Anda di halaman 1dari 14

FUNGSI DAN TUJUAN HUKUM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum

Dosen Pengampu :
Achmad Safiudin R. M.H

Disusun oleh :
1. Nurul Qomariah (05040520065)
2. Raudlatul Mak’waa (05020520038)
3. Muhamad Nizar Fikri (05040520057)
4. Muhammad Alief Sofyan Asyauri (05040520058)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB
SURABAYA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang telah


melimpahkan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Fungsi dan Tujian Hukum”. Tidak lupa sholawat serta salam penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat,
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benerang yaitu adzinul islam.

Tujuan penulisan makalah ini adalah tidak lain untuk memenuhi tugas,
mengkaji dan memperdalam pengetahuan tentang fungsi serta tujuan hukum.
Meskipun demikian penulis mengakui apa yang penulis sajikan kedalam makalah
ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan.

Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achmad Safiudi yang
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengkaji materi ini, semoga
kesediaan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT. “Amiinn”

16 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi...............................................................................................................................iii

Bab 1 Pendahuluan...............................................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................5

Bab 2 Pembahasan...............................................................................................................6

A. Tujuan Hukum Menurut Barat...................................................................................6


B. Tujuan Hukum Menurut Islam..................................................................................7
C. Teori Tujuan Hukum...............................................................................................10
1. Teori Etis.............................................................................................................10
2. Teori Ultitas.........................................................................................................11
3. Teori Campuran...................................................................................................11

Bab 3 Penutup.....................................................................................................................13

A. Kesimpulan...............................................................................................................13

Daftar Pusaka......................................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum.
Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan
dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian luasnya
masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat
orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan”.
Menurut J.B. Daliyo, menyebutkan bahwa ilmu hukum adalah ilmu
pengetahuan yang objeknya hukum. Dengan demikian, maka ilmu hukum akan
mempelajari semua seluk-beluk mengenai hukum, misalnya mengenai asal
mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian, sumber-sumber,
perkembangan, fungsi, dan kedudukan hukum di dalam masyarakat.
Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum, menelaah
hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia di mana pun
dan kapan pun berada. Seorang yang berkeinginan mengetahui hukum secara
mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan
berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah hukum besar perannya
dalam hal tersebut. Sering kali pengantar ilmu hukum (PIH) oleh dunia studi
hukum dinamakan Ensiklopedia Hukum, yaitu matakuliah dasar yang
merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu
hukum, sehingga pengantar ilmu hukum merupakan dasar untuk pelajaran lebih
lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar,
gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan hukum menurut Barat?
2. Apa tujuan hukum menurut Islam?
3. Bagaimana penjabaran teori etis dalam teori tujuan hukum?
4. Bagaimana penjabaran teori ultitas dalam teori tujuan hukum?
5. Bagaimana penjabaran teori campuran dalam teori tujuan hukum?

1
Ishaq, pengantar ilmu hukum, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2014) hal. 3

4
C. Tujuan
1. Mengetahui tujuan hukum menurut Barat.
2. Mengetahui tujuan hukum menurut Islam.
3. Mengetahui penjabaran teori etis dalam teori tujuan hukum.
4. Mengetahui penjabaran teori ultitas dalam teori tujuan hukum.
5. Mengetahui penjabaran teori campuran dalam teori tujuan hukum.

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Tujuan Hukum Menurut Barat


Stabilitas hubungan dalam masyarakat dapat dicapai dengan adanya
peraturan hukum yang bersifat mengatur (anvullenrecht) dan aturan-aturan
hukum yang bersifat memaksa (dwingenrecht) setiap anggota masyarakat agar
taat dan mematuhi hukum.2 Secara garis besar, hukum bertujuan untuk
menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus
pula bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu.
Hampir sama dengan definisi dari hukum, rumusan tujuan hukum, antara ahli
hukum yang satu dengan yang lain berbeda, sebagaimana yang dikemukakan
oleh C.S.T. Kansil, yaitu:3
1. Menurut Subekti, hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam
pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat.
Hukum melayani tujuan negara dengan menyelenggarakan keadilan dan
ketertiban, syarat-syarat pokok dalam mendatangkan kemakmuran dan
kebahagiaan. Keadilan digambarkan sebagai suatu keadaan keseimbangan
yang membawa ketentraman di hati dan jika diusik atau dilanggar akan
menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan.
2. Menurut Van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup
manusia secara damai. Perdamaian di antara manusia dipertahankan oleh
hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia
tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta dan benda terhadap pihak
yang merugikannya.
3. Teori Etis mengajarkan, bahwa hukum itu semata-mata menghendaki
keadilan. Isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita
mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil.
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang

2
Sudarsono, Pengantar Ilmu hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm.48
3
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, 40-45

6
jika dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sedangkan menurut
Sudikno sumber hukum sering digunakan dalam beberapa arti seperti:4
a) Sebagai asas hukum.
b) Menunjukkan sumber hukum terdahulu yang memberi bahanbahan
kepada hukum-hukum yang sekarang berlaku.
c) Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara
formal kepada peraturan hukum.
d) Sebagai sumber dari mana hukum itu dapat diketahui.
e) Sebagai sumber terbentuknya hukum atau sumber yang menimbulkan
hukum.
Sumber hukum dalam barat pada hakekatnya sama dengan sumber hukum
pada umumnya,dibedakan menjadi dua, yaitu sumber materiil dan sumber
formal.Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang turut serta
menentukan isi hukum. Sumber-sumber hukum materiil dapat ditinjau lagi dari
berbagai sudut, seperti dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat dan lain-
lain.Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang
merupakan dasar berlakunya hukum secara formal, sehingga merupakan dasar
kekuatan mengikat peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun
oleh pengak hukum. Dengan kata lain, sumber hukum formal merupakan causa
efficient dari hukum. Yang termasuk dalam sumber hukum formal adalah
Undang-undang, kebiasaan, Yurisprudensi, Traktat, perjanjian dan doktrin.

B. Tujuan Hukum Menurut Islam


Al-Quran dan literatur hukum Islam sama sekali tidak menyebutkan kata
hukum Islam sebagai salah satu istilah. Yang ada di dalam al-Quran adalah
kata syarî’ah, fiqh, hukum Allah, dan yang seakar dengannya. Istilah hukum
Islam merupakan terjemahan dari islamic law dalam literatur Barat.5 Istilah ini
4
Heru Susanto, Hand Out pengantar Ilmu Hukum, (Surabaya: Fakultas Hukum
Universitas Surabaya, 1999), hlm. 1.

5
Mardani, Hukum Islam; Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015), hlm. 14.

7
kemudian menjadi populer. Untuk lebih memberikan kejelasan tentang makna
hukum Islam maka perlu diketahui lebih dulu arti masing-masing kata. Kata
hukum secara etimologi berasal dari akar kata bahasa Arab, yaitu hakama-
yahkumu yang kemudian bentuk mashdar-nya menjadi hukman. Lafadz al-
hukmu adalah bentuk tunggal dari bentuk jamak Al Ahkam.
Berdasarkan akar kata hakama tersebut kemudian muncul Kata al-hikmah
yang memiliki arti kebijaksanaan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang yang
memahami hukum kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
maka dianggap bijaksana.
Pembentukan hukum Islam memiliki tujuan untuk merealisasikan
kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya (dharûriyyah),
kebutuhan sekunder (hâjiyyah) serta kebutuhan pelengkap (tahsîniyyat). Dalam
wacana umum, kebutuhan dharûriyyah disebut primer, kebutuhan hâjiyyah
disebut sekunder, dan kebutuhan tahsîniyyah disebut tersier.6
Mempelajari hukum Islam harus mengetahui terlebih dahulu maksud dan
tujuan pembuat hukum dan keadaan atau kejadian yang memerlukan turunnya
wahyu suatu ayat al-Quran dan Hadits Nabi saw. Para ahli hukum Islam
mengklasifikasikan tujuan-tujuan yang luas dari syariat atau hukum Islam
sebagai berikut:7
1. Dharûriyyah
Dalam kehidupan manusia, kebutuhan ini merupakan hal penting
sehingga tidak dapat diabaikan. Apabila kebutuhan-kebutuhan ini tidak
terjamin, akan terjadi kekacauan dan ketidaktertiban di manamana. Kelima
kebutuhan hidup yang primer ini (dharûriyyah) dalam kepustakaan hukum
Islam disebut dengan istilah al-maqâshid alkhamsah atau disebut juga al-
kulliyyat al-khoms (lima hal inti/ pokok), yaitu: hifdz ad-din (memelihara
agama), hifdz an-nafs (memelihara jiwa), hifdz al-‘aql (memelihara akal),

6
Rahmat Rosyadi, Formalisasi Syariat Islam dalam Persfektif Tata Hukum Indonesia, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 46.
7
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 19

