Anda di halaman 1dari 18

SUMBER-SUMBER HUKUM FORMIL DI INDONESIA

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pengatar Ilmu Hukum pada Program
Studi Hukum Tata Negara (HTN) 5

OLEH:
RANA SAFITRI
NIM. 01184146

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE


2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Watampone, Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii   
BAB I PENDAHULUAN   1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN  3  
A. Sumber-sumber Formil di Indonesia 3
B. Perbedaan Perpu, Ketetapan MPR, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden Dan Peraturan Daerah dan sipa yang dapat
membuat/mengubahnya. 10
C. Mekanismenya. 12
BAB III PENUTUP  15
A. Simpulan 15
B. Saran 16
DAFTAR RUJUKAN 17 

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Indonesia ialah Negara hukum,dengan itu Indonesia memiliki kekuatan
untuk mengendalikan tindakan masyarakat mencapai nilai-nilai yang positif.
Hukum di Indonesia mengatur banyak aspek kehidupan,mulai dari sosial,
politik, ekonomi, budaya maupun agama. Namun keberadaan hukum
ditengah-tengah masyarakat makin lama makin tak menunjukkan ketegasan
serta mulai diabaikan oleh masyarakat. Dengan bermaksud ingin mengetahui
lebih lanjut mengenai hukum ,tentu harus mengetahui sebagian aspek yang
dikaji didalam ilmu hukum,salah satunya adalah sumber hukum. Realisasi
yang kami wujudkan adalah dengan pembuatan makalah mengenai sumber
hukum. Timbul pertanyaan besar,kenapa kita perlu mengetahui sumber
hukum? Jawabannya adalah merupakan sesuatu yang melandasi atau sebagian
hal yang melatar belakangi penyusunan makalah ini yaitu supaya kita
mengetahui asal muasal hukum yang kita jadikan acuan dan pedoman hidup
agar kita tidak hanya tahu dan menjalankannya saja tanpa pengetahuan
mengapa hal itu bisa ada sehingga itu bisa menjadi sebuah aturan yang
mengikat.1
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum yang melatar
belakangi atau yang menjadi tujuan utama penulis dalam menyusun makalah
ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai sumber hukum yang
selama ini menjadi tolak ukur kita dalam bertindak dan bertingkah laku
sehingga dapat mngetahui arti tentang hukum dan penerapan hukum itu
sendiri untuk kini dan di masa depan. Harapan kami semoga makalah tentang
sumber hukum ini dapat menjadi pedoman untuk mempelajari ilmu hukum
lebih lanjut.

1
Djamali, Abdoel R. Pengantar Ilmu Hukum. (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2010), h. 22

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Sumber-sumber Formil di Indonesia?
2. Apa Perbedaan Perpu, Ketetapan MPR, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden Dan Peraturan Daerah dan sipa yang dapat
membuat/mengubahnya?
3. Bagaimana Mekanismenya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sumber-sumber Formil di Indonesia
2. Untuk mengetahui Perbedaan Perpu, Ketetapan MPR, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden Dan Peraturan Daerah dan sipa yang
dapat membuat/mengubahnya.
3. Untuk mengetahui Mekanismenya.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Sumber Hukum Formil di Indonesia


Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu
yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum
formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar
ditaati oleh masyarakat maupun oleh para penegak hukum atau di sebut
juga causa efficient. Termasuk dalam sumber hukum formal ialah:2
1. Undang – undang
Undang – undang ialah peraturan negara yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang berwenang dan mengikat masyarakat. Undang-
undang dibedakan menjadi dua yaitu undang-undang dalam arti materiil
dan undang-undang dalam arti formal. Undang-undang dalam arti materiil
adalah setiap peraturan perundang-undangan yang isinya mengikat
langsung masyarakat secara umum. Undang-undang dalam arti formal
adalah setiap peraturan perundangan yang dibentuk oleh alat perlengkapan
negara yang berwenang melalui tata cara dan prosedur yang berlaku.
Undang –undang dalam arti formal pada hakekatnya adalah keputusan alat
perlengkapan negara yang karena cara pembentukannya di sebut undang-
undang. Di indonesia undang-undang dalam arti formal dibentuk oleh
Presiden dengan persetujuan DPR ( pasal 5 ayat 1 UUD ‘ 45 ).
Adapun Asas berlakunya undang – undang :
a. Undang-undang tidak berlaku surut
b. Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan undang-undang
terdahulu,sejauh undang-undang itu mengatur objek yang sama.  ( lex
posterior derogat legipriori )
c. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi
mempunyai derajat yang lebih tinggi,sehingga apabila ada dua macam
undang-undang yang tidak sederajat mengatur obyek yang sama dan

