Anda di halaman 1dari 2

nHukum sebagai Gejala Sosial maksudnya hukum itu terikat berlakunya di

masyarakat. Pada masyarakat yang satu, hukumnya tidak selalu sama dengan
masyarakat yang lain.
Sebagai gejala sosial, hukum menjadi suatu aspek dari kebudayaan 4#. Seperti
halnya dengan agama, kesusilaan, adat istiadat dan kebiasaan, yang masing-
masing menjadi anasir-anasir kebudayaan kita.

Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan peraturan atau kaedah


dalam kehidupan bersama; keseluruhan tentang tingkah laku yang berlaku
dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan Suatu sanksi.

Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya, contoh : UU PMA terhadap gejala
ekonomi, UU Pemilu dan Partai Politik terhadap gejala politik, UU Hak Cipta tahun 1982
terhadap gejala budaza, UU Perguruan Tinggi terhadap gejala pendidikan.

Sebagai gejala masyarakat, hukum itu adalah gejala sosial. Jadi, agar ada hukum, maka harus
ada masyarakat terlebih dahulu. Jika tidak ada masyarakat, maka tidak akan ada hukum.
Dalam kenyataan konkret, hukum itu menyangkut berbagai macam, bersegi banyak dan
beraneka warna, maka tidak mungkin membuat satu definisi yang meliputi segala segi
hukum.

1. Hukum sebagai Gejala Sosial

Dari kelahiran sampai kematiannya, manusia hidup bersama orang lain di dalam masyarakat.
filsuf Yunani menyebut manusia sebagai zoon politicon (makhluk yang bergaul). Masing-
masing anggota masyarakat itu memiliki kepentingan yang didasarkan pada kebutuhan dan
status sosialnya. Perbedaan kepentingan tersebut dapat menimbulkan pertentangan dan
kekacauan (chaos). Oleh karena itu perlu ada hukum supaya perdamaian dan tata tertib bisa
ada.

Sebagai gejala sosial, hukum berfungsi memberikan jaminan bagi individu bahwa
kepentingannya diperhatikan oleh setiap orang lain. Misalnya, pada pasal-pasal 1474 dan 15
13 KUH-Perdata. Ketentuan pertama memberi jaminan bagi pembeli bahwa barang yang
dibeli harus diserahkan kepadanya.

2. Hukum sebagai Segi Kebudayaan

S ebagai gejala sosial, hukum menjadi aspek dari kebudayaan, seperti halnya agama,
kesusilaan, adat-istiadat dan kebiasaan yang masing-masing menjadi anasir-anasir
kebudayaan kita. Sebagai anasir kebudayaan maka hukum juga memperlihatkan sifat dan
corak kebudayaan yang bersangkutan.

3. Hukum sebagai kaidah (norma)


Sebagai kaidah (norma), hukum dapat dirumuskan sebagai himpunan petunjuk hidup berupa
perintah dan larangan yang mengatur peraturan ketertiban dalam sesuatu masyarakat dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat tersebut, dan jika melanggar petunjuk hidup
tersebut dapat menimbulkan tindakan, berupa sanksi dari pemerintah atau penguasa
masyarakat.

Tampaklah apa yang menjadi tanda adanya hukum, yakni perintah dan larangan di mana
setiap orang wajib mematuhinya. Jika semua orang mematuhinya, maka tata tertib
masyarakat dapat terpelihara dengan baik. Hukum berisikan berbagai macam petunjuk yang
mengatur cara orang berhubungan dengan orang lain.
Hukum merupakan suatu himpunan kaidah atau peraturan yang berisikan berbagai macam
persoalan tetapi merupakan kesatuan pula. Misalnya: tidak boleh mencuru barang miliki
orang lain ada di dalam pasal-pasal 362 KUHP dan ada pula di dalam norma agama dan
kesusilaan.

Namun, tidak semua orang bisa menaati kaidah-kaidah tersebut. Agar sesuai petunjuk hidup
ditaati, maka harus diperkuat dengan anasir yang memaksa, yakni penegak hukum. Kaidah
adalah petunjuk hidup yang memaksa. Dengan demikian, hukum merupakan kaidah yang
memaksa orang berkelakuan seperti yang dianggap patut oleh masyarakat atau sebagian besar
anggota masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai