Anda di halaman 1dari 14

KANTOR ADVOKAT

YUDI WIBOWO & REKAN


Jl.Raya Darmo 155-159
S U R A B A Y A 60142
Perihal : Pledoi perkara No. 3437/Pid.B/2008/PN .Sby atas nama
terdakwa Sdr. Nanang Misranto bin Untung.
NOTA PEMBELAAN / PLEIDOOI
Kepada Yth
Majelis Hakim PN. Surabaya
Pemeriksa Perkara No : 3437/Pid.B/2008/PN.Sby.
JL. Arjuno 16-18
S u r a b a y a
Ir.Yudi Wibowo.SH.MH.dan Muadji Santoso.SH. masing-masing pekerjaan
Advokat/Penasehat Hukum , berdomisili hukum di Kantor Advokat
Yudi Wibowo & Rekan ,JL.Raya Darmo 155-159 Surabaya berdasarkan surat kuasa
tanggal 6 Oktober 2008 ,bertindak untuk dan atas nama terdakwa yaitu :
Nama lengkap
Tempat/Tgl lahir
Umur
Jenis Kelamin
Kebangsaan /Kewarganegaraan
Tempat Tinggal
Agama
Pekerjaan
Pendidikan

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Nanang Misranto
Surabaya, 3 April 1972
36 Tahun
Laki-laki
Indonesia
Jl.Maspati 5/84 RT.3 RW.8 Surabaya
I s l a m
Pelayan Restoran Koowlon
S M A

Adapun isi dari nota pembelaan /pleidooi ini sebagai berikut;


Pendahuluan
1. Bahwa terdakwa Nanang Misranto, mempunyai seorang istri yang bernama Dewi
Riadiningsih, dua orang anak yang masih kecil masing masing bernama:
Annisah
Aulia (8tahun) , Fitra Maulana (7tahun)
2. Bahwa terdakwa didakwa pasal 59 ayat (1) huruf c Undang-Undang No.5
Tahun 1997 Tentang Psikotropika yang menyatakan : Barang siapa mengedarkan
Psikotropika golongan I, tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam
pasal 12 ayat (3).
3. Bahwa pada tanggal 6 Oktober 2008, Pk. 11.00 WIB datang ke Kantor advokat
Yudi
Wibowo, seorang perempuan miskin dengan menangis sambil membawa 2 orang
anak
tersebut yang bernama :Dewi Riadiningsih alamat : Jl..Maspati 5/84 RT.3
,RW.8
Surabaya, adalah (istri dari terdakwa Nanang Misranto) dan mohon bantuan

hukum secara cuma-cuma (probono publikco) atas perkara yang menimpa


suaminya
(terdakwa) yang sedang disidangkan di Pengadilan Negeri Surabaya dengan
perkara
pidana dengan No : 3437/Pid.B/2008/PN.Sby
4. Bahwa advokat dilarang menolak perkara berdasarkan Pasal 1(9) Undang-Undang
Nomer 18 Tahun 2003 Tentang Advokat menyatakan Bantuan hukum adalah jasa
hukum yang diberikan advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu
.
Bahwa Pasal 22 (1) Undang-Undang Nomer 18 Tahun 2003 Tentang Adokat
tersebut
menyatakan : Advokat Wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada
pencari keadilan yang tidak mampu. Bahwa itulah fakta hukum yang sebenarnya
keadaan terdakwa Nanang Misranto
5. Bahwa pada tanggal 21 Oktober 2008 Jaksa Penuntut Umum (JPU)
menuntut
terdakwa Nanang Misranto dengan pasal 59 ayat (1) huruf c Undang-Undang
No.5
Tahun 1997 Tentang Psikotropika , dan agar Majelis Hakim menyatakan
terdakwa
Nanang Misranto bin Untung bersalah melakukan tindak pidana mengedarkan
psikotopika golongan I , sebagaimana diatur dalam pasal 59 ayat (1) huruf c
Undang-Undang No.5 tahun 1997 Tentang Psikotropika ; Menjatuhkan pidana
terhadap terdakwa selama 4 tahun (empat) tahun penjara potong tahanan
dengan
perintah tetap ditahan , denda Rp.150.000.000 (seratus lima puluh juta
rupiah), subsider 3 (tiga) bulan , Menyatakan barang bukti nomor dada hijau
072 dirampas untuk dimusnahkan. Menetapkan supaya terdakwa membayar perkara
sebesar Rp.5000 (lima ribu rupiah)
Fakta-Fakta Hukum dipersidangan ;