2
Tutik, Titik Triwulan. Pengantar Ilmu Hukum. (Cet. I; Jakarta. Prestasi Pustakaraya.
2006), h. 10

3
saling bertentangan,maka hakim harus menerapkan ubdang-undang
yang lebih tinggi dan menyatakan undang-undang yang lebih rendah
tidak mengikat   ( lex superior derogat legiinferiori )
d. Undang-undang yang khusus mengesampingkan undang-undang yang
bersifat umum, maka jika ada dua macam ketentuan dari peraturan
perundanganyang setingkat dan berlaku pada waktu bersamaan serta
saling bertentangan hakim harus menetapkan yang khusus dan
mengesampingkan yang umum ( lex specialis derogat legi generali )
e. Undang-undang tidak dapat ganggu gugat . undang –undang tidak
berlaku apabila :
1) Jangka waktu undang-undang itu sudah habis.
2) Hal-hak atau objek yang di atur oleh undang-undang itu sudah
tidak ada.
3) Undang-undang itu dicabut oleh pembentuknya atau oleh instansi
yang lebih tinggi.
4) Telah di keluarkan undang-undang yang baru yang isinya
bertentangan dengan isi undang-undang terdahulu.       
Menurut TAP MPRS NO.XX/MPRS/1966 telah ditetapkan tata
urutan atau hirarki Perundangan yaitu sebagai berikut :
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU/PERPU
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan Menteri/Instruksi Menteri
7. Peraturan pelaksanaan lainnya.
2. Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang
dilakukan berulang-ulang. Kebiasaan yang diterima oleh suatu
masyarakat ,selalu dilakukan oleh orang lain sedemikian rupa, sehingga
masyarakat beranggapan bahwa memang harus berlaku demikian.Namun

4
demikian tidak semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yang baik
dan adil. Oleh sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti
menjadi sumber hukum formal. Ada kebiasaan tertentu di daerah hukum
adat tertentu yang justru sekarang ini dilarang untuk diberlakukan karena
dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan sahingga bertentangan
dengan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum.3
Misalnya kebiasaan Mengayau pada suku Dayak.Untuk timbulnya hukum
kebiasaan diperlukan beberapa syarat tertentu yaitu :
a. Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan berulang-ulang didalam
masyarakat tertentu.
b. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan.
Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama
ada dan merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral,mengatur tata
kehidupan masyarakat tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di
masyarakat tertentu dan dapat menjadi hukum adat,jika mendapat
dukungan sanksi hukum.
3. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah keputusan pengadilan atau keputusan hakim
yang terdahulu. Mengapa yurisprudensi menjadi sumber hukum formal.
Menurut ketentuan pasal 22 AB jo.pasal 14 UU No.14/1970 bahwa
seorang hakim tidak boleh menolak jika diminta memutuskan
perkara,dengan alasan karena belum ada aturan hukumnya,tetapi justru dia
diminta untuk menemukan hukumnya melalui peradilan. Apabila hakim
menolak permintaan itu dikenakan sanksi pidana. Meskipun pada dasarnya
hakim tidak terikat oleh yurisprudensi, tetapi bila ia menghadapi kasus
demikian hakim akan menggunakan yurisprudensi sebagai dasar
pertimbangan keputusannya. Bahkan tidak mustahil jika hakim itu akan
mengikuti keputusan hakim terdahulu manakala keputusan itu dianggap
sudah tepat dan adil , sedang kasus yang diperiksanya sama atau hampir
sama.

