Anda di halaman 1dari 15

SUPREMASI HUKUM

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Pendidikan Kewarganegaraan

yang dibina oleh Bapak Drs. Hendri Purwito, M.Si

Oleh:

1. Titik Dwi Haryanti (120741404080)

2. Nurul Miftakhul Jannah (120741421180)

3. Afri Rachmad Fauzi (120741421185)

4. Arum Patria Sari (120741421220)

5. Nadiyya Qurrotu Aini Zummi (120741421230)

Kelas/Offering: B/GN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Maret 2013

i
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, serta
hidayahnya, sehingga penulisan makalah yang berjudul “Supremasi Hukum” dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang
dibina oleh Bapak Miftah Farid, S.Hi., M.Hi selaku dosen matakuliah Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas/Offering B/GN Program Studi S1 Sistem Komputer Di STMIK BINA
ADINATA.

Makalah ini merupakan materi mengenai supremasi hukum yang telah disebutkan dalam judul
tugas terstruktur kelompok ini. Penulis berusaha mendapatkan dan mengumpulkan beberapa
materi mengenai supremasi hukum dari beberapa referensi, yang diperoleh dari beberapa situs
internet yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun, penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis sangat menghargai apabila terdapat saran maupun kritik yang membangun
dari semua pihak. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi
para pembacanya untuk memperluas khasanah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang terus
berkembang mengikuti kemajuan zaman, khususnya bagi khasanah Ilmu Pengetahuan mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Amin.

Bulukumba, 07 Januari 2018

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2

C. Batasan Masalah...................................................................................................................2

D. Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

A. Pengertian Supremasi Hukum..............................................................................................3

B. Tujuan Supremasi Hukum....................................................................................................5

C. Fungsi Supremasi Hukum.....................................................................................................6

D. Pelaksanaan Supremasi Hukum di Indonesia.......................................................................7

E. Hubungan Antara Supremasi Hukum, HAM dan Demokrasi..............................................9

BAB III..........................................................................................................................................11

PENUTUP.....................................................................................................................................11

A. Kesimpulan.........................................................................................................................11

B. Saran...................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara hukum adalah negara yang menempatkan hukum pada tempat yang tertinggi,
yang meliputi perlindungan terhadap hak asasi manusia, pemisahan kekuasaan, setiap
tindakan pemerintah didasarkan pada peraturan perundang-undangan, dan adanya peradilan
yang berdiri sendiri. Negara dapat dikatakan sebagai Negara Hukum (rule of law) bilamana
superioritas hukum telah dijadikan sebagai aturan main (fair play) dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara, terutama dalam memelihara ketertiban dan perlindungan terhadap
hak-hak warganya.

Dalam Negara hukum menurut Jhon Lockce, warga masyarakat atau rakyat tidak lagi
diperintah oleh seorang raja atau apapun namanya, akan tetapi diperintah berdasarkan
hukum. Ide ini merupakan suatu isyarat bahwa bagi Negara hukum mutlak adanya
penghormatan terhadap supremasi hukum. Supremasi hukum hanya akan berarti bila ada
penegakan hukum, dan penegakan hukum hanya akan mempunyai nilai evaluatif jika
disertai dengan pemberlakuan hukum yang responsif. Artinya superioritas hukum akan
terjelma dengan suatu penegakan hukum yang bersendikan dengan prinsip persamaan di
hadapan hukum (equality before the law) dengan dilandasi nilai dan rasa keadilan. Untuk
dapatnya suatu hukum berfungsi sebagai sarana penggerak, maka hukum harus dapat
ditegakkan dan untuk itu hukum harus diterima sebagai salah satu bagian dari system nilai
kemasyarakatan yang bermanfaat bagi warga masyarakat, sehingga keberlakuan hukum
benar-benar nyata pada rana empiris tanpa paksaan.

Penegakan hukum di suatu negara sangatlah penting, karena sangat pentingnya hukum di
suatu negara akan menciptakan masyarakat yang kondusif dan tenang bagi warganya dan
sekaligus warga akan sangat menghormati hukum itu sendiri. Indonesia sendiri adalah
negara hukum. Hal ini tertuang jelas dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ketiga
yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. UUD 1945 Sebagai konsekuensi
dari Pasal 1 ayat (3) Amandemen ketiga UUD 1945, 3 (tiga) prinsip dasar wajib dijunjung
oleh setiap warga negara yaitu supremasi hukum, kesetaraan di hadapan hukum, dan
penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum.

