PERIHAL KAIDAH
Disusun oleh :
NAMA : MIRANTI WULANDARI
NIM : 1111190051
KELAS 1 A
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “PERIHAL KAIDAH”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah PENGANTAR ILMU HUKUM. Dalam
makalah ini mengulas tentang pengertian dan macam macam kaidah.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala
kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, kebudayaan
manusia mengalami perkembangan pula. Termasuk perkembangan Hukum.
Peradaban yang semakin berkembang membuat kehidupan manusia sangat
membutuhkan aturan yang dapat membatasi prilaku manusia sendiri yang
telah banyak menyimpang seiring dengan perkembangan pemikiran manusia
yang semakin maju.
turan atau hukum tersebut mengalami perubahan dan terus mengalami
perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan zaman. Untuk itu, suatu
negara hukum sangat perlu mengadakan pembangunan terutama di bidang
hukum. Mengenai pembangunan hukum ini tidaklah mudah dilakukan. Hal
ini disebabkan pembangunan hukum tersebut tidak boleh bertentangan
dengan tertib hukum yang lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hukum?
2. Bagaimana ilmu hukum sebagai ilmu kaidah?
3. Bagaimana kaidah hukum abstrak dan kaidah hukum konkret?
4. Apa saja yang termasuk dari isi, sifat dari kaidah hukum?
5. Bagaimana perumusan kaidah hukum?
6. Apa tugas dari kaidah hukum?
7. Bagaimana esensi kaidah hukum?
8. Apa tanda dan wujud dari kaidah hukum?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar kita semua dapat mengetahui
dan memahami bagaimana pengertian ilmu hukum tentang ilmu pendekatan,
kaidah, dan pengertian, sehingga kita dapat mengambil kesimpulan juga
menerapkan ilmunya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ARTI HUKUM
Arti hukum dapat ditujukan pada cara-cara untuk merealisasikan hukum
tersebut dan juga pada pengertian yang diberikan oleh masyarakat. Pengertian
yang diberikan oleh masyarakat yaitu :
1. Hukum sebagai Ilmu Pengetahuan
2. Hukum sebagai Disiplin
3. Hukum sebagai Kaidah
4. Hukum sebagai Tata Hukum
5. Hukum sebagai Petugas (hukum)
6. Hukum sebagai Keputusan Penguasa
7. Hukum sebagai Proses Pemerintahan
8. Hukum sebagai Perikelakuan yang ajeg atau sikap tindak yang teratur
9. Hukum sebagai jalinan nilai nilai
Arti hukum pada penguasa biasanya menekankan pada ketertiban, yaitu
karena hukum diartikannya sebagai tata hukum. Tetapi pihak-pihak tertentu
yang telah mendapatkan pendidikan (hukum) dinegara-negara Anglo Saxon
akan menekankan hukum sebagai proses, oleh karena hukum terutama
dilihatnya sebagai rangkaian keputusan-keputusan penguasa (Hakim).
B. DISIPLIN HUKUM
Hukum dalam arti disiplin hukum yaitu melihat hukum sebagai gejala dan
kenyataan yang ada ditengah masyarakat. Secara umum disiplin hukum hanya
menyangkut ilmu hukum, politik hukum, dan filsafat hukum.
Ilmu hukum adalah ilmu tentang kaidah atau normwissenchaft atau
sollenwissenchaft, yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah, atau
sistim kaidah dengan dogmatic hukum dan sistematik hokum
Politik hukum, mencakup kegiatan mencari dan memilih nilai-nilai dan
menerapkan nilai-nilai tersebut bagi hukum dalam mencapai tujuannya
2
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, misalnya
penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, dan antara
kelanggengan dan pembaruan
3
beranggapan bahwa kaidah datangnya dari manusia itu sendiri, yaitu melalui
pikiran dan perasaannya sendiri. Ditinjau dari kenyataan kehidupan, maka
sumbernya adalah hasrat untuk hidup pantas (sayogya; “behoorlijk”). Artinya,
diberi patokan atau pedoman, agar banyaknya pandangan-pandangan dan cara-
cara tersebut tidak menyebabkan hidup ini mwnjadi tidak pantas atau menjadi
tidak sayogya. Patokan-patokan itulah yang tadi disebut sebagai kaidah atau
norma (“norm”) atau standard. Secara umum, hidup mempunyai beberapa
aspek, yaitu:
1. Hidup Pribadi
2. Hidup antar pribadi ( “Transpersonal” atau “Interpersonal”)
Dalam masing-masing aspek terdapat pembedaan dalam 2 macam kaidah,
yakni :
1. Yang termasuk golongan aspek pribadi meliputi :
Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau
kehidupan beriman (“Devout Life”).
