FAKUKTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya jualah, makalah ini berhasil diselesaikan sesuai dengan target waktu yang telah
direncanakan. Shalawat dan salam Penulis persembahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, beserta segenap keluarga dan sahabatnya yang telah mewariskan berbagai macam
hukum sebagai pedoman umatnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
mendapatkan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada sahabat-sahabat yang telah memberikan suport dan
motifasi kepada penulis.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik dari penjelasan materi dan penulisan. Namun penulis telah berusaha keras
untuk menyelesaikan tugas yang telah di bebankan kepada penulis dan mencoba memberikan
hasil yang semaksimal mungkin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
BAB II PEMBAHASA.............................................................................................
A. Pengertian Etika Tnggung Jawab Profesi......................................................
B. Tugas dan Wewenang Jaksa..........................................................................
C. Kode Etik Jaksa.............................................................................................
D. Sumpah Jaksa.................................................................................................
E. Sanksi Jaksa Yang Melanggar Kode Etik......................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
1. Kesimpulan....................................................................................................
2. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara yang meletakkan hokum sebagai kekuatan tertinggi
berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945 telah memberikan jaminan bagi
seluruh warga negaranya untuk mendapatkan kepastian, ketertiban dan perlindungan hokum
yang berintikan pada kebenaran dan keadilan. Jaminan kepastian, ketertiban dan
perlindungan hokum tersebut tentunya membutuhkan upaya konkrit agar terselenggarakan
dengan seksama sebagai bentuk pertanggung jawaban Negara bagi kemakmuran seluruh
rakyat Indonesia
Dalam rangka penegakan supermasi hukum di Indonesia perlu suatu badan atau
perangkat yang bertindak menyidik dan penyelidikan tentang pelanggaran yang dilakukan
oleh orang, atau lebih dan badan hukum, maka dalam hal ini Polisi, Jaksa, atau pejabat yang
berwenang. Badan – badan tersebut saling berkaitan dan bekerjasama. Dan lebih khususnya
yang dibahas dalam makalah ini adalah Tugas dan Wewenang Jaksa.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai kebebasan untuk berucap, bertindak,
berperilaku atau untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi kesenangan sesuai dengan
keahliaanya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Namun setiap orang untuk mencapai
tujuan hidupnya itu, agar dia bias hidup tentram, tertib, teratur dan aman dan damai serta
tidak diganggun orang lain, ia dituntut mentaati batasan-batasan atau etika dalam pergaulan
hidupnya dengan orang lain yang ada disekitarnya. Setiap orang dituntut untuk tidak
merugikan orang lain dan harus mempertanggung jawabkan terhadap apa yang ia lakukan.
Jaksa berdasarkan undang undang nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republic
Indonesia yang dimaksud jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hokum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-
undang.
Lembaga Kejaksaan adalah lembaga negara yang bertugas untuk mewakili negara
dalam menegakkan hukum khususnya dalam bidang peradilan. Lembaga Kejaksaan dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya harus mampu mewujudkan kepastian hukum,
ketertiban hukum, keadilan, dan kebenaran berdasarkan hukum dan mewujudkan norma-
norma keagamaan, kesopanan, dan kesusilaan serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan,
hukum, dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Menghindari istilah “Mafia Peradilan”, cukup sulit dilakukan. Karena, istilah tersebut
sudah populer di kalangan masyarakat. Bagaimana tidak, Lembaga Kejaksaan yang harusnya
menegakkan hukum justru menggunakan hukum sebagai ladang keuntungan secara pribadi
dengan melelang keadilan dan hukum semurah-murahnya di pasar bebas. Dampaknya, nilai-
nilai keluhuran hukum tidak lagi dijunjung tinggi. Ironisnya, sistem peradilan menjadi jauh
dari asas-asas peradilan. Biaya menjadi membengkak, waktu lama, dan bertele-tele. Jika,
uang yang dikeluarkan sedikit (kurang) maka hukuman yang didapatkan menjadi berat dan
masa kurungan penjara menjadi lama. Ini semua, menggambarkan betap hukum itu dijadikan
komoditas lahan usaha untuk aparat penegak hukum.
Secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya, yakni tanggal 19
Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan
kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkungan
Departemen Kehakiman.
Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1)
ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan
negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang”.
Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral
dalam penegakan hukum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah
suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut
Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus Litis, Kejaksaan juga
merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Karena
itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini dipandang lebih kuat dalam menetapkan
kedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai lembaga negara pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang hal-hal
yang berhubungan dengan kejaksaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian etika dan profesi
2. Bagaimana bentuk tugas dan wewenang kejaksaan dalam menyelesaikan suatu perkara?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian etika dan profesi
2. Mengetahui bentuk tugas dan wewenang kejaksaan dalam menyelesaikan suatu perkara?
3. Mengetahui bentuk kode etik, sumpah, serta sanksi dan semua hal yang mencakup kineja
profesi kejaksaan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Dan Profesi
1. Pengertian Etika
Etika bagi setiap profesi termasuk profesi hokum berkaitan dengan norma kehidupan
antar manusia, yang sangat erat hubungannya dengan masalah hak asasi manusia (human
right) hak asasi manusia adalah hak dasar anugerah tuhan yang melekat sejak lahir, esensi
etika adalah norma hidup antara manusia supaya manusia yang satu memperlakukan manusia
lainnya sebagai manusia, demikian pula sebaliknya., masing masing manusia melaksanakan
kewajibannya dan mereka menghormat, menghargai hak keluhuran manusia lainnya.
Istilah etika berasal dari bahasa yunani, dari kaa ethikos dengan ethos yang berarti
adat,. kebiasaan, praktek,. Dalam kamus Webster new world dictionary, disebutkan kata ethic
atau ethos, etika adalah sikap kebiasaan atau kepercayaan dan sebagainya dari seseorang atau
suatu kelompok orang yang menjadikan ciri pembeda dengan orang dengan kelompok lain.
Istilah etika menghubungkan penggunaan akal budi perseorangan dengan tujuan
untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.
Macam macam etika yang dilihat dari pendekatan dalam kajian ilmiah tentang moralitas
a. Etika deskriftip adalah melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas yang ersat hubungan
dengan antropologi, sosiologi, dan psikologi dan bersandar pada ketiganya. Etika ini
mempelajari dan menguraikan moral sesuatu masyarakat, kebudayaan dan bangsa tertentu
dalam suatu periode, sejarah, melukiskan adat istiadat, anggapan anggapan tentang baik dan
buruk, tindakan-tindakan yang di perbolehkan dan dilarang. Ia juga membandingkan dan
menghadapkan system moral, kode-kode, praktek, dan nilai nilai yang berbeda-beda. Dia
hanya melukiskan dan tidak memberikan penilaiaan.
b. Etika normative secara sistematis berusaha menyajikan serta membenarkan suatu system
moral. Bahwa para ahli tidak bertindak sebagai penonton saja, sebagai dalam etika deskriptif,
tetapi melibatkan diri dengan memberikan penilaiaan tentang perilaku manusia. Etika normati
tidak deskriftip melainkan preskriktif (memerintahka), tidak melukiskan melainnkan
menentukan. Benar tidaknya tingkah laku dan anggapan moral. Etika normatif berusaha
mengembangkan serta membenarkan prinsip dasar moral atau nilai nilai dasar sesuatu system
moral. System itu sendiri terdiri dari prinsip atau nilai dasar moral dan aturan aturan moral
yang khusunya menguasai perilaku manusia dalam arti menghapuskan tindakan-tindakan
yang buruk atau tidak bermoral tetapi juga menganjurkan perilaku yang moral. Peraturan dan
nilai nilai inilah yang membentuk norma-norma moral sesuatu masyarakat.
c. Metaetika erat hubungan dengan etika normative. Sampai taraf tertentu etika normati dan
etika deskriptif mencakup juga kegiatan metaetika. Metaetika adalah study tentang etikan
normati. Metaetika biasa disebut etika analitis, karena ia menganalisis. Etika ini mengkaji
makna istilah-istilah moral dan logika dari penalaran moral. Ia menanyakan misalnya apakah
yang dimaksud dengan istilah baik dan buruk. Dalam arti moral dan apakah yang dimaksud
dengan tanggung jawab moral, kewajiban moral dan pengertian sejenis itu. Makna suatu
istilah tentang moral erat hubungan dengan pemakaiaan sehari-hari.