Simposium mengenai negara hukum Tahun 1966 di Jakarta, merumuskan sifat dan ciri-
ciri khas suatu negara hukum. Sifat negara hukum itu ialah bahwa alat kelengkapannya
hanya dapat bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang telah ditentukan lebih
dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasakan untuk mengadakan aturan itu atau
singkatnya disebut prinsip rule of law.
1
Ciri-ciri khas bagi suatu negara hukum menurut simposium tersebut adalah:

1. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia, yang mengandung persamaan


dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

2. Peradilan yang bebas dan tidak memihak, serta tidak dipengaruhi oleh kekuasaan
atau kekuatan apapun juga.

3. Legalitas, dalam arti dalam semua bentuknya.[1]

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka topik bahasan dapat dirumuskan:

1. Apa yang dimaksud dengan supremasi hukum?

2. Bagaimana tujuan supremasi hukum?

3. Apa fungsi supremasi hukum?

4. Bagaimana pelaksanaan supremasi hukum di Indonesai?

5. Bagaimana Hubungan antara supremasi hukum, HAM dan demokrasi?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka ruang lingkup pembahasan makalah ini
meliputi pengertian, tujuan, fungsi, pelaksanaan, dan hubungan supremasi hukum dengan
demokrasi dan HAM.

D. Tujuan
Berdasarkan identifikasi rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembahasan masalah
yakni untuk mengetahui pengertian, tujuan, fungsi, bagaimana pelaksanaan, dan bagaimana
hubungan supremasi hukumdengan demokrasi dan HAM.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Supremasi Hukum


Supremasi mempunyai arti kekuasaan tertinggi atau teratas dan hukum artinnya
peraturan. Jadi, Supremasi Hukum mempunyai pengertian sebagai suatu peraturan yang
tertinggi.

Mengenai perumusan dari Supremasi Hukum ini sebenarnya belum ada yang
memberikan pengertian secara tegas, hal ini disebabkan karena cakupan yang demikian
luasnya dari hukum itu. Van Apeldoorn mengatakan bahwa, hukum banyak seginya dan
demikian luasnya, sehingga orang tidak mungkin menyatukan dalam satu rumusan secara
memuaskan. Apeldoorn juga memberi gambaran,dalam soal hukum,seseorang). Jika ia
mendengar perkataan hukum seketika itu juga teringat akan gedung pengadilan, pengacara,
juru sita, polisi.

Mr. Soemintardjo dkk. memberi definisi hukum sebagai aturan-aturan hidup, yang
bersifat memaksa, pelanggaran mana mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.dari
beberapa kutipan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah serangkaian
peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup dalam
masyarakat yang dibuat oleh lembaga resmi yang berwenang dan berlakunya bersifat
memaksa untuk ditaati serta memberikan sanksi tegas dan nyata terhadap
pelanggarnya.terdapat kalimat mengatur tingkah laku manusia berarti mengatur setiap
perhubungan hukum yang dilakukan oleh setiap orang tidak boleh, tidak harus didasarkan
atas aturan hukum yang berlaku. juga terdapat kalimat sifat memaksa dan memberi sanksi
tegas dan nyata terhadap siapa saja yang melanggarnya, ini berarti bekerjanya hukum itu
dapat dipaksakan pentaatannya tanpa terkecuali walaupun itu sebagai lembaga pembentuk
aturan hukum,apabila melanggar sedikitpun dari aturan hukum memberi sanksi tegas serta
nyata sesuai dengan pelangarannya tersebut.dengan demikian hukum merupakan kekuasaan
tertinggi.

Istilah supremasi hukum, adalah merupakan rangkaian dari selingkuhan kata supremasi
dan kata hukum, yang bersumber dari terjemahan bahasa Inggeris yakni kata supremacy dan
kata law, menjadi “supremacy of law” atau biasa juga disebut “law’s supremacy”.
Hornby.A.S (1974:869), mengemukakan bahwa secara etimologis, kata “supremasi” yang
berasal dari kata supremacy yang diambil dari akar kata sifat supreme, yang berarti “Higest
in degree or higest rank” artinya berada pada tingkatan tertinggi atau peringkat tertinggi.
Sedangkan supremacy berarti “Higest of authority” artinya kekuasaan tertinggi.