Kaidah kesusilaan (“sitttlichkeit” atau moral/etika dalam arti
sempit)yang tertuju pada kebaikan hidup pribadi atau kebersihan hati
nuranidan akhlak.
2. Yang termasuk golongan aspek hidup antar-pribadi meliputi :
Kaidah sopan santun (“sitte”) maksudnya adalah untuk kenyamanan
hidup bersama (“Pleasant Living Together”).
Kaidah hukum yang tertuju pada kedamaian hidup bersama (“Peaceful
Living Together”).
Perbedaan antara kaidah hidup pribadi dengan kaidah hidup antar-pribadi
adalah :
1. Kaidah hidup pribadi tujuannya adalah untuk kesayogyaan diri sendiri.
2. Sedangkan kaidah hidup antar pribadi gunanya adalah untuk kepentingan
diri sendiri dan kepentingan bersama.
4
E. MACAM-MACAM KAIDAH.
1. Kaidah Kepercayaan.
Kaidah kepercayaan termasuk tata kaidah dalam salah satu aspek hidup
pribadi manusia, yang tujuannya hanya untuk menguasai atau mengatur
kehidupan pribadi didalam mempercayai atau meyakini kekuasaan gaib,
Tuhan Yang Maha Esa, Dewa-Dewa, dan lain sebagainya. Dengan kata lain
kaidah tersebut hanya untuk kehidupan beriman. Kaidah fundamentil atau
“Grundnorm” kehidupan beriman dapat dirumuskan sebagai berikut, misal :
“Manusia harus yakin dan mengabdi kepada keuasaan Tuhan Yang Maha Esa”
Kaidah fundamentil tersebut bersifat universal dan menjadi dasar dari setiap
kehidupan beriman, dinyatakan atau tidak secara eksplisit. Akan tetapi yang
dapat berbeda adalah konkretisasi dari kaidah fundamentil tersebut menurut
agama masing-masing.
Apabila diambil contoh dari agama Islam yang mengenai, arkanal iman,
arkanal islam atau kaidah-kaidah ibadat (sikap tindak dalam mengabdi kepada
Allah) dan dibedakan dari kaidah mu’amalat (sikap tindak antar pribadi).
Arkanal Iman meliputi 6 hal, yaitu :
1. Mengakui adanya Allah
2. Mengakui Rasul-rasul Allah
3. Mengakui kebenaran kitab suci
4. Mengakui adanya Hari Kiamat
5. Mengakui adanya Malaikat
6. Mengakui adanya qada/qadar
Selain Arkanal Iman, juga dikenal Arkanal Islam yang terdiri dari :
1. Kewajiban mengucap syahadat
2. Kewajiban melakukan shalat
3. Kewajiban menjalankan puasa
4. Kewajiban memberi zakat
5. Kewajian naik haji
5
Pada intinya kaidah kepercayaan adalah suatu aturan yang datangnya dari
Tuhan yang berisikan kewajiban yang harus dilakukan oleh
manusia/penganutnya, larangan yang tidak boleh dilakukan yang apabila
dilanggar akan mendapatkan sanksi dari tuhan.
Secara rinci dapat dikemukakan bahwa :
Kaidah kepercayaan ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada
Tuhan dan kepada dirinya sendiri
Sumber atau asal kaidah ini adalah ajaran agama yang oleh
pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan
Kaidah kepercayaan tidak ditujukan kepada sikap lahiriah manusia,
tetapi lebih condong kepada sikap batiniah
Kaidah kepercayaan hanya membebani manusia dengan kewajiban
Tuhan yang mengancam pelanggaran kaidah kepercayaan dengan
suatu sanksi
6
fundamentil yang menjadi dasar bagi kaidah tersebut dapat dikemukakan suatu
pandangan tentang perikelakuan atau sikap tindak bahwa seseorang harus baik
akhlaknya.