Prememori

Tentang Hukumnya
1.Bahwa terdakwa Nanang Misranto diadili dengan cara yang tidak benar; karena
yang digunakan barang bukti berupa Psikotropika warna coklat logo nike yang
disalurkan tidak ada fakta hukumnya dipersidangan dan tidak tercatat dalam
berita acara penyitaan barang bukti dari JPU maupun Kepolisian , tetapi
aneh
tapi nyata tidak ada barang yang disita tetapi bisa muncul surat Berita
acara
laboratoris forensik / kriminalistik cabang Surabaya No.3022 /KNF/2008.
Tanggal 2 Juni 2008 dalam kesimpulan barang bukti dengan No.2992/2008/KNF
berupa tablet warna coklat logo nike , tablet mengandung bahan aktif MDMA
(3.4
Metilendioksi) terdaftar Golongan I , pada lampiran No.11 Undang-Undang
No.5
tahun 1997 Tentang Psikotropika.milik sdr. Frenky Gunawan dalam perkara
lain.
2.Bahwa berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Dan Admisnistrasi
Pengadilan

(Buku II, cetakan ke 5 tahun 2004) , yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung
RI ,
hal 171-172 , tentang Pengajuan barang-barang bukti dimuka persidangan ;
huruf
e menyatakan ; Setiap barang bukti yang tercantum dalam berita acara
penyitaan
harus dapat diajukan oleh Jaksa ke muka persidangan Pengadilan Negeri ,
sehingga barang yang tidak dapat diajukan kemuka persidangan dianggap
tidak
sebagai barang bukti dan hakim tidak perlu memutus status barang itu. Bahwa
penyitaan barang bukti tablet warna coklat logo nike , tablet mengandung
bahan
aktif MDMA (3.4 Metilendioksi) tidak ada dalam surat penyitaan JPU maupun
Kepolisian dan juga tidak ada keterangan penyitaan Surat Berita acara
laboratoris forensik / kriminalistik cabang Surabaya No.3022 /KNF/2008.
tanggal 2 Juni 2008 dalam kesimpulan barang bukti dengan No.2992/2008/KNF
berupa tablet warna coklat logo nike , maka hal ini bukan merupakan
sebagai
barang bukti. Mohon dicermati oleh Majelis Hakim.
3.Bahwa JPU hanya mengajukan surat keterangan milik perkara lain Frenky
Gunawan ,bukan barang bukti yang disita langsung dari tangan terdakwa
Nanang
Misranto sehingga bertentangan dengan pasal 39 (1) KUHAP huruf a sampai
dengan huruf e. mohon dicermati Majelis Hakim yang mengatur tentang
Pengenai
Penyitaan.
4.Bahwa pada berita acara penyitaan dari kepolisian maupun dari Kejaksaan
tidak
ada barang bukti psikotropika golongan I yang disita secara langsung dari
tangan terdakwa Nanang Misranto, dan tidak ada uang tunai yang disita dari
tangan terdakwa Nanang Misranto sebagaimana dakwaan JPU 2 butir @
Rp.175.000,-.
5.Bahwa apakah barang bukti yang disita langsung dari tangan terdakwa ? yaitu
hanya : rompi nomor 072 , apakah dakwaan JPU sudah memenuhi unsur dari
pasal
59 ayat (1) huruf c Undang-Undang No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika?.
Sedangkan unsur-unsur tersebut tidak pernah dibuktikan oleh JPU dimuka
persidangan. Bahwa perlu diketahui oleh majelis Hakim di Restoran KoowLon
(Diskotik) setiap billing (tagihan) yang melayani tamu pasti ada nama
pelayan
yang melayani tamu tersebut , namun hal itu tidak pernah diajukan oleh
kepolisian dan kejaksaan sebagai barang bukti, karena pada Billing
(tagihan)
tersebut tidak tertera nama Terdakwa NANANG MISRANTO, padahal sewaktu Frenky
Gunawan ditangkap Billing tersebut ada.
6.Bahwa berdasarkan PASAL 185 (2) KUHAP menyatakan keterangan saksi saja tidak
cukup untuk membuktikan bahwa Terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang
didakwakan kepadanya. Pasal 185 (3) KUHAP bahwa ketentuan Pasal 185 (2)
diatas
tidak berlaku apabila tidak disertai alat bukti yang sah lainnya. Dimanakah
Alat Bukti Yang Sah Lainnya Selain Rompi Bernomor 072 ?, mohon dicermati
oleh
Majelis Hakim.