3
Kata hukum diterjemahkan dari bahasa Inggeris dari kata “law”, dari bahasa Belanda
“recht” bahasa Perancis “droit” yang diartikan sebagai aturan, peraturan perundang-
undangan dan norma-norma yang wajib ditaati.

Soetandyo Wignjosoebroto (2002:457), menyatakan bahwa secara terminology supremasi


hukum, merupakan upaya untuk menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi
yang dapat melindungi seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya intervensi oleh dan dari
pihak manapun termasuk oleh penyelenggara Negara. Menegakkan dan menempatkan
hukum pada posisi tertinggi tanpa adanya intervensi dari pihak eksternal dalam rangka
melindungi seluruh lapisan masyarakat,oleh Charles Hermawan disebutnya sebagai kiat
untuk memposisikan hukum agar berfungsi sebagai komando atau panglima (2003:1).

Abdul Manan (2009:188), menyatakan bahwa berdasarkan pengertian secara terminologis


supremasi hukum tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa supremasi hukum adalah upaya
atau kiat untuk menegakkan dan memosisikan hukum pada tempat yang tertinggi dari
segala-galanya, menjadikan hukum sebagai komandan atau panglima untuk melindungi dan
menjaga stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.

Rumusan sederhana dapat diberikan bahwa supremasi hukum adalah pengakuan dan
penghormatan tentang superioritas hukum sebagai aturan main (rule of the game) dalam
seluruh aktifitas kehidupan berbangsa, bernegara, berpemerintahan dan bermasyarakat yang
dilakukan dengan jujur (fair play).

Pengertian sederhana tersebut, telah terhubungkan dengan idée tentang teori kedaulatan
hukum (rechtssovereiniteit). Hukum adalah kedaulatan tertinggi dalam suatu Negara,
karenanya yang memerintah sesungguhnya adalah hukum, penyelenggara pemerintahan
Negara hanya melaksanakan kehendak hukum, sehingga dalam konteks demikian hukum
sebagai komando dan panglima.

Menurut Soetandyo Wignyosoebroto (2002:457) menyatakan bahwa secara terminologi


atau istilah, supremasi hukum merupakan hukum pada posisi tertinggi yang dapat
melindungi seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya intervensi oleh dan dari pihak manapun
termasuk oleh penyelenggara negara.

Menurut Abdul Manan (2009:188) menyatakan bahwa berdasarkan pengertian secara


terminologis bahwa berdasarkan pengertian secara terminologis atau istilah supremasi
hukum tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa supremasi hukum adalah upaya atau kiat
untuk menegakkan dan memosisikan hukum pada tempat tertinggi dari segala-galanya,
menjadikan hukum sebagai komandan atau panglima untuk melindungi dan menjaga
stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.

4
B. Tujuan Supremasi Hukum
Tujuan hukum pada prinsipnya meliputi 3 unsur pokok yaitu :

1. Hukum itu bertujuan untuk mencapai keadilan. Yang dimaksud ialah bahwa masyarakat
hendaknya diperlakukan sesuai hak-haknya sebagai martabat kemanusiaannya .

2. Kepastian hukum dalam arti bahwa terhadap tindakan yang dilakukan setiap orang atau
anggota masyarakat itu dapat segera dengan cepat ditentukan apakah perbuatan itu
melanggar dinyatakan menyimpang dari hukum atau tidak.

3. Kegunaan yang berarti bahwa dalam proses kerjanya hukum itu dapat memaksa
masyarakat umumnya dan penegak hukum khususnya untuk melakukan segala
aktifitasnya selalu berkaca mata pada hukum yang mengaturnya.

Adapun beberapa tujuan supremasi hukum adalah sebagai berikut:

1. Memberi keadilan bagi masyarakat, khususnya keadilan sosial. Dan perlindungan


terhadap harkat martabat manusia, ketertiban, ketentraman dan kepastian hukum yang
padahakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat
Indonesia.