Uraian rinci tentang kaidah kesusilaan adalah sebagai berikut :
Kaidah kesusilaan ditujukan kepada manusia agar terbentuk kebaikan
akhlak pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia
melakukan perbuatan jahat
Sumbernya adalah manusia itu sendiri sehinggan kaidah ini disebut
kaidah yang bersifat otonom
Tidak ditujukan pada sikap lahiriah manusia, tetapi lebih condong
kepada sikap batiniah
7
Kaidah ini ditujukan kepada sikap lahir yang konkret demi ketertiban
masyarakat
Kaidah sopan santun hanya membebani manusia dengan kewajiban
Kekuasaan masyarakat secara tidak resmi diberikan untuk mengancam
dengan sanksi apabila kaidah sopan santun dilanggar
4. KAIDAH HUKUM
Kaidah hukum tertuju kepada kedamaian hidup antar pribadi atau seperti
yang dikatakan Van Apeldoorn “Het recht wil de vrede” . sehubungan dengan
itu, maka seringkali dikatakan bahwa penegak hukum tujuan dan
kewajibannya adalah menegakkan dan memelihara kedamaian atau “to
preserve peace”.
Kedamaian adalah suatu keadaan sebagai pengertian mencakup dua hal,
yaitu ketertiban atau keamanan dan ketentramanatau ketenangan (“rust”).
Ketertiban menunjuk pada hubungan atau komunikasi zahiriah, jadi melihat
pada proses interaksi para pribadi dalam kelompok. Ketentraman atau
ketenangan menunjuk pada keadaan batiniyah, jadi melihat pada kehidupan
batiniyah (“internal life”) masing masing pribadi dalam kelompok.
Mengenai Grundnorm yang fundamentil dan abadi, yaitu kaidah pokok
atau dasar yang boleh dikatakan menjadi inti (“kern”) dari setiap tata kaidah
yang aktuil dan temporal. Secara teoritis “Grundnorm” tersebut dapat
menimbulkan kesimpulan, bahwa kalau suatu tata kaidah hukum tidak lagi
menjamin kedamaian hidup bersama, maka tidak seharusnya marsyarakat
bersikap sesuai dengan tata kaidah hukum tersebut. Sedangkan kaeda aktuil
tidak selalu identik dengan pasal-pasal, undang-undang. Suatu kaidah aktuil
memberikan patokan tentang sikap tindak, sedangkan suatu pasal undang-
undang tidak selalu memuat patokan prilaku, misalnya pasal-pasal yang
merumuskan suatu definisi atau yang isinya bersifat penjelasan belaka.
Rincian kaidah hukum yaitu sebagai berikut :
Kaidah hukum hanya ditujukan kepada sikap lahir, konkret, nyata dari
manusia
8
Kaidah hukum ditujukan kepada pelaku yang konkret, yaitu si pelaku
pelanggaran yang nyata berbuat, bukan untuk penyempurnaan
masyarakat tetapi untuk kepentingan masyarakat
Masyarakat secara resmi diberikan kekuasaan untuk memberikan
sanksi atau menjatuhkan hukuman melalui pengadilan sebagai
wakilnya
Kaidah hukum membebani kewajiban kepada manusia namun juga
memberikan hak
9
1. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun
keatas
2. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara
saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang
dengan saudara neneknya
3. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak
tiri
4. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara
susuan, dan bibi/paman susuan
5. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan
dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari satu
6. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang
berlaku dilarang kawin
10
kaidah hukum fakultatif masih diperbolehkan untuk berperikelakuan atau
bersikap tindak diluar pedoman atau patokan tersebut, yang bukan merupakan
pengecualian ataupun pelanggaran. Biasanya untuk kaidah hukum imperatif
dipergunakan istilah hukum memaksa (“dwingend-recht”), sedangkan untuk
kaidah hukum fakultatif dipakai istilah hukum mengatur atau hukum
menambah (“regelend-recht”, “aanvullend-recht”).
11
H. KAIDAH HUKUM ABSTRAK DAN KONKRET
Kaidah hukum abstrak adalah kaidah hukum yang melihat pada perbuatan
seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti tidak konkret. Kaidah hukum
abstrak ini merumuskan suatu perbuatan itu secara abstrak. Sedangkan, kaidah
hukum konkret adalah suatu kaidah hukum yang melihat perbuatan seseorang
itu lebih nyata (konkret).
Dari sifat-sifat kaidah hukum umum-individual dan kaidah hukum yang
abstrak-konkret, terdapat empat paduan kombinasi kaidah tersebut, yaitu:
Kaidah hukum umum-abstrak.
Adalah suatu kaidah hukum yang ditujukan untuk umum dan
perbuatannya masih bersifat abstrak. Dapat dirumuskan sebgai berikut:
- Setiap warga negara dilarang mencuri
- Setiap orang dilarang membunuh sesamanya
Kaidah hukum umum-konkret.
