Anda di halaman 1dari 13

KODIFIKASI HUKUM DAN PERKEMBANGAN

Dosen Pengampu : Ibu Dr. Ade Fartini, S.Ag., M.H.

Disusun Oleh :
Fauzan Firdaus
NIM : 201130244

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Kodifikasi Hukum dan Perkembangan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen pada mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum program studi Hukum
Ekonomi Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Kodifikasi Hukum dan Perkembangan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ade Fartini, S.Ag., M.H.
selaku Dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum program studi
Hukum Ekonomi Syariah yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan cukup baik.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima
serta saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banten, 18 November 2020

Penulis

2
Abstract

Codification of law is legal bookkeeping in a set of laws in the same


material. The purpose of codification of law is to achieve a legal entity and legal
certainty. The first national codification is the French Civil Code or Code
Napoleon. In the early 18th century, Napoleon ordered and enacted the French
Law as a National Law.

The development of Indonesian law is the hope of creating a law that is


harmonious and balanced for all aspects of life. The history of the development of
Indonesian law has shown that both unification and codification are very difficult
to apply in Indonesia because of the complexity of Indonesian society. In addition,
legal pluralism prevails in Indonesia, so that comprehensive unification is difficult
to do, while codification can only be done partially.

Abstrak

Kodifikasi hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu himpunan


Undang-Undang dalam materi yang sama. Tujuan daripada kodifikasi hukum
adalah agar dapat suatu kesatuan hukum dan suatu kepastian hukum. Kodifikasi
nasional yang pertama adalah Code Civil Perancis atau Code Napoleon. Pada awal
abad ke 18, Napoleon memerintahkan dan mengundangkan Undang-Undang
Perancis sebagai Undang-Undang Nasional.

Perkembangan hukum Indonesia merupakan pengharapan terciptanya


hukum yang selaras dan seimbang bagi segala aspek kehidupan. Sejarah
perkembangan hokum Indonesia telah memperlihatkan unifikasi maupun
kodifikasi sangat sulit diterapkan di Indonesia karena kompleksnya masyarakat
Indonesia. Selain itu, pluralism hukum berlaku di Indonesia, sehingga unifikasi
menyeluruh sulit dilakukan, sedangkan kodifikasi hanya dapat dilakukan secara
parsial.

3
JUDUL....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
ABSTRAK..............................................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................8
A. Teori Kodifikasi Hukum...............................................................................8
B. Sejarah Tumbuhnya Kodifikasi Hukum.......................................................8
C. Perkembangan Kodifikasi Hukum................................................................9
D. Unsur-unsur Kodifikasi Hukum...................................................................10
E. Tujuan Kodifikasi Hukum............................................................................10
F. Contoh-contoh Kodifikasi Hukum...............................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................................12


A. Kesimpulan...................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kodifikasi Hukum adalah proses pengumpulan hukum-hukum di wilayah


tertentu untuk menghasilkan sebuah kitab undang-undang. Kodifikasi merupakan
ciri khas negara-negara dengan sistem hukum sipil. Di dalam system hukum,
kodifikasi merupakan proses pengubahan hukum yang ditetapkan oleh hakim
menjadi hukum tertulis. Garis politik hukum nasional menghendaki terbentuknya
kodifikasi pada tiap-tiap bidang hukum yang sesuai dengan kesadaran hukum
masyarakat. Kodifikasi termasuk dalam penggolongan jenis hukum tertentu
berdasarkan asas-asas tertentu ke dalam buku undang-undang yang baku.

Kodifikasi memiliki sejarah yang panjang dan selalu menjadi topik utama
dalam perdebatan akademik. Merujuk pada sejarah konsep kodifikasi, Jeremy
Bentham (1748-1832) adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah
kodifikasi dalam bahasa inggris “Codification”. Cikal bakal istilah kodifikasi
maupun perkembangannya ini malah baru dimulai pada abad ke 182 meskipun
kodifikasi yang secara etimologi berasal dari bahasa latin codex yang artinya kitab
bisa kita lacak sejak jaman Babilonia melalui Code Hamurabi 1750 SM yang
mendapatkan pengaruh dari Sumerian dan Akkadian.

Hampir semua ahli hukum sepakat bahwa Code of Napeoleon 1804


merupakan produk kodifikasi hukum yang memiliki pengaruh kuat, khususnya
pada negara-negara yang menganut sistem hukum civil law. Bahkan dalam
perkembangannya kodifikasi selalu dihubungkan dengan negara yang menganut
sistem hukum Civil Law. Meskipun kodifikasi dianggap merupakan ciri khas dari
negara yang menganut sistem Civil Law, dalam perkembangannya kodifikasi telah
diadopsi juga oleh negara yang menggunakan sistem Common Law. Sehingga
kodifikasi tidak lagi dapat diidentifikasikan sebagai sebuah bagian dari sistem
hukum suatu negara melainkan harus dilihat sebagaicara merumuskan dan
memberlakukan peraturan perundang-undangan yang mempunyai tujuan.

