Anda di halaman 1dari 14

Tindak Pidana Khusus

Perbedaan Pasal 339 dan Pasal 365 KUHP Beserta Contoh




Oleh
Kristina Rasnawua Fau 110110120218
Andiani Apriliani 110110120222
Yosua Triando 110110120223


Di bawah bimbingan:
Dr. Sigid Suseno, S.H., M.H.
Wanodyo Sulistyani, S.H., M.H



Fakultas Hukum
Universitas Padjajaran
Tahun ajaran 2014/2015



Contoh Kasus dari Pasal 339 KUHP
Kasus Posisi :
Berawal ketika terdakwa AMRAN DG. MANGANGKA Alias ANGKA Bin DG.
PATUNRU pada hari Senin tanggal 26 Agustus 2013 sekitar jam 03.00 Wita, keluar dari
rumahnya sambil membawa sebilah parang hendak menuju ke empang untuk memompa air di
dalam empang, namun ditengah perjalanan menuju empang, terdakwa teringat akan tubuh
korban, Pr. Sitti Hadijah yang menurutnya seksi. Selanjutnya terdakwa menuju ke rumah Pr. Sitti
Hadijah. Setibanya di rumah korban, terdakwa lalu membuka tali pintu pagar halaman depan,
rumah korban setelah itu terdakwa langsung masuk berjalan ke halaman dan setibanya disamping
jendela rumah korban, terdakwa langsung memanjat jendela rumah korban dan masuk kedalam
rumah korban dan langsung menuju kamar korban, setibanya tiba dikamar korban, terdakwa
langsung menyenter tubuh korban dengan Handphonenya dan meletakan parang yang dibawanya
di samping tubuh korban. Terdakwa kemudian memegang kedua tangan korban dan hendak
memerkosa korban, namun korban sadar, tetapi terdakwa tetap memerkosa korban meski korban
meronta-ronta. Pada saat itu korban tetap berteriak dan hendak berteriak tetapi terdakwa berkata
kepada korban janganko berteriak, kalau berteriakko saya bunuhko itu korban pun menjawab
bunuhmi saja saya sekalian. Terdakwa emosi mendengarnya dan langsung mengambil parang
yang diletakkan di samping tubuh korban lalu terdakwa mengarahkan parangnya tersebut ke
leher korban, namun korban berusaha memegang dan menahan parang terdakwa, terdakwa
langsung menggorok leher korban beberapa kali dengan parang yang dipegang tangan kanan
terdakwa sementara tangan kiri terdakwa memegang dan menahan kepala korban sampai leher
korban terpotong dan menyemburkan darah kemana-mana, dan setelah korban tidak bergerak
maka terdakwa menarik parangnya dari leher korban, setelah itu terdakwa meletakkan parangnya
di dekat kepala korban. Lalu terdakwa langsung kabur melarikan diri dari rumah tersebut.

Analisis kasus :
Atas perbuatan terdakwa, ia dihukum oleh Pengadilan Negeri dengan hukuman penjara
berdasarkan Pasal 339 KUHP.
Pasal 339 KUHP berbunyi :
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh sesuatu perbuatan pidana yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiap atau mempermudah pelaksanaanya, atau untuk
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan,
ataupun memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam
dengan pidana penjara seumur hidup atau paling lama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.
Unsur-unsur Pasal 339 KUHP :
1. Barangsiapa
Yang dimaksud dengan unsur Barang Siapa adalah setiap subjek hukum baik orang
(natuurlijke persoon) dan atau badan Hukum (rechtpersoon) yang melakukan tindakan
yang bersifat melawan Hukum. Terdakwa dalam kasus ini, yaitu Amran DG. Mangangka
alias Angka Bin DG. Patunru. Ia dianggap mampu untuk bertanggungjawab atas
perbuatannya karena ia tidak memenuhi kriteria orang yang tidak mampu
bertanggungjawab seperti yang ada dalam pasal 44 KUHP.