7.Bahwa saksi Frenky Gunawan (yang membeli) , menyatakan didalam persidangan


bahwa yang menyalurkan psikotropika golongan I tersebut bukan terdakwa
Nanang
Misranto, lalu pernyataan itu diulangi lagi didepan istri terdakwa sewaktu
di
Rutan Medaeng Waru , kemudian dituangkan dalam surat pernyataan yang dibuat
oleh saksi Frenky Gunawan pada tanggal 18 Oktober 2008 yang menyatakan :
Bahwa
Frenky tidak mengenal saudara Nanang serta tidak pernah dilayani pemesanan
minum ataupun makan di diskotik (Restoran KoowLon ). No waitres 072 yang
saya
sebutkan dalam BAP juga saya tidak mengetahui wajah serta saya melihatnyA.
samar-samar karena di dalam diskotik (Restoran KoowLon) gelap. Dan waitres
nomor : 072 juga tidak pernah melayani saya dalam pemesanan minum ataupun
makan. Bahwa berdasarkan penglihatan saya juga warna dasar nomor waitres 072
itu
seperti warna putih dan tidak terlalu besar. Adapun saya menyebutkan nomor
072
karena dalam tekanan saat itu (dipaksa polisi). Surat Pernyataan Frenky
Gunawan
ini terlampir dalam pledoi ini.
8.Bahwa menurut Prof.DR. Bagir Manan, S.H., MC.L., Berpendapat Bahwa hakim
wajib
mengadili menurut hukum :
1.
pengertian hukum tertulis dan tidak tertulis;
2.
asas legalitas sebagai salah satu unsur pokok paham negara berdasarkan
atas hukum;
3.
asas mengadili menurut hukum juga perlu dikaitkan dengan paham
kodifikasi;
4.
menurut hukum dalam kaitan hukum sebagai pengertian normatif dan
sosiologis. (Dikutip dari Varia Peradilan Tahun XX.No.238 Juli 2005,
Hal.6-7)
9. Bahwa berdasarkan Pasal 3 (1) & Pasal 3 (2) Undang-Undang Nomor 4 tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa semua peradilan di
seluruh
Republik Indonesia adalah peradilan Negara yang ditetapkan Undang-Undang,
Peradilan Negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila.
Mohon Majelis Hakim yang mengadili perkara ini menerapkan ketentuan Pasal
39
KUHAP.
10.Bahwa berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang
Kekuasaan
Kehakiman (1). Tidak Seorangpun Dapat dihadapkan di depan Pengadilan selain
daripada yang ditentukan Undang-Undang. (2). Tidak seorangpun dapat
dijatuhi
pidana kecuali apabila Pengadilan karena alat bukti yang sah menurut
UndangUndang mendapat keyakinan bahwa orang yang dianggap dapat bertanggung jawab
telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.
11 Bahwa alat bukti yang sah yang disita langsung dari tangan Terdakwa oleh
Kepolisian dan dilanjutkan oleh Kejaksaan sesuai dengan Pasal 39 KUHAP
hanya

sebuah rompi bernomor 072. Alat bukti yang lain adalah alat bukti yang
tidak
sah menurut Undang-Undang.
12.Bahwa sehingga penerapan hukum khususnya pasal 59 ayat (1) huruf c UndangUndang No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika tidak tepat diterapkan untuk
Terdakwa yang bernama Nanang Misranto. Maka Terdakwa harus dibebaskan dari
segala dakwaan (vrijspraak) atau bebas murni.
13.Bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam Tuntutannya angka 3 yang menyatakan barang
bukti rompi dengan nomor dada 072 dirampas untuk dimusnahkan, padahal Rompi
072 tersebut milik Restoran Kowloon (Diskotik) bukan barang terlarang,
sehingga tidak tepat jika dirampas dan dimusnahkan dan harus dikembalikan
pada
pemiliknya.
Atas alasan Pledoi tersebut diatas maka sudi kiranya Majelis Hakim memutuskan
amar putusan sebagai berikut :
1.Menyatakan bahwa Terdakwa Nanang Misranto tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa
Penuntut Umum.
2.Menyatakan Terdakwa Nanang Misranto dibebaskan dari segala Dakwaan
(Vrijspraak).
3.Mengeluarkan Terdakwa dari Rumah Tahanan Negara
4.Mengembalikan Harkat dan Martabat Terdakwa
5.Mengembalikan barang bukti berupa sebuah rompi nomor 072 warna hijau.
6.Membebankan biaya perkara kepada Negara.
Terima kasih.
Surabaya, 27 Oktober 2008
Hormat kami,
Penasehat Hukum Terdakwa
Ir. Yudi Wibowo, S.H., M.H.
Muadji Santoso, S.H.