2. Menempatkan kebebasan individu sebagai prinsip dasar dari organisasi sosial, untuk
menjamin kemerdekaan individu.

3. Menjamin terjaga dan terpeliharanya nilai-nilai moral bangsa Indonesia.

4. Melindungi kepentingan warga.

5. Menciptakan masyarakat yang demokratis

6. Menjadikan tanggung jawab ahli hukum untuk dilaksanakan dan yang harus dikerjakan
tidak hanya untuk melindungi dan mengembangkan hak-hak perdata dan politik
perorangan dalam masyarakat bebas, tetapi juga untuk menyelenggarakan dan membina
kondisi sosial, ekonomi, pendidikan dan kultural yang dapat mewujudkan aspirasi
rakyat serta meningkatkan integritas Sumber Daya Manusianya.

7. Memberikan jaminan terlindunginya hak-hak individu dalam bernegara dan


bermasyarakat.

5
C. Fungsi Supremasi Hukum
Eksistensi hukum pada hakikatnya untuk mengatur perhubungan hukum dalam pergaulan
masyarakat, baik antara orang seorang, orang yang satu dengan orang lain, antara orang
dengan Negara dan mengatur hubungan antara lembaga-lembaga Negara yang ada pada UU
Negara termasuk dalam pelaksanaan pemerintahannya secara keseluruhan, khususnya dalam
hal ini sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh aparat penegak hukum dalam rangka
kekuasaan yang dijalankan agar dalam setiap tindakannya dapat mencerminkan hakikat dari
pada hukum itu sehingga dengan demikian perbuatan semena-mena yang menjauhkan cita-
cita hukum dapat dihindarkan, maka untuk hal sedemikian cita-cita bernegara dan berbangsa
yang dalam hubungan ini dapat mewujudkan keadilan sosial.

Prof.Mr.W.F.de Gaay Fartman dalam bukunya Rechtdoen dalam terjemahan rahasia


hukum oleh Dr.O.Notohamidjojo mengatakan bahwa fungsi hukum meliputi 5 hal yaitu:

a) Hukum itu mengatur, menciptakan tata.

b) Hukum menimbang kepastian yang satu dengan yang lain.

c) Hukum menciptakan tanggungjawab.

d) Hukum memidana.

Iskandar mengatakan tentang fungsi hukum ialah sebagai sosial control (control social)
juga berfungsi sebagai alat perubahan sosial (Social engenering) fungsi tersebut akan tidak
tercipta dan akan menghambat terciptanya keadilan ekonomi maupun keadilan politik
apabila hukum tidak digunakan dengan penggunaan kekuasaan tidak sesuai dengan hakikat
sebab kalau hukum tidak benar penggunaanya maka kekuasaanpun cenderung digunakan
secara tidak benar.

Pendapat Rudolf Von I Lering yang mengatakan fungsi hukum ialah “laws were on way
achieve the end namely social control, selanjutnya menurut I lering ''an instrument for
serving the needs of society where there is an inevitable conflict between the social needs
individual's self interest" suatu alat untuk melayani kebutuhan masyarakat dimana konflik
(pertikaian) tidak dapat diletakkan antara kebutuhan sosial dan kepentingan pribadi. Dari
beberapa pendapat yang diuraikan di atas bahwa fungsi hukum pada dasarnya meliputi
sebagai berikut :

a. Hukum dalam proses kerjanya untuk mengatur perhubungan hukum masyarakat.

b. Menciptakan rasa tanggungjawab terhadap suatu perbuatan masyarakat dan


pemerintah.

c. Sebagai alat yang menyelesaikan sengketa atau konflik dalam masyarakat.

6
d. Sebagai instrumen pengendalian sosial.

D. Pelaksanaan Supremasi Hukum di Indonesia


Bagaimana pelaksanaan supremasi hukum di indonesia?

Seperti yang kita tahu hukum di indonesia di letakkan pada tingkatan yang peling tinggi,
tetapi dalam pelaksanaannya Penegakan hukum di Indonesia masih belum berjalan secara
tepat sesuai dengan apa yang ingin diwujudkan didalam pancasili sila ke-lima yaitu
“keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia”. Ini di buktikan dengan masih belum
jelasnya penyelesain kasus-kasus yang merugikan masyarakat Indonesia seperti yang terjadi
beberapa tahun lalu. Seperti penyelesaian kasus korupsi Bank Century dan kasus pajak.
Penegakan hukum yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum dirasa belum sesuai
dengan apa yang telah diatur oleh Undang-undang.