Adalah suatu Kaidah hukum yang ditujukan untuk umum dan
perbuatannya sudah tertentu.
Kaidah hukum individual-abstrak.
Adalah kaidah hukum yang ditujukan untuk seseorang atau orang
tertentu dan perbuatannya bersifat abstrak (belum konkret).
Norma hukum individual-konkret.
Adalah norma hukum yang ditujukan untuk seseorang atau orang
tertentu dan perbuatannya bersifat konkret.
12
dengan rumusan-rumusan tersebut selanjutnya dapat dijadikan pedoman
bersama.
Perumusan kaidah hukum dapat digolongkan ke dalam dua pandangan
yakni:
a. Pandangan hipotetis atau bersyarat, (“hypothetical judment”')
Suatu kaidah hukum digolongkan ke dalam pandangan hipotetis
bilamana perumusan kaidah tersebut menunjuk adanya hubungan antara
suatu kondisi tertentu dengan konsekuensi tertentu. Berbagai ketentuan
dalam undang-undang pidana menunjukkan adanya hubungan tersebut.
Sebagai contoh dapat dibaca bunyi pasal-pasal, dalam KUHP, misalnya :
Pasal 362.
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah”.
b. Pandangan katagoris (“catagorical judment”).
Dari berbagai pasal undang-undang dapat ditemukan adanya pasal-
pasal yang tidak menunjukkan hubungan kondisi dan konsekuensi. Pasal-
pasal seperti itu termasuk dalam pandangan kategoris contohnya seperti :
Pasal 10 KUHP, Pidana terdiri dari :
a. Pidana pokok.
- Pidana mati
- Pidana penjara
- Pidana kurungan
- Pidana denda
b. Pidana Tambahan.
- Pencabutan hak-hak tertentu
- Perampasan barang-barang tertentu
- Pengumuman putusan hakim.
Pasal 3 ayat(1) Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
13
“Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai
seorang suami”.
J. ESSENSIALIA KAIDAH HUKUM
Esensialia kaidah hukum adalah membatasi atau mematoki bukan
memaksa, sebab hukum itu sendiri dapat dilanggar dan tidak dapat melakukan
paksaan. Yang mengadakan paksaan itu adalah diri sendiri (karena adanya
kesadaran hukum) dan orang lain (petugas hukum).
Tidak ada kaidah hukum yang memaksa. Melainkan kaidah hukum
tersebut dapat menimbulkan adanya paksaan, dengan kata lain sifat memaksa
bukan esensil dari kaidah hukum.
14
Tentang sifat penyataan kaidah hukum, ada 2 yaitu:
Berwujud :
a. Bahan-bahan resmi tertulis ( Per-UU-an, vonis, akta/surat otentik,dsb)
b. Rambu-rambu lalu lintas
c. Benda-benda
d. Kebiasaan ( kebiasaan memberi tip)
Tidak berwujud :
a. Bunyi suara
b. Hikmat kata-kata
c. Perintah-perintah lisan
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat dikatakan, bahwa ilmu hukum adalah suatu
pengetahuan yang obyeknya adalah hukum dan yang khusus mengajarkan
perihal hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya. Ilmu hukum sebagai
ilmu kaidah, ilmu hukum sebagai ilmu pengertian dan ilmu hukum sebagai
ilmu kenyataan.
Ilmu hukum sebagai ilmu kaidah yang di dalamnya mencakup kaidah
sosial, kaidah kesopanan, kaidah agama, dan kaidah hukum. Ilmu hukum
sebagai ilmu kenyataan yang di dalamnya mencakup antropologi hukum,
sosiologi hukum, psikologi hukum, sejarah hukum, dan perbandingan hukum.
Sedangkan ilmu hukum sebagai ilmu pengertian yang di dalamnya
mencakup subyek hukum, obyek hukum, peristiwa hukum, hubungan hukum,
perbuatan hukum atau bukan perbuatan hukum dan akibat hukum, dan yang
terakhir adalah masyarakat hukum.
B. SARAN
Pada dasarnya manusia itu membutuhkan peraturan hidup dan ingin ditata
antara satu dengan yang lain supaya tidak ada perselisihan serta agar
kehidupannya menjadi aman, tentram dan damai. Dan manusia kalau bersifat
individualistis maka malah akan menimbulkan perselisihan selamanya, oleh
karena itu kita harus menyesuaikan diri supaya tidak terjadi pertikaian sesama
dalam masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17