Pembelaan Singkat
NOTA PEMBELAAN
Atas Nama Terdakwa:
MULYONO Als Centhol Bin SUPARDI
Dalam Perkara Pidana
Nomor: 043 / Pid.B / 2011 /PN.Mgl

Pada Pengadilan Negeri Magelang


di Kota Magelang
Oleh Penasihat Hukum:
NOOR AUFA, S.H.
PENDAHULUAN
Majelis Hakim yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia
Bahwa setelah melalui proses persidangan yang cukup memakan waktu, tenaga dan pikiran,
maka pada saat ini adalah kesempatan kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa Mulyono Bin
Supardi mengajukan pembelaan atas tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum yang disampaikan pada
Tanggal 20 Juni 2011 kemarin. Sebelum menginjak materi nota pembelaan ini, kiranya tidak
berlebihan kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Yang Mulia Majelis Hakim
yang telah melakukan pemeriksaan dalam perkara ini secara arif dan bijaksana, sehingga akan
diketahui fakta-fakta sebenarnya terjadi yang akan dijadikan dasar oleh Majelis Hakim untuk
memutus Perkara ini.
Demikian pula pada Jaksa Penuntut Umum yang dengan semangat dan kerja kerasnya
mengajukan perkara ini serta melakukan penuntutan untuk keadilan, pantas pula kami sampaikan
ucapan terima kasih yang tidak terhingga.
Kiranya dalam pembelaan ini, mengingat fakta dan keterangan saksi telah dicatat dengan
lengkap dan seksama oleh Sdr. Panitera Pengganti, maka kami beranggapan tidak perlu kami
ketengahkan kembali secara terperinci dan tersendiri dalam Nota Pembelaan yang kami ajukan.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengulangan yang tidak efektif, maka kami mohon agar
berita acara persidangan yang telah dicatat oleh Panitera Pengganti mengenai fakta-fakta yang
terungkap dalam persidangan merupakan bagian dari nota pembelaan / pledooi ini dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
ANALISIS YURIDIS
Majelis Hakim yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia
Bahwa Terdakwa Mulyono Bin Supardi diajukan ke persidangan ini karena telah didakwa oleh
Rekan Jaksa Penuntut Umum melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pada
ketentuan yang terdapat pada :
Dakwaan Kesatu : Melanggar ketentuan Pasal 170 ayat (1) KUHP
Dakwaan Kedua : Melanggar ketentuan Pasal 160 KUHP

Dakwaan Ketiga : Melanggar ketentuan Pasal 406 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP
Bahwa Rekan Jaksa Penuntut Umum pun kemudian dalam surat tuntutannya yang dibacakan
dimuka persidangan yang terbuka untuk umum pada persidangan tanggal 20 Juni 2011 kemarin,
telah berkeyakinan Terdakwa Mulyono Bin Supardi berdasarkan keterangan saksi-saksi
melakukan tindak pidana yang diatur dan diancam pada Pasal 160 KUHP sehingga menuntut
Terdakwa dengan hukuman penjara selama 10 (sepuluh) bulan penjara dikurangi dengan
penahanan yang telah dijalani terdakwa.
Bahwa sebelum membuktikan perbuatan terdakwa benar memenuhi dakwaan tersebut diatas,
harus juga diketahui adanya unsur-unsur dari pasal yang didakwakan , dan apakah seluruh unsurunsur tindak pidana tersebut dipenuhi oleh perbuatan terdakwa.
Bahwa dakwaan pasal 160 KUHP berbunyi sebagai berikut :
Barang siapa di muka umum dengan lisan atau tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan
pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti baik ketentuan
undang-undang maupun perintah jabatan yang diberikan berdasarkan ketentuan undang-undang.
Bahwa pasal tersebut mempunyai unsur unsur sebagai berikut :
1. Barang siapa;
2. Di muka umum
3. Dengan lisan atau tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan pidana, melakukan
kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti baik ketentuan undang-undang maupun
perintah jabatan yang diberikan berdasarkan ketentuan undang-undang
Berangkat dari tuntutan Rekan Jaksa Penuntut Umum yang mendasarkan pada Pasal 160 KUHP
ini, untuk dapat menyatakan Terdakwa Mulyono Bin Supardi terbukti atau tidak terbukti
melakukan tindak pidana sebagaimana pada Dakwaan Kedua, maka secara minimal yang harus
diperhatikan adalah mengenai penerapan dari fakta-fakta dengan strafbarehandeling yang
antara lain dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :
1. Apakah benar terdakwa telah melakukan perbuatan melawan hukum sehubungan dengan
fakta-fakta yang terungkap dipersidangan dikaitkan dengan unsur Pasal 160 KUHP?
2. Apakah benar terdakwa telah menghasut baik lisan atau tulisan supaya melakukan tindak
pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum, atau tidak menuruti ketentuan undangundang maupun perintahjabatan yang diberikan berdasarkan undang-undang? Dan apakah sebabmusabab-akibat dari fakta peristiwa hukum ini?
3. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana yang seharusnya dihubungkan dengan
keseluruhan fakta yang terungkap di persidangan?
Majelis Hakim yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia

Selain itu, untuk menentukan apakah Terdakwa terbukti secara syah dan menyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana penghasutan sebagaimana didakwakan Rekan Jaksa Penuntut Umum
kepada dirinya, maka semua unsur dari pasal yang didakwakan kepadanya harus dapat
dibuktikan dengan alat bukti yang syah yang dihadapkan di depan persidangan, dimana pada
pembahasan unsur-unsur ini dapat kami uraikan sebagai berikut :
Ad.1. Barang Siapa
Bahwa yang dimaksud dengan barang siapa adalah siapa saja yang menjadi subyek hukum yaitu
sebagai pembawa hak dan kewajiban atau siapa pelaku dari perbuatan pidana yang dilakukan,
dalam hal ini tidak lain adalah ditujukan kepada terdakwa Mulyono Bin Supardi.
Bahwa unsur Barang siapa ini sendiri merupakan elemen delict dan bukan bestandeel delict
dalam suatu ketentuan yang terdapat pada pasal perundang-undangan yang tentunya harus
dibuktikan Rekan Jaksa Penuntut Umum berdasarkan fakta dipersidangan dan bukan rekaan
semata. Menurut hemat kami, unsur Barang Siapa haruslah dihubungkan dengan perbuatan yang
telah didakwakan untuk selanjutnya dibuktikan apakah perbuatan tersebut memenuhi unsur
pidana atau tidak sebagaimana terdapat dalam ketentuan pasal perundang-undangan yang
mengaturnya. Kalau unsur perbuatan tersebut terpenuhi atau terbukti secara syah dan
menyakinkan, maka barulah unsur barang siapa dapat dinyatakan terpenuhi atau terbukti apabila
memang unsur barang siapa tersebut dapat ditujukan pada diri Terdakwa.
Dalam hal ini, menurut pendapat kami yang dimaksud Barang Siapa dalam dakwaan Rekan
Jaksa Penuntut Umum jelas ditujukan kepada manusia atau orang sebagai subyek hukum yang
berfungsi sebagai hoofdader, dader, mededader atau uitlokker dari perbuatan pidana (delict) yang
telah memenuhi semua unsur dalam rumusan delik sebagaimana tertulis dan tercantum pada
dakwaan dan kemudian kepadanya dapat dimintakan pertanggung jawaban pidana atas perbuatan
tersebut.
Barang siapa sendiri, pada dasarnya bukanlah unsur namun dalam perkembangan praktek
peradilan, kata barang siapa selalu menjadi bahasan serta ulasan baik oleh Penuntut Umum
maupun Pengadilan. Barang siapa pada dasarnya mengandung prinsip persamaan kedudukan di
muka hukum (equality before the law) sebagai asas hukum yang berlaku universal. Dan, dalam
melihat unsur Barang siapa ini sendiri tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan dari konsep serta
prinsip ajaran tentang prosedur pertanggungjawaban pidana kepada seseorang atau koorporasi.
Namun demikian, mengikuti dari pembahasan yang diberikan Rekan Jaksa Penuntut Umum
dalam requisitor (tuntutan)-nya kepada Terdakwa Mulyono Bin Supardi, maka kami pun
meletakkan pembahasan mengenai unsur Barang Siapa dalam pasal ini pada pembahasan
pertama dari unsur pasal. Dan berangkat dari pembahasan serta penilaian kami selaku Penasihat
Hukum Terdakwa, maka pada pokoknya kami sependapat unsur Barang Siapa telah terpenuhi
karena Terdakwa Mulyono Bin Supardi merupakan subyek hukum yang mampu bertanggung
jawab dalam setiap tindakan hukum yang dilakukannya serta tiada alasan pemaaf ataupun
pembenar yang bisa ditujukan pada diri Terdakwa Mulyono Bin Supardi.
Ad.2. Di Muka Umum