2. Melakukan pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana
yang dilakukan dengan maksud untuk melepas diri maupun dalam hal tertangkap tangan.
Dalam kasus ini terdakwa memenuhi unsur dari Pasal 339 KUHP yaitu, melakukan
pembunuhan yang didahului oleh suatu tindak pidana dan dilakukan dengan maksud
dalam hal tertangkap tangan untuk menghindarkan diri sendiri dari tangkapan aparat
kepolisian.
Dalam kasus ini, sebelum melakukan pembunuhan, pelaku memperkosa korban.
Sehingga terdakwa memenuhi unsur dalam pasal 339 KUHP ini yaitu pembunuhan
didahului oleh pemerkosaan (Pasal 285 KUHP). Ada hubungan antara kedua tindak
pidana tersebut, hal ini terlihat ketika terdakwa mengancam akan membunuh korban
apabila terus berteriak, namun karena korban melawan ucapan terdakwa, terdakwa
menjadi emosi sehingga korban dibunuh. Sehingga disini terlihat bahwa ada niat dari
terdakwa yang ingin membunuh korban karena berteriak akibat diperkosa oleh terdakwa.


Contoh Kasus dari Pasal 365 KUHP
PUTUSAN NO. 546/PID.B/2009/PN.Blt
Kasus Posisi :
Kasus ini berawal ketika UNTUNG BIN TARJONO dan terdakwa SOLIKIN BIN
MUSIRIN bersama-sama dengan saudara Hendrik, Supri Al. Gentho, Mayong, David (dalam
perkara tersendiri) dan Santoso (DPO) pada hari Rabu tanggal 3 Juni 2009 sekira jam 00.30
WIB setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Juni tahun 2009 telah mengambil
sesuatu barang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hak, yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman terhadap orang
Hari Selasa tanggal 2 Juni 2009 sekira jam 14.00 WIB terdakwa Untung Bin Tarjono
membuka SMS dari saudara Hendrik di HP miliknya, yang mengabarkan rencana melakukan
pencurian dengan kekerasan akan tetapi sasarannya belum dikatahui sehingga menyuruh
terdakwa Untung Bin Tarjono agar segera ke tempat isterinya saudara Supriyanto al. Gentho di
dusun Tawang, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar sehingga terdakwa
Untung Bin Tarjono menuruti perintah saudara Hendrik dan tiba di tempat tersebut sekitar jam
19.00 WIB yang saat itu diketahui oleh terdakwa Untung Bin Tarjono, sudah ada saudara
Supriyanto, Hendrik, terdakwa Solikin Bin Musirin dan saudara Santoso yang sudah
menunggunya dengan peralatan lakban warna hitam satu gulung, tali dari kawat bendrat enam
utas dengan panjang sekitar 40 cm, linggis dengan panjang sekira 40 cm, 4 (empat) buah berang
atau pedang dengan panjang sekira rata-rata 50 cm dan satu bilah clurit Fit yang sudah siap di
dalam tas dari kain parasit berukuran besar warna kuning dan hitam yang sudah dipersiapkan
oleh saudara Supriyanto serta dua buah kendaraan dengan jenis Yamaha Vega dan Honda Supra.
Sekitar jam 19.30 WIB saudara Mayong mendatangi rumah saudara Supriyanto untuk
menjemput saudara Untung Bin Tarjono berangkat ke rumah saudara David yang berada di
wilayah Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar yang pada saat berangkatnya saudara Supriyanto
membonceng terdakwa Solikin Bin Musirin dan terdakwa Untung Bin Tarjono mengendarai
sepeda Supra Fit warna hitam No.Pol. AG 4142 MR dan membawa tas berisi semua peralatan
diatas, sedangkan saudara Mayong membonceng saudara Hendrik dan Santoso dengan
mengendarai sepeda motor Yamaha Vega No.Pol. AG 4293 KB dan setelah sampai di tempat
saudara David kemudian saudara David membonceng saudara Supriyanto dan terdakwa Solikin
Bin Musirin dengan membawa tas berisi peralatan tersebut untuk diantarkan ke tempat
perkebunan yang merupakan tempat berkumpul dan setelah itu saudara David kembali