3
Soeroso.R. Pengantar Ilmu Hukum. (Cet. I; Jakarta. Sinar Grafika. 2014), h. 17

5
Ada dua macam yurisprudensi yaitu :
a. Yurisprudensi tetap, ialah keputusan hakim yang terjadi karena
rangkaian keputusan serupa dan dijadikan dasar atau patokan untuk
memutuskan suatu perkara ( standard arresten )
b. Yurisprudensi tidak tetap , ialah keputusan hakim terdahulu yang
bukan standard arresten.Yurisprudensi dikatakan sebagai sumber
hukum formal karena menjadi standar bagi hakim untuk memutuskan
parkara yang di periksanya
4. Traktat ( Perjanjian antar Negara )
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih.
Perjanjian antar negara sebagai sumber hukum formal harus memenuhi
syarat formal tertentu. Untuk perjanjian antar negara yang biasa dilakukan
oleh pemerintah Indonesia , dalam hal ini Presiden dengan dasar hukum
pasal 11 UUD 1945.
Traktat atau perjanjian antar negara sebelum disahkan oleh
Presiden harus mendapat persetujuan DPR terlebih dahulu. Dengan kata
lain suatu Traktat untuk dapat menjadi sumber hukum formal harus
disetujui oleh DPR lebih dulu kemudian baru diratifikasi oleh Presiden dan
setelah itu baru berlaku mengikat terhadap negara peserta dan warga
negaranya.
Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah traktat yang
mengandung materi seperti berikut :
a. Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat mempengaruhi haluan
politik luar negeri misalnya perjanjian persekutuan , perjanjian tentang
perubahan wilayah.
b. Ikatan-ikatan yang dapat mempengaruhi haluan politik luar negeri
seperti perjanjian kerja sama ekonomi , pinjaman uang.
c. Soal-soal yang menurut UUD dan sistem perundang-undangan kita
harus diatur dengan bentuk undang-undang misalnya tentang kewarga
negaraan soal kehakiman.

6
Ada beberapa bentuk Traktat yaitu :4
a. Traktat bilateral , yaitu perjanjian antar negara yang diikuti oleh dua
negara.
b. Trakatat multilateral , adalah perjanjian antar negara yang pesertanya
lebih dari dua negara.
c. Traktat kolektif , ialah traktat multilateral yang masih memungkinkan
masuknya negara lain menjadi peserta asal negara itu menyetujui isi
perjanjian yang sudah ada.
Prosedur pembuatan Traktat adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama penetapan isi perjanjian oleh para wakil negara peserta
yang bersangkutan.
b. Tahap ke dua persetujuan isi perjanjian oleh badab perwakilan rakyat
negara peserta masing-masing.
c. Tahap ke tiga pengesahan isi perjanjian oleh pemerintah masing-
masing negara peserta.
d. Tahap ke empat tukar menukar piagam perjanjian yang sudah di
sahkan.
5. Perjanjian
Perjanjian ( overeenkomst ) adalah suatu peristiwa dimana dua
orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan
perbuatan tertentu.Para pihak yang telah saling sepakat mengenai hal-hal
yang diperjanjikan berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakannya.
Perjanjian menimbulkan hubungan hukum yang di sebut perikatan
(verbintenis ). Salah satu pihak yang ingkar janji akan mendapat resiko
untuk di gugat oleh pihak yang dirugikan. Perjanjian adalah sah bila
memenuhi syarat-syarat tertentu (ps.1320 KUH Perdata)  yaitu :
a. Orang yang mengadakan perjanjian harus cakap artinya mampu
membuat perjanjian ( orang harus dewasa ,tidak sakit ingatan )
b. Ada kata sepakat atau persesuaian kehendak antara para pihak yang
bersangkutan.