Juga masih banyak lagi kasus-kasus yamg lainnya, sehingga banyak orang-orang
indonesia yang beranggapan hukum di Indonesia itu yang menang yang mempunyai
kekuasaan, yang mempunyai uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan
negara dilanggar. Orang biasa yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil langsung
ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan
korupsi uang milyaran milik negara dapat berkeliaran dengan bebasnya. Banyak yang
menilai bahwa perkembangan penegakan hukum di Indonesia masih jauh dari harapan.
Sejak Indonesia merdeka sampai pemerintahan Gus Dur pasti terdapat kekurangan-
kekurangan dalam mewujudkan negara hukum di Indonesia.

Dengan adanya fakta- fakta tersebut kita sebagai masyarakat yang peduli keadilan diajak
untuk lebih mengkritisi kasus-kasus pelanggaran kejahatan-kejahatan kemanusiaan dan
aturan hukum yang menanganinya. Masalah pencabutan perundang- undangan yang tak
demokratik dibahas mengenai Pengamandemenan UUD 45 pasal 6 ayat (1) yang memang
perlu dilakukan. Karena pasal tersebut tidak mencerminkan penegakan hukum secara
demokratik Dan itu terbukti menjadi solusi karena dalam UUD 45 pasal 6 ayat (1)
Amandemen keempat telah berubah bunyinya menjadi “ Capres dan cawapres harus warga
negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaran lain karena
kehendaknya sendiri….” Masalah impunity dalam kaitannya dengan amandemen kedua
UUD 45 Pasal 28I ayat (1) memang belum jelas apakah pasal tersebut berlaku sama
terhadap tindak kejahatan- kejahatan kemanusiaan

Penegakan supremasi hukum memiliki keterkaitan erat dengan pelapisan sosial di


masyarakat. Lawrence M. Friedman melihat bahwa adanya pelapisan sosial dalam
masysrakat memberi pengaruh pada terbentuknya watak hukum yang diskriminatif, baik
pada peraturan-peraturan itu sendiri, maupun melalui praktek penegaknya.

7
Lawrence M. Friedman juga mengatakan adanya hambatan dalam mewujudkan
supremasi hukum yaitu dari sistem hukum, menurutnya bahwa sistem hukum dalam arti luas
terdiri dari tiga komponen yaitu komponen substansi hukum (legal substance), komponen
struktur hukum (legal structure), dan komponen budaya hukum (legal culture). Substansi
hukum (legal substance) adalah aturan-aturan dan norma-norma aktual yang dipergunakan
oleh lembaga-lembaga, kenyataan, bentuk perilaku dari para pelaku yang diamati di dalam
sistem. Struktur hukum (legal structure) merupakan batang tubuh, kerangka, bentuk abadi
dari suatu sistem dengan wujud utamanya adalah lembaga-lembaga pembentuk dan penegak
hukum berikut sumber daya manusianya. Budaya hukum (legal culture) merupaan gagasan-
gagasan, sikap-sikap, keyakinan-keyakinan, harapan-harapan dan pendapat tentang hukum.
Dalam perkembangannya Friedman menambahkan pula komponen yang keempat, yang
disebutnya komponen dampak hukum (legal impact) yaitu dampak dari suatu keputusan
hakim. Komponen dampak ini terutama berkaitan dengan kondisi-kondisi yang ingin
diwujudkan atau dicapai melalui pembentukan dan pemberlakuan suatu produk hukum,
terkait dengan fungsionalisasi hukum sebagai sarana rekayasa sosial sebagaimana yang
dikemukakan oleh Rescue Pound.