menjemput saudara Hendrik ke rumahnya saudara David sendiri yang itu berangkat bersama-
sama saudara Mayong yang membonceng terdakwa Untung Bin Tarjono dan saudara Santoso
untuk menyusul ke tempat perkebunan dan setelah sampai di perkebunan untuk saudara Mayong
dan saudara David selanjutnya pulang, sehingga terdakwa Untung Bin Tarjono bersama dengan
saudara Supriyanto, terdakwa Solikin Bin Musirin, saudara Hendrik dan Santoso di perkebunan
tersebut untuk menunggu malam sesuai perintah dan rencana dari saudara Supriyanto dan setelah
menunggu sekitar 2 jam yaitu sekitar jam 24.00 WIB, mereka berjalan ke sasaran dengan tas
berisi peralatan yang dibawa oleh terdakwa Solikin, dan setelah berada di belakang ayam milik
korban H. Ichwanto tepatnya di perkebunan kopi, mereka beristirahat untuk mengatur strategi
dan keadaan sekitarnya yang saat itu yang melakukan pengamatan situasi sekitar rumah korban
adalah saudara Hendrik dan sekira jam 02.00 WIB, ketika saudara Hendrik menyatakan situasi
sudah sepi dan aman untuk melakukan rencana, maka mereka segera berangkat menuju ke arah
timur dari rumah korban yang selanjutnya mereka langsung memanjat dinding pagar ayam
setinggi 2 meter satu persatu dan setelah masuk kandang halaman belakang kemudian mencari
pintu rumah di bagian belakang dan mencongkelnya dengan menggunakan linggis bersamaan
didorong secara bersama-sama dengan pelan dan setelah pintu terbuka selanjutnya mereka
masuk ruang secara bersamaan dengan tujuan mencari korban yang saat itu menemukan korba
H. Ichwanto bersama isterinya yaitu saksi Hj.Nur Hidayati tidur seranjang di ruang tengah yang
terbangun ketika mereka masuk sehingga langsung melumpuhkan korban, dimana saudara
Supriyanto langsung mengancam dengan menodongkan pedangnya agar korban H. Ichwanto dan
isterinya tidak menjerit, selanjutnya membungkam isteri korban H. Ichwanto dengan
menggunakan lakban yang ditempelkan atau dibalutkan ke mulut isteri korban H. Ichwanto
sehingga tiga kali putaran dan juga mengikat tangan isteri korban H. Ichwanto pada saat diatas
ranjang dengan menggunakan kawat bendrat sedangkan terdakwa Untung Bin Tarjono langsung
membungkam mulut korban H. Ichwanto dengan menggunakan lakban dengan cara membalut
mulut ke belakang kepalanya sehingga 2 kali putaran dan terdakwa Solikin Bin Musirin
mengikat kedua kaki korban H. Ichwanto untuk kedua kalinya dimana yang mengikat kaki
korban H. Ichwanto pertama kali adalah saudara Hendrik dengan posisi tubuh korban H.
Ichwanto tengkurap, kepalanya ditutup bantal dan terdakwa Untung Bin Tarjono juga mengikat
kedua kaki isterinya yaitu saksi Hj. Nur Hidayati menggunakan kawat bendrat pada saat itu
masih diatas ranjang. Selanjutnya saudara Hendrik melepas kawat bendrat yang mengikat kaki
dan tangan isteri korban H. Ichwanto yaitu saksi Hj. Nur Hidayati dan menyuruh bangun dari
atas ranjang yang selanjutnya menodongkan clurit di leher saksi Hj. Nur Hidayati untuk
menunjukkan barang-barang berharga, selanjutnya saksi Hj. Nur Hidayati langsung berjalan
menuju almari kamar depan dan mengambil barang dalam almari berupa: perhiasan emas
sebanyak 20 (dua puluh) gram dengan perincian sebuah gelang emas seberat 10 gram dan
sebuah cincin emas seberat 10 gram yang diberikan kepada saudara Supriyanto, kunci kontak
mobil dan BPKB sepeda motor RC diberikan kepada saudara Hendrik dan pada saat itu pula
uangnya jatuh sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) kemudian diambil oleh saudara
Hendrik dan barang-barang tersebut langsung dimasukkan ke dalam tas warna coklat milik saksi