4
Said Umar.S. Pengantar Hukum Indonesia. (Cet. I; Jakarta. Sinar Grafika. 2015), h. 29

7
c. Mengenai objek tertentu.
d. Dasar yang halal atau kausa.
Perjanjian mengandung beberapa unsur :
a. Unsur Essentialia adalah unsur yang merupakan syarat untuk sahnya
perjanjian.
b. Unsur yang melekat pada perjanjian atau unsur naturalia
c. Unsur accidentalia adalah unsur yang harus secara tegas dimuat dalam
perjanjian,misalnya mengenai tempat tinggal yang dipilih.
Disamping unsur-unsur ada juga asas-asas perjanjian. Asas-asas
yang ada dalam perjanjian ialah :5
a. Asas konsensualisme, adalah perjanjian itu telah terjadi apabila telah
ada konsensus antara pihak-pihak yang mengadakan pejanjian.
b. Asas kebebasan berkontrak,artinya seseorang bebas untuk mengadakan
perjanjian,bebas mengenai apa yang diperjanjikan,bebas pula
menentukan bentuk perjanjiannya.
c. Asas pacta sunt servanda,maksudnya bila perjanjian itu telah
disepakati berlaku mengikat para pihak yang bersangkutan,sebagai
undang-undang.
6. Doktrin
Doktrin adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar
pengaruhnya terhadap hakim dalam mengambil keputusannya. Seringkali
terjadi hakim dalam memutuskan perkara yang diperiksannya menyebut
pendapat sarjana hukum tertentu sebagai dasar pertimbangannya. Dengan
demikian maha dapat dikatakan bahwa hakim menemukan
hukumnyadalam doktrin itu. Doktrin yang demikian adalah sumber hukum
formal.
Doktrin yang belum digunakan hakim dalam mempertimbangkan
keputusannya belum merupakan sumber hukum formal. Jadi suatu doktrin

5
Asyhadie, Zaeni dan Rahman Arief. Pengantar Ilmu Hukum. (Cet. I; Jakarta. Rajawali
Pers. 2013), h. 72

8
untuk dapat menjadi sumber hukum formal harus memenuhi syarat
tertentu yaitu doktrin itu telah menjelma menjadi keputusan hakim.
Doktrin sebagai sumber hukum formal tampak jelas pada hukum
internasional karena dalam ketentuan pasal 38 ayat 1 Mahkamah
Internasional secara tegas dikatakan bahwa Doktrin atau pendapat para
sarjana hukum terkemuka sebagai salah satu sumber hukum formal.
Secara lengkap sumber hukum formal internasional adalah:
a. Perjanjian internasional
b. Kebiasaan internasional
c. Asas-asas hukum yang di akui oleh bangsa-bangsa beradab
d. Keputusan hakim
e. Pendapat para sarjana hukum terkemuka.
Secara tegas L.J. Van Apeldoorn menyatakan bahwa
yurisprudensi,perjanjian dan doktrin bukan sumber hukum formal tetapi
ketiganya merupakan faktor-faktor pembantu dalam pembentukan hukum.
Hal tersebut bertentangan dengan pendapat Bellefroid ,karena ia secara
tegas pula mengatakan bahwa yurisprudensi,perjanjian dan doktrin adalah
sumber hukum formal.

B. Perbedaan Perpu, Ketetapan MPR, Peraturan Pemerintah, Keputusan


Presiden Dan Peraturan Daerah
Lembaga negara yang berwenang dalam pembuatan peraturan
perundang-undangan di atas yaitu sebagai berikut :6
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
merupakan tata urutan peraturan perundang-undangan yang kedudukannya
paling tinggi yang di buat oleh MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat),
UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dan sebagai konstitusi
pemerintahan Negara Republik Indonesia saat ini. Berdasarkan sejarah
bahwa, UUD 1945 disahkan sebagai Undang-undang Dasar Negara oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di