Selain itu Ada juga lima faktor yag memberikan kontribusi pengaruh pada proses
penegakan hokum menurut Soerjono Soekanto :

1. Faktor hukum atau peraturan perundang-undangan,

2. Faktor aparat penegak hukumnya,

3. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung proses penegakan hukum,

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan sosial dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan, berhubungan dengan kesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksi
dalam perilaku masyarakat,

5. Faktor kebudayaan, yani hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia
di dalam pergaulan hidup.

Sementara itu menurut Satjipto Rahardjo, membedakan tiga unsur utama yang terlibat
dalam proses penegakan hukum :

1. Unsur pembuat undang-undang,

2. Unsur aparat penegak hukum,

3. Unsur lingkungan yang meliputi pribadi warga negara dan sosial.

Persoalan penegakan hukum di Indonesia merupakan sebuah persoalan yang sudah


bersifat struktural. Untuk itu, upaya penegakan hukum harus dapat dilakukan dengan format

8
yang mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu melalui produk-produk hukum yang dibuat
oleh pemerintah.

Produk-produk hukum yang dibuat oleh pemerintah diharapkan dapat menjamin


tercapainya penegakan hukum secara menyeluruh dan nyata dalam tatanan masyarakat
Indonesia. Produk-produk hukum yang di buat oleh pemerintah tersebut tidak akan berarti
apa-apa, apabila tdak mampu menjalankan hukum dan tidak dapat diimpelementasikan.
(Bambang, 1992:77).

E. Hubungan Antara Supremasi Hukum, HAM dan Demokrasi


Supremasi hukum telah mati seiring dengan berjalannya sistem demokrasi di Indonesia.
Hal yang paling mendasari adalah besarnya pergesekan kekuatan kepentingan kekuasaan
dari beberapa titik pemegang kekuasaan negara. Dalam pelaksanaan demokrasi sangat
diperlukan adanya supremasi hukum yaitu menjunjung tinggi peraturan–peraturan yang
berlaku untuk mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat demi
terciptanya kesadaran hukum dan kepatuhan hukum. Selain dari pada itu juga diperlukan
sistem pemerintahan yang demokrasi yaitu sistem pemerintahan yang mengutamakan
kepentingan rakyat yaitu adanya asas dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Terakhir
adalah HAM (Hak Asasi Manusia), hal ini sangat penting terhadap pelaksanaan supremasi
hukum karena berkaitan dengan hak dasar manusia sebagai mahluk Tuhan. Demikianlah
hal–hal yang patut diperhatikan dalam pelaksanaan supremasi hukum di Indonesia karena
sangat sesuai dan patut pula diperhatikan dalam skala nasional yang bertitik tolak dari UUD
1945 baik Pembukaan, pasal-pasal beserta penjelasannya.

Hubungan antara negara hukum dan demokrasi dapat dinyatakan bahwa negara
demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum belum tentu negara
demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi. Demokrasi baik sebagai
bentuk pemerintahan maupun suatu sistem politik berjalan di atas dan tunduk pada koridor
hukum yang disepakati bersama sebagai aturan main demokrasi. Adapun demokrasi sebagai
sikap hidup ditunjukkan dengan adanya perilaku yang taat pada aturan main yang telah
disepakati bersama pula. Aturan main itu umumnya dituangkan dalam bentuk norma hukum.
Dengan demikian di negara demokrasi, hukum menjadi sangat dibutuhkan sebagi aturan dan
prosedur demokrasi. Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi
akan liar tidak terkendali. Jadi, negara demokrasi sangat membutuhkan hukum. (Winarno,
2007: 128)

Hubungan antara demokrasi dan hukum sangat erat, dapat dikatakan bahwa kualitas
demokrasi suatu negara akan menentukan kualitas hukumnya. Artinya negara-negara yang
demokratis akan melahirkan pula hukum-hukum yang berwatak demokratis, sedangkan di
negara-negara yang otoriter aatau non demokratis akan lahir hukum-hukum yang non
demokratis. (Moh.Mahfud, 1999: 53)

9
Dewasa ini kehidupan ekonomi jauh lebih baik daripada periode-periode sebelumnya
berkat pemerintahan yang kuat dan otoritarian sesuai dengan pilihan yang telah dilakukan
secara sadar sebagai pecinta hukum. Lahirnya hukum-hukum yang berkarakter responsif
tanpa mengorbankan persatuan dan kesatuan serta kebutuhan ekonomi dapat lahir di dalam
konfigurasi politik yang demokratis untuk melahirkan hukum-hukum yang renponsif itu,
diperlihatkan demokratisasi di dalam kehidupan politik. Alasan-alasan untuk melakukan
demokratisasi ini sudah cukup jika kesadaran politik masyarakat membaik, Pancasila
diterima sebagai satu-satunya asas oleh orpol dan ormas, dan kehidupan ekonomi
masyarakat dan pertumbuhannya sudah memadai. Dengan modal itu, proses demokratisasi
tidak akan mengancam stabilitas apalagi persatuan kesatuan bangsa. (Moh.Mahfud,
1999:84)