Hj. Nur Hiadayati setelah itu saudara Hendrik menuju dapur mengambil rice cooker dan juga
mengambil HP merk Nokia tipe 8250 warna abu-abu hitam, terdakwa Solikin Bin Musirin
mengambil TV berwarna 14 inch merk Panasonic. Setelah menunjukkan barang-barang tersebut,
kemudian saksi Hj. Nur Hidayati dijadikan satu dengan korban H. Ichwanto setelah itu kedua
kakinya diikat dengan menggunakan tali bendrat oleh saudara Solikin Bin Musirin dan terdakwa
Untung Bin Tarjono dan setelah menidurkan kembali diatas ranjang dengan posisi miring seperti
semula. Setelah berhasil mengambil barang tersebut, kemudian saudara Santoso dipanggil oleh
saudara Supriyanto dan masuk lewat pintu garasi, setelah saudara Santoso masuk kemudian
semua barang-barang tersebut dimasukkan ke dalam mobil Katana warna merah No.Pol. AG-
644-RA milik korban H. Ichwanto, setelah keluar rumah bersama-sama dengan naik mobil
Katana hasil kejahatan dan saat itu posisi sebagai pengemudi saudara Santoso, duduk di depan
saudara Hendrik sedangkan yang di belakang adalah terdakwa Solikin Bin Musirin, terdakwa
Untung Bin Tarjono, saudara Supriyanto dan meninggalkan tempat korban H. Ichwanto sekitar
jam 02.30 WIB. Selanjutnya mereka berlima dengan kendaraan milik korban H. Ichwanto serta
barang-barang korban H. Ichwanto dibawa ke tempat kos saudara Santoso yang berada di
daerah Pandaan Pasuruan. Setelah sampai di tempat kos saudara Santoso, terdakwa Untung Bin
Tarjono diberi bagian sebesar Rp. 450.000,- oleh saudara Supriyanto dimana Rp. 100.000,-
untuk membeli HP dan uang lainnya telah habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan HP
tersebut telah dijual kepada saudara Slamet seharga Rp. 75.000.- sedangkan saudara Solikin Bin
Musirin mendapat bagian Rp.350.000,- dan uangnya telah habis untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Bahwa setelah pembagian uang seperti tersebut diatas terdakwa Untung Bin Tarjono
dengan terdakwa Solikin Bin Musirin serta saudara Supriyanto pulang ke Blitar dengan
mengendarai bus yang saat itu terdakwa Untung Bin Tarjono dan saudara Supriyanto turun di
jalan Madura Kota Blitar sedangkan untuk terdakwa Solikin Bin Musirin pulang ke
Tulungagung. Bahwa setelah mendengar H. Ichwanto meninggal dunia selanjutnya saudara
Supriyanto, saudara Hendrik dan saudara Santoso berusaha kabur ke Jogja dengan tujuan ke
rumah saudara Mayong untuk menjual mobil Katana hasil curian dan sebelumnya saudara
Santoso telah merubah plat nomor mobil Katana yang semula No.Pol. AG-644-RA kemudian
menjadi W-1350- FB. Bahwa akibat kejadian tersebut diatas saksi Hj. Nur Hidayati mengalami
kerugian materiil berjumlah sekitar Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) dan telah
mengakibatkan H. Ichwanto meninggal dunia sesuai Surat Keterangan dari Puskesmas Nglegok
Nomor: 445/271/409.104/2009 tanggal 3 Juni 2009 yang dibuat oleh petugas Komisi Sugeng
Edi Ridwan, Amd.Kep yang diketahui oleh Kepala Puskesmas Nglegok dr. Suryo Gunawan.
Analisis :
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana sebagaimana diatur dalam
pasal 365 (2) ke-1, 2, 3 365 ayat (4) KUHP.
Pasal 365 ayat (2) KUHP berbunyi :
Ke-1 : jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
iiiiperkarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam iiiikereta
iapi atau trem yang sedang berjalan
Ke-2 : Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu
Ke-3 : Jika masuknya ketempat melakukan kejahatan, dengan merusak atau
iiiimemanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsa atau
iiiipakaian jabatan palsu

