagai perwujudan keaktifan hakim,
yang di Eropa Tengah mempunyai kewenangan untuk mengenai upaya paksa (dwang
mid-delen) penahanan, penyitaan, penggledahan badan, rumah, dan pemeriksaan
surat-surat. Menurut KUHAP Indonesia, praperadilan tidak mempunyai wewenang
seluas itu. Hakim komisaris selain berwenang untuk menilai sah tidaknya suatu
penangkapan, penahanan seperti praperadilan, juga sah atau tidaknya suatu penyitaan
yang dilakukan oleh jaksa.
Selain itu kalau hakim komisaris di negeri belanda melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas jaksa, kemudian jakasa melakukan hal yang sama
terhadap pelaksanaan tugas polisi maka praperadilan di Indonesia melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas jaksa, kemudian jaksa melakukan hal sama
terhadap pelaksanaan tugas terhadap polisi maka praperadilan di Indonesia melakukan
pengawasan terhadap kedua instansi tersebut. Begitu juga judge d.intruction di

4
5

perancis, mempunyai wewenang yang luas dalam pemeriksaan pendahuluan. Ia dapat


membuat berita acara, penggledahan rumah dan tempat-tempat tertentu. Setelah
pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan rampung, ia menentukan apakah suatu
perkata cukup alasan untuk dilimpahkan ke pengadilan ataukah tidak. Kalau cukup
alasan, ia akan mengirimkan perkara terswebut dengan surat pengiriman yang disebut
ordonance de Renvoi, sebaliknya jika tidak cukup alasan, ia akan membebaskan
tersangka dengan ordonance do non lieu.3
Namun demikian menurut siahaan, tidak semua perkata harus melalui judge
d’intruction. Hanya perkara-perkara besar dan yang sulit pembuktiannya yang
ditangani olehnya. Selebihnya yang tidak begitu sulit pembuktiannya pemeriksa
pendahuluannya dilakukan sendiri oleh polisi di bawah perintah danj petunjuk-
petunjuk jaksa.
Menurut KUHAP, tidak ada ketentuan di mana hakim praperadilan melakukan
pemeriksaan pendahuluan atau memimpinnya. Hakim pra-peradilan tidak melakukan
pemeriksaan pendahuluan, penggeledahan, penyitaan, dan seterusnya yang bersifat
pemeriksaan pendahuluan. Ia tidak pula menentukan apakah suatu perkara cukup
alasan ataukah tidak untuk diteruskan ke pemeriksaan sidang pengadilan.4

2. Acara Praperadilan Menurut KUHAP


Acara praperadilan untuk ketiga hal, yaitu pemeriksaan sah atau tidaknya
suatu penangkapan atau penahan (pasal 79 KUHAP), pemeriksaan sah tidaknya suatu
penghentian penyidik atau penuntut 9pasal 80 KUHAP), pemeriksaan tentang
penggantian ganti kerugian dan atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau
penahan yang imbasnya atau akibatnya tidak sahnya penghentian penyidik (pasal 81
KUHAP) ditentukan beberapa hal sebagai berikut.
Dalam waktu tiga hari setelah diterimanya permintaan, hakim yang ditunjuk
menetapka hari sidang
Dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya penghentian
penyidik atau penuntut, permintaan ganti rugi atau rehabilitasi akibat tidak sahnya
penangkapan atau penahanan, akibat sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan
maka ada benda yang disita yang tidak termasuk alat pembuktian, hakim mendengar

3
M. Yahya harahap, pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP (pemeriksaan sidang pengadilan, banding, kasasi, dan peninjauan
kembali, jakarta : sinar Grafika.
4
Oemar seno adji, Hukum Pidana jakarta : Erlangga, 1980, hlm.88.
6