Peranan supremasi hukum, demokrasi, dan HAM terhadap pelaksanaan pemerintahan


sangat penting karena supremasi hukum harus ada, sebab negara Indonesia adalah negara
hukum atau negara yang sangat menjunjung tinggi hukum ini dapat terlihat juga dari sistem
demokrasi yang dianut negara kita yaitu Republik Konstitusi, maka pemerintahan juga harus
menjunjung tinggi hukum dalam menggunakan wewenangnya. Selain itu, pemerintah juga
harus memperhatikan aspirasi rakyat dalam membuat keputusan bagi rakyatnya karena
bagaimanapun juga negara kita adalah negara yang kedaulatannya berada di tangan rakyat,
jadi keinginan rakyat tidak bisa dikesampingkan begitu saja oleh pemerintah. Oleh karena
itu, badan eksekutif dan badan legislatif dalam melaksanakan tugasnya tidak bisa bertindak
sewenang–wenang terhadap rakyat yang bisa melanggar atau membatasi HAM dari pada itu
rakyat itu sendiri.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Supremasi hukum dan penegakan hukum bagi suatu Negara yang memilih sebagai
Negara hukum rechtsstaat / rule of law atau apapun istilahnya, merupakan harga mati yang
tidak boleh ditawar-tawar. Demikian pulalah halnya Indonesia. Sejak semula bangsa ini
mendirikan Negara the founding fathers telah memilih menjadi suatu Negara hukum, maka
konsekuensi dari pada itu hukum harus menjadi fondasi dalam tatanan kehidupan
kenegaraan, pemerintahan dan kemasyarakatan. Namun tidak berhenti sampai disitu saja,
akan tetapi berkelanjutan dengan pembangunan elemen-elemen hukum dan peraturan
perundang-undangan sebagai bangunan hukum yang dapat menaungi kepentingan segenap
elemen bangsa dan dilakukan penegakan untuk menciptakan suasana yang kondusif dan
memulihkan gangguan-gangguan yang timbul.

Untuk itu semua, maka komitmen dari segenap elemen bangsa mutlak diperlukan untuk
mendukung supremasi hukum dan penegakan hukum di negeri ini, agar kita tidak menjadi
bangsa yang mengingkari dan bahkan menghianati pilihannya sendiri untuk bernegara dalam
sebuah Negara hukum.

Hubungan supremasi hukum, demokrasi, dan HAM adalah hubungan yang tidak dapat
terpisahkan. Supremasi hukum dapat tercipta jika hukum dilaksanakan dengan berdasar pada
keadilan. Negara yang demokratis akan akan mewujudkan watak hukum yang demokratis.
Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi akan liar tidak
terkendali. Dengan adanya demokrasi, maka Hak Asasi Manusia pun akan dijunjung sebagai
wujud negara demokrasi yang tertib hukum.

B. Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

[1] Iriyanto A. Baso Ence, Negara Hukum dan Hak Uji Konstitusionalitas Mahkamah Konstitusi
Telaah Terhadap Kewenangan Mahkamah Konstitusi, P.T Alumni Bandung, Bandung, 2008,
hlm.165

http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-supremasi-hukum-dan.html

http://dimasdoc.blogspot.com/2009/11/negara-hukum-dan-supremasi-hukum.htm

http://menarailmuku.blogspot.com/2012/11/pengertian-supremasi-hukum.html

http://rafi-thegunners.blogspot.com/2011/04/supremasi-hukum.html

http://supremasihukum-helmi.blogspot.com/

http://supremasihukum-helmi.blogspot.com/

http://menarailmuku.blogspot.com/2012/11/contoh-makalah-supremasi-hukum.html

http://jdih.purworejokab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=508:artikel-
new&catid=39:artikel&Itemid=27

12

Anda mungkin juga menyukai