Pasal 365 ayat (4) KUHP berbunyi :
Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu
paling lama 20 tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh
dua orang atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan
dalam no. 1 dan 3.
Unsur-unsur pasal 365 ayat (2), ke-1,2,3 jo pasal 365 ayat (4) adalah sebagai berikut :
1. Barangsiapa;
2. Mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain;
3. Dengan maksud memiliki barang tersebut secara melawan hukum;
4. Yang didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan;
5. Yang dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup;
6. Yang dilakukan oleh dua orang atau lebih;
7. Dilakukan dengan cara membongkar atau memanjat;
8. Yang mengakibatkan orang lain mati ;

Ad. 1. Unsur Barangsiapa.
Yang dimaksud dengan barangsiapa disini adalah untuk menentukan siapa pelaku
tindak pidana sebagai subjek hukum yang telah melakukan tindak pidana tersebut dan
memiliki kemampuan mempertanggung jawabkan perbuatannya itu. Kemampuan
bertanggungjawab didasarkan pada keadaan dan kemampuan jiwa (geestelijkevermorgens), yang
dalam doktrin hukum pidana ditafsirkan sebagai dalam keadaan sadar.
Terdakwa dalam kasus ini, yaitu UNTUNG BIN TARJONO dan terdakwa SOLIKIN
BIN MUSIRIN bersama-sama dengan saudara Hendrik, Supri Al. Gentho, Mayong, David
(dalam perkara tersendiri) dan Santoso (DPO) mereka dianggap mampu untuk
bertanggungjawab atas perbuatannya karena ia tidak memenuhi kriteria orang yang tidak mampu
bertanggungjawab seperti yang ada dalam pasal 44 KUHP.

Ad. 2. Unsur mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain.
Yang dimaksud dengan mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya
milik orang lain adalah dengan sengaja memindahkan dari tempatnya semula suatu
barang tersebut, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang bukan miliknya
dan secara nyata milik orang lain ke tempat lain yang dikuasainya, dengan maksud
untuk dimilikinya ;
Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, bahwa pada hari Rabu
tanggal 3 Juni 2009 sekitar jam 01.00 WIB, para terdakwa telah mengambil barang-barang
berupa : sebuah mobil Katana beserta surat-suratnya, uang Rp. 3.000.000,-, emas 20 gram,
HP, TV dan magic-com, dimana semua barang-barang tersebut adalah milik korban (H.
Ichwanto), yang nyata-nyata bahwa barang-barang tersebut bukanlah milik dari para terdakwa.
Barang-barang tersebut telah dipindahkan dari tempatnya semula, yaitu dari rumah korban (H.
Ichwanto) yang terletak di Dsn. Sumberkecek Ds. Panataran Kec. Nglegok Kab. Blitar, oleh
para terdakwa, ke tempat lain yang dikuasainya, yaitu membawa semua barang-barang
tersebut ke Pasuruan, dengan maksud untuk memiliki barang-barang tersebut.
Menimbang, bahwa dari uraian fakta-fakta tersebut diatas, perbuatan para terdakwa
yang telah mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain,
menurut Majelis Hakim unsur mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya
milik orang lain dalam dakwaan ini telah terpenuhi.
Ad. 3. Unsur dengan maksud memiliki barang tersebut secara melawan hukum.
Yang dimaksud dengan dengan maksud memilki barang tersebut dengan melawan
hukum adalah penguasaan atau kepemilikan suatu barang tersebut, tanpa adanya ijin atau
sepengetahuan dari pemilik barang tersebut ;
Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan perbuatan para terdakwa
yang berniat ingin memiliki barang-barang berupa: sebuah mobil Katana beserta surat-
suratnya, uang Rp. 3.000.000,-, emas 20 gram, HP, TV dan magic-com milik korban (H.
Ichwanto) tersebut adalah tanpa ijin bahkan tanpa sepengetahuan dari korban ;
Menimbang, bahwa dari uraian fakta-fakta tersebut diatas, perbuatan para terdakwa
yang telah menguasai barang-barang milik korban dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, menurut Majelis Hakim unsur dengan maksud memiliki barang tersebut
secara melawan hukum dalam dakwaan ini telah terpenuhi ;
Ad. 4. Unsur yang didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Yang dimaksud dengan yang didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
dalam doktrin hukum pidana dapat diartikan bahwa suatu perbuatan tersebut dapat dikwalisir
sebagai ancaman kekerasan, apabila perbuatan tersebut mempergunakan tenaga atau kekuatan
jasmani yang tidak kecil secara tidah sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan
segala macam senjata, dan disertai dengan kata-kata yang menyebabkan yang terancam dalam
keadaan sedemikian rupa, dimana kebebasannya sangatlah terbatas, sehingga tidak dapat
melakukan perlawanan sedikitpun.
Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan pada hari Rabu tanggal 3
Juni 2009 sekitar jam 01.00 WIB, bertempat di rumah korban di Dsn. Sumberkecek Ds.
Panataran Kec. Nglegok Kab. Blitar, para terdakwa telah menodongkan pedang dan clurit pada
leher korban dan isteri korban, serta telah mengikat tangan dan kaki korban, dan melakban
mulut dan hidung korban, dimaksudkan agar korban dan isteri korban menjadi tidak berdaya,
sehingga para terdakwa dapat dengan mudah dan leluasa mengambil barang-barang milik korban
tersebut, tanpa ada perlawanan sedikitpun dari korban, supaya barang-barang yang diambilnya
tersebut tetap dalam penguasaannya .
Menimbang, bahwa perbuatan para terdakwa yang telah menodongkan pedang dan
clurit pada leher korban dan isteri korban, serta telah mengikat tangan dan kaki korban
dan isteri korban, serta telah melakban mulut dan hidung korban, sehingga korban dan isteri
korban menjadi tidak berdaya dengan maksud untuk mengambil dan menguasai barang-barang
milik korban, menurut Majelis Hakim unsur yang didahului dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan dalam dakwaan ini telah terpenuhi.