5
B. Rumusan Masalah

Perkembangan hukum Indonesia merupakan pengharapan menciptakan


hukum yang menjiwai bangsa. Sebagai Negara yang sedang berkembang, maka
sistem hukum Indonesia masih terus mengalami perubahan mencari suatu sistem
hukum yang tepat untuk diterapkan. Banyaknya pemikiran yang beragam untuk
mengarahkan hukum Indonesia menuju suatu sistem yang bisa mendukung
semangat bangsa. Aneka ragam bentuk hukum yang terdapat di Indonesia
menyebabkan banyak terjadinya konflik hukum yang berkembang baik antara
hukum yang tertulis maupun hukum tidak tertulis.

Sebagai Negara hukum, Indonesia merupakan Negara yang kaya akan


budaya termasuk di dalamnya budaya hukum yang plural dan majemuk, tapi
pluralisme hukum yang ada dalam sejarah hukum Indonesia menyebabkan
beberapa hal, yaitu antara lain :
a. Sulitnya mencari kepastian hukum karena kemajemukan yang berbeda
tersebut mengakibatkan hukum di Indonesia menjadi beragam dan
sulit diatur.
b. Persatuan dan kesatuan bangsa menjadi pertaruhan yang cukup
menyulitkan dalam menyamakan persepsi masyarakat tentang suatu
hal karena sifat kedaerahan yang masih cukup kuat.
c. Penyelesaian konflik menjadi bagian yang teramat rumit untuk
diselesaikan karena banyak kepentingan dan sistem hukum yang
berkembang, sehingga seringkali diselesaikan dengan cara kekerasan.
d. Otonomi daerah menyebabkan perpecahan karena membentuk opini
tentang putra daerah dan putra pendatang sehingga memunculkan
diskriminasi.
e. Sifat kedaerahan sangat menyulitkan menciptakan sistem hukum yang
berjiwa kebangsaan.

6
C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari pembahasan Kodifikasi Hukum dan Perkembangan


adalah antara lain sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian dari Kodifikasi Hukum
2. Mengetahui perkembangan dalam ranah Kodifikasi Hukum
3. Mengetahui hukum yang telah dikodifikasikan dan yang belum
dikodifikasikan
4. Mengetahui unsur-unsur dari Kodifikasi Hukum
5. Mengetahui tujuan dari Kodifikasi Hukum
6. Mengetahui macam-macam teori Kodifikasi Hukum
7. Mengetahui sejarah tumbuhnya Kodifikasi Hukum

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Kodifikasi Hukum

Menurut teori, ada 2 macam kodifikasi hukum, antara lain yaitu.

1. Kodifikasi Terbuka
adalah kodifikasi yang membuka diri terhadap terdapatnya tambahan-
tambahan diluar induk kodifikasi. Sebagai induk permasalahan yang dapat
dimasukkan ke dalam suatu buku kumpulan peraturan yang sistematis, juga
diluar kumpulan peraturan tersebut isinya menyangkut permasalahan-
permasalahan dalam peraturan tersebut. Hal ini dilakukan berdasarkan atas
kehendak perkembangan hukum itu sendiri. Hukum semestinya dibiarkan
berkembang menurut kebutuhan masyarakat dan hukum tidak lagi disebut
sebagai penghambat kemajuan masyarakat, tetapi hukum disini diartikan
sebagai peraturan yang berifat mutlak.

2. Kodifikasi Tertutup
adalah semua hal yang menyangkut permasalahan dimasukkan ke
dalam kodifikasi atau buku kumpulan peraturan. Dahulu kodifikasi tertutup
masih bisa dilaksanakan bahkan tentang bidang suatu hukum yang lengkap
dan dampaknya perubahan kehendak masyarakat mengenai suatu bidang
hukum terbilang cukup lambat.

B. Sejarah Tumbuhnya Kodifikasi Hukum

Ketika pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1942, akibat kalah berperang
dengan pemerintah Jepang, terpaksa meninggalkan wilayah Indonesia, maka
system hukum yang ditinggalkan di Indonesia masih merupakan hukum yang
beraneka warna (pluralisme hukum). Keanekaragaman hukum dan pengadilan,
mengakibatkan perlunya pengaturan yang membantu hakim dan pejabat
administrasi pemerintah (birokrasi) eksekutif untuk menentukan hukum mana yang
berlaku.