8
hifdz an-nasl (memelihara keturunan), dan hifdz al-mâl (memelihara hak
milik/ harta).8
2. Hajiyat (sekunder)
Kebutuhan hajiyat adalah kebutuhan sekunder atau  kebutuhan setelah
kebutuhan dharuriyat. Apabila kebutuhan hajiyat tidak terpenuhi tidak akan
mengancam keselamatan kehidupan umat manusia, namun manusia
tersebut akan mengalami kesulitan dalam melakukan suatu kegiatan.
Kebutuhan ini merupakan penguat dari kebutuhan dharuriyat.9
3. Tahsîniyyat
Tujuan selanjutnya dari perundang-undangan Islam adalah membuat
berbagai perbaikan, yaitu menjadikan hal-hal yang dapat menghiasi
kehidupan sosial dan menjadikan manusia mampu berbuat dan mengatur
urusan hidup lebih baik. Keperluan ini disebut tersier atau tahsîniyyat.
Ketiadaan perbaikan ini tidak membawa kekacauan sebagaimana ketiadaan
kebutuhankebutuhan hidup. Namun, perbaikan perlu dilakukan agar
peraturan selalu berkesinambungan. Perbaikan dalam hal ini mencakup arti
kebajikan (virtues), cara-cara yang baik (good manner) dan setiap hal yang
melengkapi peningkatan cara hidup.
Perilaku yang menunjukkan tahsîniyyat adalah bersikap ramah terhadap
semua makhluk Allah di muka bumi. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila ada orang masuk surga hanya karena memberi minum anjing yang
kehausan, wanita yang masuk neraka akibat tidak memberi makan seekor
kucing, terdapat larangan buang air kecil dibawah pohon, dan larangan
membakar pepohonan sekalipun sedang dalam keadaan perang.

C. Teori Tujuan Hukum

8
Ibid
9
Ibid

9
Dalam menjalankan fungsinya sebagai sarana pengendali dan perubahan
sosial, hukum memiliki tujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, damai, adil, yang ditunjang dengan kepastian hukum sehingga
kepentingan individu dan masyarakat dapat terlindungi. Dalam beberapa
literature ilmu hukum, terdapat tiga teori tujuan hukum dari berbagai sudut
pandang:
1. Teori etis
Sebelum membahas teori etis tujuan hukum, alangkah baiknya memahami
kata etis itu sendiri. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etis
merupakan sesuai dengan asas perilaku yang disepekati secara umum, dan
berhubungan dengan etika.
Teori etis pertama kali dikemukakan oleh filsuf Yunani, Aristiteles dalam
karyanya ethica dan rhetorica, yang menyatakan bahwa hukum memiliki
tujuan suci memberikan setiap orang apa yang menjadi haknya. Menurut teori
ini, hukum semata-mata bertujuan demi keadilan. Isi hukum ditentukan oleh
keyakinan etis kita, mana yang adil dan mana yang tidak. Singkatnya, hukum
menurut teori ini bertujuan mewujudkan keadilan10. Salah satu pendukung
dalam teori ini adalah Geny yang menyatakan bahwa “hukum bertujuan
semata-mata untuk mencapai keadilan”.
Mengenai keadilan sendiri, merupakan suatu penilaian terhadap perlakuan
atau tindakan yang dikaji dengan suatu norma yang menurut pandangan
subjektif melebihi dari norma-norma lain. Untuk mengartikan keadilan
sangatlah sulit, dikarenakan keadilan sangat luas cakupannya. Keadilan
tersebut harus mencakup semua pihak. Dalam perkembangan sejarah, penilaian
keadilan sering berubah , maka tidak mudah untuk mengartikannya.
Dengan demikian, Aristoteles berusaha untuk membatasi keadilan
teesebut,dengan membedakan dua macam keadilan:
1. Distributive justice, verdelende atau justitia gerechtgheid adalah porsi
hakim untuk memperhatikan hubungan perseorangan yang