Ad.5. Unsur yang dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup.
Yang dimaksud dengan yang dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang
tertutup dalam doktrin hukum pidana dapat diartikan yaitu tempat yang dipergunakan sebagai
kediaman, dimana kediaman tersebut dikelilingi oleh tanda-tanda batas yang kelihatan nyata,
seperti pagar hidup, pagar besi, dsb, yang dapat ditutup rapat, sehingga orang tidak dapat masuk
sama sekali.
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, bahwa rumah korban (H.
Ichwanto) yang terletak di Dsn. Sumberkecek Ds. Panataran Kec. Nglegok Kab. Blitar tersebut
terdapat pekarangan dan pagar tertutup yang mengelilingi rumah tersebut. Untuk meancarkn
aksinya kemudian para terdakwa masuk kedalam rumah melewati pagar di belakang rumah
korban.
Menimbang, bahwa perbuatan para terdakwa yang mengambil barang-barang milik
korban di dalam rumah korban yang terletak di Dsn. Sumberkecek Ds. Panataran Kec.
Nglegok Kab. Blitar, dimana rumah korban yang ada pekarangan dan pagar yang tertutup, maka
menurut Majelis Hakim unsur yang dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang
tertutup di dalam dakwaan ini telah terpenuhi.
Ad. 6. Unsur yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Yang dimaksud dengan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam doktrin
hukum pidana dapat diartikan yaitu pelaku dari tindak pidana tersebut tidak hanya seorang
saja (yang melakukan/plegen), akan tetapi lebih dari seorang yakni orang yang turut serta
melakukan (medeplegen), dimana orang yang melakukan (plegen) dan orang yang turut serta
melakukan (medeplegen) secara bersama-sama melakukan perbuatan pidana tersebut.
Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, bahwa pelaku dari
perampokan pada hari Rabu tanggal 3 Juni 2009 di Dsn. Sumberkecek Ds. Panataran Kec.
Nglegok Kab. Blitar, tepatnya di rumah korban (H. Ichwanto) tersebut adalah Hendriyono,
Supriyanto, Untung, Solikin, Santoso, David dan Abu Mansur ;
Menimbang, bahwa dari uraian fakta-fakta tersebut diatas, telah secara nyata bahwa
pelaku dari perampokan tersebut tidak hanya satu orang saja, akan tetapi lebih dari satu orang,
bahkan dalam perkara a quo pelaku perampokan tersebut ada 5 orang, meskipun yang 2 orang
tidak ikut dalam aksi perampokan tersebut, yaitu terdakwa David dan Abu Mansur, dimana
kedua orang tersebut hanya mengantar para terdakwa ke rumah sasaran perampokan tersebut,
akan tetapi kedua orang tersebut telah nyata mengetahui dan mengerti tentang perampokan
tersebut.
Menimbang, bahwa para terdakwa yang dalam hal ini sebagai yang melakukan (plegen )
perampokan tersebut, sedangkan yang lainnya yakni terdakwa Untung, Solikin, Santoso, David
dan Abu Mansur adalah sebagai yang turut melakukan (medeplegen) perampokan tersebut, telah
secara nyata bahwa perbuatan tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh para terdakwa
dengan terdakwa yang lainnya.
Menimbang, bahwa perbuatan para terdakwa bersama-sama dengan terdakwa lainnya di
rumah korban (H. Ichwanto) di Dsn. Sumberkecek Ds. Panataran Kec. Nglegok Kab.
Blitar tersebut, dimana perbuatan tersebut telah dilakukan oleh dua orang atau lebih, maka
menurut Majelis Hakim unsur yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam dakwaan ini
telah terpenuhi ;
Ad.7. Unsur dilakukan dengan cara membongkar atau memanjat.