keterangan baik tersangka atau pemohon maupun dari pejabat yang berwenang.
Pemeriksaan tersebut dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari,
hakim sudah harus menjatuhkan putusannya.
Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri,
sedangkan pemeriksaan mengenai permintaan kepada praperadilan belim selasai maka
permintaan tersebut gugur.
Putusan praperadilan pada tingkat penyidikan tidak menutup kemungkinan
untuk mengadakan pemeriksaan praperadilan lagi pada tingkat pemeriksaan oleh
penuntut umum , jika untuk itu diajukan permintaan baru ( semua yang tersebut
dalam butir satu sampai dengan butir lima ini diatur dalam pasal 82 ayat (1) KUHAP.5
Putusan hakim dalam acara pemeriksaan peradilan dalam ketiga hal tersebut
dimuka harus memuat dengan jelas dasar dan alasannya ( pasal 82 ayat (2) KUHAP)
Selain dari pada yang tersebut dalam butir enam, putusan hakim itu memuat
pula:
a. Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penangkapan atau
penahanan tidak jaksa penuntut umum pada tingkat pemeriksaan
masing-masing harus segera membebaskan tersangka.
b. Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau
penahanan tidak sah maka dalam putusan dicantumlah jumlah besarnya
ganti kerugian dan rehabilitasi yang diberikan, sedangkan dalam hal
suatu penghentian, penyidikan atau penuntutan adalah sah dan
tersangkanya tidak ditahan maka dalam putusan di cantumkan
rehabilitasinya.
c. Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau
penahanan tidak sah maka dalam putusan dicantumkan jumlah
besarnya ganti kerugian dan rehabilitasi yang diberikan, sedangkan
dalam hal suatu penghentian, penyidikan atau penuntutan adalah sah
dan tersangkanya tidak ditahan maka dalam putusan dicantumkan
rehabilitasinya.
d. Dalam hal putusan menetapkan bahwa benda ytyang disita ada dan
tidak termasuk alat pembuktian maka dalam putusan dicantumkan

5
Adnan nasution. 1988. Bantuan hukum di Indonesia. Jakarta; LP3S.
7

bhawa benda tersebut harus segera dikembalikan kepada tersangka


atau dari siapa benda itu disita.6
3. Kewenangan Pra-Peradilan Menuurut KUHAP
Pasal 78 ayat (1) KUHAP menetapkan praperadilan sebagai pelaksana
wewenang pengadilan untuk memeriksa dan memutuskan tentang sah atau tidaknya
penangkpana, penahanan, penghentian penyidikan, dan penghentian penuntutan serta
tentang ganti rugi dan rehabilitasi. Dalam hal hakim praperadilan memutuskan
penangkapan atau penahanan penyidik adalah yidak sah, maka praperadilan
berwenang untuk:
a. Memerintahkan pembebasan tersangka (pasal 82 ayat (3) sub a) dan menentukan
jumlah besarnya ganti rugi dan rehabilitasi
b. Menetapkan rehabilitasi saja apabila tersangka tidak ditahan
c. Menetapkan penyidikan dan penuntutan (yang dihentikan) dilanjutkan,
d. Supaya benda yang disita yang tidak termasuk alat pembuktian, dikembalikan
kepada tersangka atau kepada orang dari siapa benda itu disita.

Dari ketentuan-ketentuan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa


kedudukan praperadilan adalah sebagai suatu pengadilan umum dengan wewenang
khusus yang terbatas, yakni mempunyai acara sendiri yang agak berbeda dengan
proses pidana biasa. Perbedaan yang terlihat adalah, berbeda dengan proses pidana
umum dan khusus, proses praperadilan tidak mengenal penuntut umum. Kedudukan
lembaga praperadilan dalam hubungan ini dapat disamakan dengan kedudukan hakim
pengadilan ekonomi yang juga ditetapkan oleh Pengadilan Negeri, juga mempunyai
wewenang khusus dan terbatas yakni mengadili perkara tindak pidana ekonomi
semata-mata, dan mempunyai acara yang agak menyimpang dari hukum acara pidana
umum (KUHAP). Pemeriksaan dan pengadilan tiddak pidana ekonomi diatur dalam
undang-undang tersendiri, hal ini juga dap[at dilakukan dengan lembaga praperadilan,
tetapi pembuat undang-undang telah mengaturnya dalam KUHAP. Tetapi meskipun
demikian hakekatnya, kedua lembaga tersebut tetap saja sama, memeriksa dan
memutus perkara tindakan melawan hukum yang khusus.

Selanjutnya dapat dikatakan, bahwa dalam hal-hal perkara-perkara tindakan-


tindakan pidana ekonomi, korupsi dan subversi, lembaga praperadilan tidak berlaku.