10
Dr.Sri Warjiyati, memahami dasar ilmu hukum (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), Hlm.23

10
mempunyai kedudukan yang sama tanpa membedakan dengan
memandang proposional.
2. Justitia commutiva adalah keadilan yang diberikan kepada setiap
orang yang sama banyaknya, tanpa memandang kedudukan, jabatan,
ras, dan lain-lain11.
2. Teori ultitas(utilities)
Dalam teori ini disebutkan bahwa “the greatest good of the greates
number” yang pada hakikatnya tujuan hukum itu adalah mencari
kebahagian yang merupaakan kemanfaatan dari hukum itu sendiri, teori ini
dianut oleh Jeremi Bentham. Dalam teori ini tidak menitik beratkan bahwa
tujuan itu adalah untuk keadilan, sehingga tidak memperhatikan unsur
keadilan dalam tujuan hukum dengan demikian oleh pendapat Prof.
Bellefroid yang intinya menyatakan bahwa “De Inhoud van hetrecht dient
te worden bepaal onder leiding van twee grounbeginingselen t.w de
rechtvaarheid en de doelmatigheid” yang diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia “isi hukum harus ditentukan menurut dua asas yaitu asas
keadilan dan faedah”12. Teori ini dititikberatkan pada hal yang berfaedah
bagi orang banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan aspek
keadilan.
Teori ini menitikberatkan pada kepastian hukum yang bertujuan
mewujudkan apa yang berfaedah dengan memberikan kebahagiaan bagi
banyak orang. Teori etis dan teori ultitas sangat bertentangan. Teori etis
menitikberatkan keadilan, sedangkan teori ultitas menitikberatkan pada
kepastian hukum.
3. Teori campuran
Dalam teori ini merupakan gabungan dari tujan hukum menurut Teori
Eetis dan Teori Utilitis, jadi dengan demikian tujuan pokok hukum adalah
ketertiban yang menjadi fundamental dan keadilan berdasarkan
perkembangan zaman, hal ini senada dengan pendapat Subekti yang
11
http://yurisdiksilaw.blogspot.com/2016/04/teori-tujuan-hukum.html . Diakses pada 10 november
2020
12
Ibid

11
menyatakan “tujuan hukum adalah mengabdi kepada tujuan negara, yaitu
mendatangkan kemakmuran dan kebahagian rakyatnya, dengan cara
mendatangkan keadilan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat”.13
Seperti dijelaskan bahwa tujuan hukum adalah mengabdi kepada tujuan
negara.  Di dalam negara Indonesia yang menganut hukum positif yang
menjadikan tujuan hukum adalah tujuan negara, dapat ditemukan pada
alinea ke 4 (empat) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan bahwa:“kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan keluarga Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”14

13
ibid
14
ibid

12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Secara umum, hukum adalah peraturan tingkah laku manusia, yang
diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib, yang bersifat me-maksa,
harus dipatuhi, dan memberikan sanksi tegas bagi pelanggar peraturan tersebut
(sanksi itu pasti dan dapat dirasakan nyata bagi yang bersangkutan).
Pembentukan hukum Islam memiliki tujuan untuk merealisasikan
kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya (dharûriyyah),
kebutuhan sekunder (hâjiyyah) serta kebutuhan pelengkap (tahsîniyyat). Dalam
wacana umum, kebutuhan dharûriyyah disebut primer, kebutuhan hâjiyyah
disebut sekunder, dan kebutuhan tahsîniyyah disebut tersier
Tujuan hukum ada macam teori, yaitu teori etis dan teori utilities
(Bentham). Teori etis mengatakan bahwa tujuan hukum ini se-mata-mata hanya
untuk keadilan. Menurut teori ini, isi hukum ha-rus ditentukan oleh kesadaran
etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori ultitas
mengatakan bahwa hakikatnya tujuan hukum itu adalah mencari kebahagian
yang merupaakan kemanfaatan dari hukum itu sendiri.
Teori campuran/pengayoman merupakan gabungan dari tujan hukum
menurut Teori Eetis dan Teori Utilitis, jadi dengan demikian tujuan pokok
hukum adalah ketertiban yang menjadi fundamental dan keadilan berdasarkan
perkembangan zaman
Dengan berbagai peran hukum, maka hukum memiliki fungsi: “me-
nertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menye-lesaikan
masalah-masalah yang timbul”.

13
DAFTAR PUSTAKA
Rohidin. Pengantar Hukum Islam dari ujung semenanjung Arabia hingga
Indonesia . Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books. 2016

Warjiyati, Sri. memahami dasar ilmu hukum . Jakarta: Prenadamedia Group,


2018

Sudarsono. Pengantar Ilmu hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 1995

Mardani. Hukum Islam; Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015

http://yurisdiksilaw.blogspot.com/2016/04/teori-tujuan-hukum.html . Diakses
pada 10 november 2020

14

Anda mungkin juga menyukai