Yang dimaksud dengan dilakukan dengan cara membongkar atau memanjat dalam
doktrin hukum pidana membongkar dapat diartikan yaitu merusak barang yang agak besar,
misalnya membongkar tembok, pintu, maupun jendela. Disini harus ada barang yang rusak,
putus atau pecah. Sedangkan yang dimaksud dengan memanjat yaitu memasuki sesuatu
ruangan dengan jalan memanjat serta melalui penutup ruangan itu, sedangkan cara seperti itu
tidak lazim dipakai dalam keadaan biasa, misalnya pencuri masuk ke dalam rumah dengan
memanjat pagar tembok, atau naik ke atas atap rumah, atau naik dengan memakai tangga, atau
mempergunakan tali sebagai tangga.
Bahwa bardasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan bahwa para pelaku
perampokan tersebut yang terdiri dari Hendriyono, Supriyanto, Untung dan Solikin masuk
ke dalam rumah dan pekarangan korban dengan cara membongkar pintu pagar rumah korban
dengan menggunakan linggis agar pintu pagar rumah korban tersebut dapat terbuka, dan para
terdakwa dapat dengan mudah masuk ke dalam rumah korban. Selain ada kerusakan pintu pagar
rumah korban, berdasarkan keterangan saksi Baidowi, ada kerusakan lagi pada pintu belakang
rumah korban, yaitu engselnya, yang dalam hal ini telah nyata bahwa perbuatan para
terdakwa yang telah memasuki rumah dan pekarangan korban, yaitu dilakukan dengan cara
membongkar atau memanjat .
Menimbang, bahwa perbuatan para terdakwa yang telah memasuki rumah dan
pekarangan korban, yang dilakukan dengan cara membongkar atau memanjat, menurut Majelis
Hakim unsur dilakukan dengan cara membongkar atau memanjat dalam dakwaan ini
telah terpenuhi.
Ad. 8. Unsur yang mengakibatkan orang lain mati.
Yang dimaksud dengan yang mengakibatkan orang lain mati dalam doktrin hukum
pidana dapat diartikan yaitu bahwa kematian orang itu tidak dimaksud, akan tetapi hanya
merupakan akibat belaka yang tidak dikehendaki sama sekali oleh pelaku tindak pidana
tersebut.
Bardasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, bahwa akibat perbuatan para
terdakwa, yang telah melakban mulut dan hidung korban ( H. Ichwanto), yang membuat
korban tidak dapat bernafas dengan leluasa, sehingga kemudian korban meninggal dunia di
tempat kejadian ;
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut diatas, maka menurut Majelis
Hakim unsur yang mengakibatkan orang lain mati dalam dakwaan ini telah pula terpenuhi ;

Dari kedua kasus diatas maka dapat kita simpulkan :
Perbedaan antara Pasal 339 KUHP dengan Pasal 365 KUHP adalah bahwa apabila dalam
Pasal 365 KUHP, perbuatan kekerasan yang mungkin meningkat sehingga mengakibatkan
matinya orang, dilakukukan untuk mempersiapkan atau memper mudah pencurian. Sedangkan
pasal 339 KUHP, tidak hanya suatu penyerangan dengan kekerasan saja, dan secara tegas
dirumuskan bahwa dilakukan untuk mempersiapkan atau mempermudah sembarangan tindak
pidana lain, tidak hanya pencurian, seperti contoh kasus diatas yaitu pemerkosaan.
Tindak pidana pokok dari pasal 365 KUHP adalah pencurian, yang ditambah
hukumannya karena telah dilakukan kekerasan, sedangkan tindak pidana pokok dari Pasal 339
KUHP adalah suatu pembunuhan, yang juga ditambah hukumannya karena adanya maksud lebih
daripada pembunuhan itu, yaitu untuk mempersiapkan atau memudahkan suatu tindak pidana
lain.
1



1
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 26

Anda mungkin juga menyukai