3. Sumpah Jaksa
Seorang jaksa sebelum memangku jabatannya, harus mengikrarkan dirinya
bersumpah/berjanji sebagai pertanggungjawabab dirinya kepada negara, bangsa dan
lembaganya. Dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 16 tahun 2004 dinyatakan bahwa :
“saya bersumpah/berjanji :
Bahwa saya akan setia kepada dan mempertahankan NKRI, serta mengamalkan
Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta melaksanakan peraturan per Undang-Undangan yang berlaku bagi Negara
Republik Indonesia.
Bahwa saya senantiasa menjunjung tinggi dan akan menegakkan hukum, kebenaran dan
keadilan, serta senantiasa menjalankan tugas dan wewenang dalam jabatan saya ini dengan
sungguh-sungguh, saksama, objektif, jujur, berani, profesional, adil, tidak membeda-
bedakan, agama, ras, gender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya
dengan sebaik-baiknya, serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, masyarakat, bangsa, dan negara.
Bahwa saya akan senantiasa menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi
oleh campur tangan siapa pun juga dan saya akan tetap teguhmelaksanakan tugas dan
wewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya.
Bahwa saya dengan sungguh-sungguh, untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau
tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau
menjanjikan sesuatu apa pun kepada siapa pun juga. Bahwa saya untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau
tidak langsung dari siapa pun juga suatu janji atau pemberian.”
B. SARAN
Demikianlah makalah singkat ini, penulis berharap agar semua pelaku profesi hukum
baik kejaksaan, kepolisian, dll, agar kiranya dapat menaati kode etik, sumpah, dsb. Agar
kinerja profesi hukum terutama kejaksaan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan
masyarakat, sebab kejaksaan mempunyai perang penting dalam menyelesaikan suatu perkara.
Untuk menghindari suap, korupsi, dll harapnya jaksa mampu bersifat tegas dan
mementingkan kepentingan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Thalib, Teori & Filsafat Hukum Modrn Dalam Prspektiftp, tth.
Abu Thalib, Teori & Filsafat Hukum Modrn Dalam Prspektiftp, tth.hlm. 120
Abu Thalib, Lop. Cit, hal. 339-441
Harplileny Soebiantoro, Hj. S.H. CN. MH, article : “Tanggung Jawab Profesi
http://blogspot.com/kode-etik-jaksa_files/comment-iframe.html.
http://blogspot.com/kode-etik-jaksa_files/comment-iframe.html.
http://wordpress.com/doktrin+kejaksaan.html
http://www.kejaksaanRI.com/lambang+kejaksaan.html
Harplileny Soebiantoro, Hj. S.H. CN. MH,article : “Tanggung Jawab Profesi Jaksa” hal. 19-
20. diambil dari http://myblogspot.com/Tanggung Jawab Profesi Jaksa.html
http://blogspot.com/kode-etik-jaksa_files/comment-iframe.html.
http://www.kejaksaanRI.com/lambang+kejaksaan.html
Jaksa” diambil dari http://myblogspot.com/Tanggung Jawab Profesi Jaksa.html
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 tentang Kode Perilaku Jaksa
Jaksa Agung Republik Indonesia.
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 tentang Kode Perilaku Jaksa
Jaksa Agung Republik Indonesia.
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 tentang Kode Perilaku Jaksa
Jaksa Agung Republik Indonesia.SS
Republik Indonesia, Bandung : Citra Umbara, 2004.
Supriadi, S.H., Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, cet ke
III, hal. 130-131.
Supriadi, S.H., Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia,
Bandung:Citra Umbara, 2004, hal.3.
P