Sejarah kodifikasi hukum pidana di Indonesia dimulai padatahun 1866 saat


mulai dikenal adanya kodifikasi sebagai pembukuan dari semua peraturan hukum
pidana. Kodifikasi hukum pidana tersebut didahului dengan berlakunya hukum
pidana tertulis pertama kali pada zaman pemerintahan Belanda melalui
Bataviasche Statuten tahun 1642 dengan beberapa pembaruannya dan Interimaire
8
Strafbepalingen tahun 1848 yang kemudian menjadi hapus setelah berlakunya
kodifikasi hukum pidana.

Dengan melihat adanya pembagian hukum pidana diatas, maka konsekuensi


logis dari pembagian tersebut adalah lahirnya dualisme pemberlakuan hukum
pidana, yakni satu terhadap golongan eropa dan bagi golongan penduduk asli
Nusantara untuk yang lainnya. Keadaan ini berlangsung hingga tahun 1915.

Untuk mengatasi tidak adanya kepastian hukum dan kesatuan hukum di


negara Perancis maka Napoleon memerintahkan kepada portalis untuk menyusun
Rancangan Undang-Undang dengan mengambil hukum kebiasaan yang berlaku di
Perancis. Setelah disetujui, Rancangan Undang-Undang tersebut yang terdiri dari
2000 pasal disahkan dan diundangkan sebagai Undang-Undang Nasional Perancis.
Sebelum adanya kodifikasi atau hukum nasional yang berlaku adalah hukum adat.
Menurut V. Vollenhoven, di Indonesia terdapat 19 macam masyarakat hukum adat,
sehingga bagi keseluruhan wilayahnya tidak ada kesatuan dan kepastian hukum.
Maka demi untuk adanya kesatuan dan kepastian hukum, Indonesia
memerlukan hukum yang bersifat nasional, yang berlaku sama bagi seluruh warga
Negara Republik Indonesia.

C. Perkembangan Kodifikasi Hukum

Dengan adanya Code Civil atau code Napoleon, timbullah anggapan


bahwa :
a. Seluruh permasalahan hukum sudah tertampung dalam suatu Undang-
Undang Nasional.
b. Di luar Undang-Undang tidak ada hukum.
c. Hakim hanya melaksanakan Undang-Undang yang berlaku di seluruh
negara.

Anggapan tersebut merupakan aliran yang dinamakan aliran legisme/wettelijk


positivisme atau positivisme perundang-undangan yang berpedoman di luar
Undang-Undang tidak ada hukum. Ahli pikir Montesquieu dan J.J.Rousseau
mendukung aliran legisme ini.

9
Menurut Montesquieu, dengan Trias Politikanya memusatkan Pemerintahan
dalam 3 kekuasaan. Dengan sistem separation of power (pemisahan kekuasaan)
tersebut, ia berpendapat bahwa di luar Undang-Undang tidak ada hukum. Dengan
tidak adanya hukum di luar Undang-Undang satu-satunya sumber hukum adalah
Undang-Undang dan hakim hanya merupakan mulut dari pada Undang-Undang.
Banyak negara yang mengambil ajaran tersebut secara penuh atau sebagian
meskipun ada yang menolaknya.

Dalam perkembangannya lebih lanjut Perancis juga membentuk Code du


Commerce dan Code Penal. Para ahli sebelumnya mengatakan bahwa asas undang-
undang hukum nasionalnya sudah lengkap, semua permasalahan hukum terjawab
dalam Undang-Undang Nasionalnya dan hakim dalam memutuskan perkara cukup
menetapkan keputusannya berdasarkan Undang-Undang yang ada atau hakim
berfungsi sebagai subsumtieautomaat atau terompet belaka.

Perkembangan hukum Indonesia merupakan pengharapan terciptanya hukum


yang selaras dan seimbang bagi segala aspek kehidupan. Sejarah perkembangan
hukum Indonesia telah memperlihatkan bahwa kodifikasi sangat sulit diterapkan di
Indonesia karena kompleksnya masyarakat Indonesia. Selain itu, pluralisme hukum
berlaku di Indonesia, sehingga kodifikasi secara menyeluruh sulit untuk dilakukan,
selain itu, kodifikasi hanya dapat dilakukan secara parsial.

