PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG Menurut pasal 55 KUHP terdapat 4 kategori pelaku dalam tindakan penyertaan yaitu : 1. Orang yang melakukan (pleger) 2. Orang yang menyuruh melakukan (doenpleger) 3. Orang yang turut melakukan (mededader) 4. Orang yang sengaja membujuk (uitlokker). CONTOH KASUS PIDANA A adalah seorang pembantu rumah tangga yang bekerja dirumah B. A mempunyai dendam kepada B. A berencana untuk mencuri rumah majikannya sendiri. Karena itu A meminta C untuk bersama sama dengan A, untuk mencuri di rumah B. Dalam menjalankan aksinya A meminta bantuan D (satpam) untuk mengangkut barang yang akan dicuri oleh C. Kemudian D mengajak E untuk membawa mobil untuk mempermudah pengangkutan barang barang yang akan dicuri tersebut. Di malam hari dengan sengaja A tidak mengunci pintu belakang rumah B dengan maksud untuk mempermudah C masuk kerumah B. Di dalam rumah B, C mengambil sejumlah uang tunai, telepon selular, laptop, dan Televisi LCD. Setelah mengambil barang curian tersebut C membawa keluar barang curian terseut yang sudah ditunggu oleh D di depan rumah, kemudian C dan D bersama sama mengangkut barang barang curian tersebut dan membawanya ke E yang sudah menunggu tidak jauh dari rumah B yang sudah siap dengan mobilnya. Akhirnya C, D, dan E berhasil dan meninggalkan lokasi tersebut dan memindahkan barang curian tersebut ke tempat lain.
1. Orang yang Melakukan (Pleger) Mereka yang termasuk golongan ini adalah pelaku tindak pidana yang melakukan perbuatannya sendiri, baik dengan memakai alat maupun tidak memakai alat. Dengan kata lain, pleger adalah mereka yang memenuhi seluruh unsur yang ada dalam suatu perumusan karakteristik delik pidana dalam setiap pasal. Dalam hal ini C adalah orang yang melakukan (pleger) tindak pidana pencurian.
2. Menyuruh Melakukan (doen plegen) Di dalam suatu doen plegen itu, terdapat seseorang yang menyuruh orang lain melakukan suatu tindak pidana yang biasa disebut sebagai manus domina (tangan yang menguasai), dan seseorang lainnya yang disuruh melakukan tindak pidana yang disebut sebagai manus ministra (tangan yang dikuasai). Dalam hal ini A adalah pihak (Manus Domina) yaitu tangan yang menguasai meminta C (Manus Ministra) yaitu tangan yang dikuasai untuk bersama sama dengan A, untuk mencuri di rumah B.
3. Turut Melakukan (mede plegen) Menurut KUHP (Chazawi,2002:96) yang dimaksud dengan turut serta melakukan adalah setiap orang yang sengaja berbuat (meedoet) dalam melakukan suatu tindak pidana. Pada mulanya yang disebut dengan turut berbuat itu ialah bahwa masing- masing peserta telah melakukan perbuatan yang sama-sama memenuhi semua rumusan tindak pidana yang bersangkutan. Dalam hal ini D merupakan pihak yang turut serta melakukan tindak pidana dikarenakan D bertugas mengangkut barang barang curian tersebut.
3. Membujuk atau Menggerakkan Orang Lain (uitlokker) Van Hammel telah merumuskan uitlokking itu sebagai suatu bentuk deelneming atau keturutsertaan (Lamintang, 1997:634) berupa :Kesengajaan menggerakkan orang lain yang dapat dipertanggungjawabkan pada dirinya sendiri untuk melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan cara-cara yang telah ditentukan oleh undang-undang karena telah tergerak, orang tersebut kemudian telah dengan sengaja melakukan tindak pidana yang bersangkutan. Dalam hal ini D merupakan pihak yang menggerakan E untuk menunggu dan membawa mobil untuk mempermudah aksi pencurian tersebut.