6
Lintong oloan siahaan. Jalannya peradilan perancis lebih cepat dari peradilan kita. Jakarta: Ghalia Indonesia. 198, hlm. 92-94.
8

Dapat juga dicatat, bahwa putusan praperadilan adalah final, tidak dapat dibanding
(atau dikasasikan ) kecuali dalam hal putusan yang menetapkan penghentian
penyidikan dan pengusutan adalah tidak sah. Baik pasal ini maupun pasal lain di
KUHAP tidak menjelaskan apakah pemeriksaan ditingkat banding ini juga harus
mematuhi proses yang singkat seperti proses praperadilan, dan tidak jelas juga
bagaimana nharus dilakukan terhadap tersangka yang sudah dibebaskan oleh penyidik
atau penuntut umum, dibiarkan bebas atau bisa ditahan kemabali. Kedudukan hakim
praperadilan dalam KUHAP pada hakekatnya adalah sama dengan kedudukan hakim
dalam mengadili perkara pidana biasa, dalam arti kedua-duanya harus tunduk dan
menerapkan ketentua-ketentua KUHAP dalam memeriksa dan memutus perkara
dalam sidang praperadilan. Karena hakim praperadilan adalah hakim dalam
lingkungan peradilan umum, maka sudah tentu berlaku juga baginya Undang-Undang
Pokok Kekuasaan Kehakiman (Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970). Akhirnya
kita juga dapat melihat lembaga praperadilan sebagai upaya hukum luar biasa
(buitengewon rechts middel ) bagi tersangka untuk memperoleh kepatian hukum dan
keadilan.7

4. Pihak-Pihak yang dapat mengajukan Praperadilan Menurut KUHAP


Pihak-pihak yang berhak mengajukan permohonan praperadilan sangat erat
hubungannya dengan jenis pemeriksaan yang ingin diminta kepada praperadilan itu
sendiri. Dengan demikian maka pihak yang berhak mengajukan permohonan
praperadilan dikelompokkan menurut alasan yang menjadi dasar diajukannya
permintaan pemeriksaan praperadilan dan sekaligus dikaitkan dengan pihak yang
berhak mengajukan permintaan.
a) Tersangka. Keluarganya, atau kuasanya berdasarkan ketentuan pasal
79 KUHAP, pihak tersangka, keluarganya, atau kuasanya (orang yang
diberi kuasa oleh tersangka) berhak mengajukan permintaan
pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau
penahanan
b) Penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan pasal 80
KUHAP memberikan hak kepada penuntut umum dan pihak ketiga
yang berkepentingan untuk mengajukan pemeriksaan kepada

7
Ervan Saropea. 2009. Lembaga Hukum Literatur. Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
9

praperadilan mengenai sah atau tidaknya penghentian penyidikan yang


dilakukan oleh penyidik.
c) Penyidik atau pihak ketiga yang berkepentingan, berdasarkan pasal 80
KUHAP dapat mengajukan permintaan pemeriksaan sah atau tidaknya
pengehentian penuntut yang dilakukan oleh penuntut umum. Bila
dibandingkan dengan perhentian penyidik, penuntut umum diberikan
hak untuk mengawasi penyidik, sedangkan dalam penghentian
penuntut, penyidik yang diberi hak untuk mengawasi penuntut umum.
Di dalam KUHAP, telah diatur pengawasan berlapis dengan jalan
memberikan hak kepada pihak ketiga yang berkepentingan untuk
mengajukan permintaan pemeriksaan sah atau tidaknya penghentian
penuntut yang dilakukan oleh penuntut umum. Dengan demikian,
jikalau sekiranya penyidik tidak menanggapi penghentian penuntut
yang dilakukan oleh penuntut umum, maka pihak ketiga yang
berkepentingan dapat mengajukan permintaan pemeriksaan sah atau
tidaknya pengehentian penuntut yang dilakukan oleh penuntut umum
kepada praperadilan.
d) Tersangka, ahli warisnya atau kuasanya pasal 95 ayat (2) KUHAP
menyebutkan bahwa tersangka, ahli warisnya atau kuasanya dapat
mengajukan tuntutan ganti kerugian kepada praperadilann atas alsan
1. Penangkapan atau penahanan tidak sah
2. Penggeledahan atau penyitaan tanpa alasan yang sah
3. Karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang
diterapkan, yang perkaranya tidak diajukan kepengadilan
e) Tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan berdasarkan
ketentuan pasal 95 ayat (2) KUHAP, tersangka atau pihak ketiga yang
berkepentingan dapat mengajukan tuntutan ganti rugi dan rehabilitasi
karena sahnya penghentian penuntutan yang dilakukan oleh penuntut
umum. Jika praperadilan memutuskan bahwa penghentian penuntut itu
sah, maka hal tersebut menjadi dasar bagi tersangka atau pihak ketiga
yang berkepentingan untuk mengajukan tuntutan ganti kerugian atau
rehabilitasi kepada pra peradilan
10

f) Tersangka pasal 97 ayat (3) KUHAP memberikan hak kepada


tersangka untuk mengajukan rehabilitasi kepada pra peradilan atas
alasan sebagai berikut:
1. Penangkapan atau penahanan tanpa alasan yang berdasarkan
undang-undang
2. Kekeliruan mengenai orang atu badan hukum yang diterapkan
yang perkaranya tidak diteruskan ke pengadilan.