D. Unsur-Unsur Kodifikasi Hukum

Di dalam sebuah Kodifikasi Hukum terdapat beberapa unsur-unsur


Kodifikasi, antara lain adalah sebagi berikut.
1. Jenis-jenis hukum tertentu (misalnya hukum perdata)
2. Sistematis
3. Lengkap

E. Tujuan Kodifikasi Hukum

Adapun tujuan Kodifikasi Hukum dari suatu hukum tertulis adalah untuk
memperoleh antara lain.
1. Kepastian hukum
2. Penyederhanaan hukum
3. Kesatuan hukum

10
F. Contoh-Contoh Kodifikasi Hukum

Terdapat beberapa contoh-contoh dari Kodifikasi Hukum yang berlaku di


Eropa dan terdapat pula Kodifikasi Hukum yang berlaku di Indonesia. Contoh-
contoh Kodifikasi Hukum tersebut adalah antara lain sebagi berikut.

Di Eropa
1. Corpus Iuris Civilis, mengenai hukum perdata yang diusahakan oleh
Kaisar Justinianus dari kerajaan Romawi timur pada tahun 527-565.
2. Code Civil, mengenai hukum perdata yang diusahakan oleh Kaisar
Napoleon di Prancis dalam tahun 1604.

Di Indonesia
1. Kitab Undang-undang Hukum Sipil (1 Mei 1848).
2. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (1 Mei 1848).
3. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (1 Januari 1918).
4. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (31 Desember 1981).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kodifikasi Hukum adalah proses pengumpulan hukum-hukum di wilayah


tertentu untuk menghasilkan sebuah kitab undang-undang. Kodifikasi merupakan
ciri khas negara-negara dengan sistem hukum sipil. Perkembangan hukum
Indonesia merupakan pengharapan terciptanya hukum yang selaras dan seimbang
bagi segala aspek kehidupan. Sejarah perkembangan hukum Indonesia telah
memperlihatkan bahwa kodifikasi sangat sulit diterapkan di Indonesia karena
kompleksnya masyarakat Indonesia. Selain itu, pluralisme hukum berlaku di
Indonesia, sehingga kodifikasi secara menyeluruh sulit untuk dilakukan, selain itu,
kodifikasi hanya dapat dilakukan secara parsial. Maka demi untuk adanya kesatuan
dan kepastian hukum, Indonesia memerlukan hukum yang bersifat nasional, yang
berlaku sama bagi seluruh warga Negara Republik Indonesia.

B. Saran

Demikian makalah yang tealah saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian. Apabila terdapat saran dan kritik yang ingin disampaikan,
dimohon dan dipersilahkan untuk disampaikan kepada saya. Dengan senang hati,
saya akan menerima saran dan kritik positif dari pembaca demi kemajuan saya
pribadi.

Dan apabila terdapat kesalahan baik itu dari penulisan dan sebagainya,
mohon untuk dapat dimaafkan dan memakluminya. Karena pada dasarnya kami
adalah manusia yang tak luput dari kesalahan. Dengan demikian saya ucapkan
terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Butew. 2017. “Pengertian Kodifikasi Hukum”,


https://butew.com/2017/12/13/pengertian-kodifikasi-hukum/,
diakses pada 18 November 2020 pukul 07:33.

Saifudien. 2009. “Politik Hukum Kodifikasi di Indonesia”,


http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/politik-hukum-kodifikasi-di-
indonesia.html,
diakses pada 18 November 2020 pukul 07:56.

Caw, Tumus. 2013. “Kodifikasi Hukum dan Perkembangannya”,


http://caw-tumus.blogspot.com/2013/11/kodifikasi-hukum-dan-
perkembangannya.html#:~:text=Kodifikasi%20hukum%20adalah%20pembukuan
%20hukum,Civil%20Perancis%20atau%20Code%20Napoleon,
diakses pada 18 November 2020 pukul 08:23.

Media Neliti. 2015. “Perkembangan Hukum Indonesia”,


https://media.neliti.com/media/publications/29392-ID-perkembangan-hukum-
indonesia-dalam-menciptakan-unifikasi-dan-kodifikasi-hukum.pdf,
diakses pada 18 November 2020 pukul 08:45

Edukasi PPKn. 2016. “Unsur dan Tujuan Kodifikasi Hukum”,


https://www.edukasippkn.com/2016/06/unsur-unsur-dan-tujuan-kodifikasi-
hukum.html,
diakses pada 18 November 2020 pukul 09:39

Fakhri Ali Arrozi. 2017. “Perkembangan Kodifikasi”,


http://fakhrialiarrozi07.blogspot.com/2017/02/perkembangan-kodifikasi.html,
diakses pada 18 November 2020 pukul 10:12

ICJR. 2015. “Melihat Rencana Kodifikasi dalam RKUHP”,


http://icjr.or.id/wp-content/uploads/2015/12/Melihat-Rencana-Kodifikasi-dalam-R-
KUHP.pdf,
diakses pada 18 November 2020 pukul 11:35

13

Anda mungkin juga menyukai