6
Marzuki, Peter Mahmud. Pengantar Ilmu Hukum .(Cet. I; Jakarta. Kencana. 2009), h. 10

9
Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di
Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh
DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali
perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.
a. Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan
Pertama UUD 1945.
b. Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan
Kedua UUD 1945.
c. Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan
Ketiga UUD 1945.
d. Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan
Keempat UUD 1945.
2. TAP MPR atau Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, merupakan
tata urutan peraturan perundang-undangan setelah UUD 1945, TAP MPR
dibuat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Berdasarkan sumber
yang saya baca bahwa Pada masa sebelum Perubahan (Amandemen) UUD
1945, Ketetapan MPR merupakan Peraturan Perundangan yang secara
hierarki berada di bawah UUD 1945 dan di atas Undang-Undang. Pada
masa awal reformasi, ketetapan MPR tidak lagi termasuk urutan hierarki
Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Namun pada tahun 2011,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Tap MPR kembali
menjadi Peraturan Perundangan yang secara hierarki berada di bawah
UUD 1945.
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (atau disingkat Perpu) adalah
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal
ikhwal kegentingan yang memaksa. Materi muatan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang adalah sama dengan materi muatan Undang-

10
Undang. Perpu ditandatangani oleh Presiden. Setelah diundangkan, Perpu
harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut, dalam bentuk
pengajuan RUU tentang Penetapan Perpu Menjadi Undang-Undang.
Pembahasan RUU tentang penetapan Perpu menjadi Undang-Undang
dilaksanakan melalui mekanisme yang sama dengan pembahasan RUU.
DPR hanya dapat menerima atau menolak Perpu. Jika Perpu ditolak DPR,
maka Perpu tersebut tidak berlaku, dan Presiden mengajukan RUU tentang
Pencabutan Perpu tersebut, yang dapat pula mengatur segala akibat dari
penolakan tersebut.
4. Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah adalah Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan
Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya. Peraturan Pemerintah ditandatangani oleh
Presiden.
5. Peraturan Presiden, Peraturan Presiden disingkat Perpres adalah
Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden. Materi muatan
Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang,
materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk
melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. Perpres
merupakan jenis Peraturan Perundang-undangan yang baru di Indonesia,
yakni sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.
6. Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Kepala Daerah (gubernur).
Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi berisi materi muatan dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta
menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota,
yang berlaku di kabupaten/kota tersebut. dibentuk oleh DPRD

11
Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota. Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota tidak subordinat terhadap Peraturan Daerah
Provinsi. Materi muatan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran
lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

C. Mekanisme
1. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR
mengenai sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan
perundang-undangan Republik Indonesia.
Urutannya yaitu :7
a. UUD 1945;
b. Ketetapan MPR;
c. UU;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Keputusan Presiden;
f. Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi
Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
2. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Undang-Undang.
Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-
undangan RI yaitu :
a. UUD 1945;
b. Tap MPR;
c. UU;
d. Peraturan pemerintah pengganti UU;
e. PP;
f. Keppres;

7
Sudarsono. Pengantar Ilmu Hukum. (Cet. I; Jakarta. Rineka Cipta. 1991), h. 18

12
g. Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. UU/Perppu;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah.
Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai
berikut :
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan MPR;
c. UU/Perppu;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah Provinsi;
f. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
2. Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang
MPR, yang terdiri dari 2 (dua) macam yaitu : Ketetapan yaitu putusan
MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis, Keputusan yaitu
putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal
ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan : Perppu diajukan ke
DPR dalam persidangan berikut; 
4. Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya.
5. Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
6. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan
persetujuan Gubernur.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

14
DAFTAR PUSTAKA

Djamali, Abdoel R. 2010. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Tutik, Titik Triwulan.2006. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Prestasi Pustakaraya.

Soeroso.R. 2014. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika.

Said Umar.S. 2015. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika

Asyhadie, Zaeni dan Rahman Arief. 2013. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta.
Rajawali Pers.

Marzuki, Peter Mahmud.2009. Pengantar Ilmu Hukum.Jakarta. Kencana.

Sudarsono. 1991. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Rineka Cipta.

15

Anda mungkin juga menyukai