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 angka 6 huruf b KUHAP bahwa yang


dimaksud dengan penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Hak untuk
mengajukan pemeriksaan praperadilan kepada penuntut umum dalam hal penghentian
penyidikan yang dilakukan oleh penyidik, pada hakekatnya telah sesuai dengan
prisnsip pengawasan yang diinginkan dalam KUHAP. Selain adanya pengawasan
secara vertikal yang dilaksanakan oleh atas dari instansi yang bersangkiutan, adapula
pengawasan secara horisontal, dari sesama aparat penegak hukum. Mengenai pihak
ketiga yang berkepentingan, tidak dijelaskan secara eksplisit oleh KUHAP. Secara
umum, pihak ketiga yang berkepentingan dalam suatu pemeriksaan perkara pidana
adalah saksi yang menjadi korban tindak pidana yang bersangkutan sehingga dalam
hal ini maka saksi korbanlah yang berhak mengajukan permintaan pemeriksa tentang
sah atau tidaknya pengehentian penyidik kepada praperadilan.8

8
M. Yahya harahap, pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP (pemeriksaan sidang pengadilan, banding, kasasi, dan peninjauan
kembali, jakarta : sinar Grafika.
BAB IV
PENUTUPAN

KESIMPULAN

1. Berdasarkan dalam Pasal 77 KUHAP, Praperadilan merupakan wewenang


Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus sesuai ketentuan yang diatur dalam
undang-undang tentang sah atau tidaknya penangkapan, penahanan penghentian
penyidikan/penghentian penuntutan, ganti rugi, dan atau rehabilitasi bagi seorang
yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
2. Dalam acara praperadilan dari waktu tiga hari setelah diterimanya
permintaan, hakim yang ditunjuk menetapka hari sidang. Saat memeriksa dan
memutus tentang sah atau tidaknya penghentian penyidik atau penuntut, permintaan
ganti rugi atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan, akibat
sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan maka ada benda yang disita yang
tidak termasuk alat pembuktian, hakim mendengar keterangan baik tersangka atau
pemohon maupun dari pejabat yang berwenang. Pemeriksaan tersebut dilakukan
secara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari, hakim sudah harus menjatuhkan
putusannya.
3. Kewenangan praperadilan dalam KUHAP diantaranya, memerintahkan
pembebasan tersangka (pasal 82 ayat (3) sub a) dan menentukan jumlah besarnya
ganti rugi dan rehabilitasi, menetapkan rehabilitasi saja apabila tersangka tidak
ditahan, Menetapkan penyidikan dan penuntutan (yang dihentikan) dilanjutkan,
supaya benda yang disita yang tidak termasuk alat pembuktian, dikembalikan kepada
tersangka atau kepada orang dari siapa benda itu disita.
4. Pihak yang dapat melakukan praperadilan yaitu, tersangka. keluarga
tersangka, ahli waris tersangka, orang yang diberikan kuasa oleh tersangka, penuntut
umum, penyidik dan atau pihak ketiga yang berkepentingan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ratna Nurul Alfiah, Praperadilan dan Ruang Lingkupnya,jakarta: Akademika


Pressindo C.V., 1986.

Winarno, pendidikan kewarganegaraan, jakarta: PT Bumi Aksara , 2009.

M. Yahya harahap, pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP (pemeriksaan


sidang pengadilan, banding, kasasi, dan peninjauan kembali, jakarta : sinar Grafika.

Adnan nasution. 1988. Bantuan hukum di Indonesia. Jakarta; LP3S.

Ervan Saropea. 2009. Lembaga Hukum Literatur. Fakultas Hukum Universitas


Indonesia.

Oemar seno adji, Hukum Pidana jakarta : Erlangga, 1980.

Lintong oloan siahaan. Jalannya peradilan perancis lebih cepat dari peradilan kita.
Jakarta: Ghalia Indonesia. 198.

12

Anda mungkin juga menyukai