Bahwa melihat unsur kedua pasal 160 KUHP dihubungkan dengan unsur dimuka umum, maka
harus nyatalah perbuatan dan tindakan yang dilakukan seseorang tersebut dilakukan atau terjadi
pada suatu tempat atau lokasi yang menjadi tempat umum dan mudah diketahui orang banyak
atau dapat menjadi tempat lalu lintas orang banyak dan bukanlah suatu tempat tertutup atau suatu
lokasi pribadi.
Berangkat dari fakta persidangan, baik keterangan para saksi, keterangan terdakwa serta alat
bukti lainnya yang diajukan di muka persidangan ini, maka nyatalah Terdakwa tidak pernah
melakukan perbuatan MENGHASUT di muka umum, dan kalau pun ada perbuatan yang
dilakukan Terdakwa untuk mengajak teman-temannya guna mencari warga Kampung Sanden
yang diduga sebagai pelaku pengeroyolan terhadap diri terdakwa dan teman-temannya di Caf
Bondi, bukanlah dilakukan ditempat umum melainkan dilakukan Terdakwa dengan menelpon
Saksi Wantoyo serta beberapa temanya yang lain.
Ad.3. Dengan Lisan atau Tulisan Menghasut supaya melakukan perbuatan pidana, melakukan
kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti baik ketentuan undang-undang maupun
perintah jabatan yang diberikan berdasarkan ketentuan undang-undang
Bahwa dalam hal ini, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa Mulyono Bin Supardi patut
menyampaikan hal terkait dengan inti Pasal 160 KUHP karena dengan unsur ketiga inilah dapat
disimpulkan apakah seorang terdakwa terbukti secara syah dan menyakinkan melakukan
perbuatan pidana atau tidak sebagaimana diancam pasal ini. Berangkat dari ketentuan Pasal 160
KUHP, haruslah dilihat secara menyeluruh dengan menghubungkan setiap bagian-bagian dari
unsur pasal ini yaitu:
1. Perbuatan dilakukan dengan sengaja yang tentunya memiliki konsekuensi perbuatan tersebut
dapat dan memang terbukti dilakukan dengan suatu niat dan dilakukan dengan cara melawan
hukum
2. Perbuatan dilakukan dengan adanya hasutan melakukan perbuatan pidana, kekerasan terhadap
penguasa umum atau tidak menuruti ketentuan UU maupun perintah jabatan yang diberikan
berdasar UU
Majelis Hakim yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia
Bahwa, untuk terpenuhinya delik dalam unsur ke-3 haruslah dilakukan dengan sengaja yang
memiliki makna perbuatan dilakukan dengan arti tahu dan dikehendaki oleh si pelaku tindak
pidana (R SOESILO Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta KomentarKomentarnya Lengkap Pasal-Pasalnya; POLITEIA; Bogor; 1985, h. 24)
Selanjutnya, untuk memahami pengertian dengan sengaja dapat diambil pada Crimineel
WetBoek tahun 1809 yang mencantumkan Kesengajaan adalah kemauan untuk melakukan
perbuatan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh
undang-undang serta dalam Memorie van Toelichting (MvT) tahun 1881 sewaktu Menteri
Kehakiman mengajukan Crimineel WetBoek (yang saat ini menjadi ketentuan pidana yang

berlaku di Indonesia), dimuat bahwa kesengajaan itu adalah dengan sadar berkehendak untuk
melakukan suatu kejahatan tertentu (de bewuste richting van den wil op een bepaald misdrijf)
yang kemudian oleh Prof. Satochid Kartenahegara disimpulkan mengenai kesengajaan ini
sebagai seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan sengaja harus menghendaki
(willwn) perbuatan itu serta harus menginsyafi atau mengerti (weten) akan akibat dari perbuatan
itu.
Adapun bentuk-bentuk kesengajaan sendiri, kita mengenal 3 (tiga) jenis yang tentunya berguna
untuk menjelaskan dan membuktikan kesengajaan bagaimanakah yang telah dilakukan terdakwa
dalam dugaan tindak pidana, yaitu :
1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)
Kesengajaan ini sendiri harus dilakukan pelaku tindak pidana dengan maksud (oogmerk) yang
dibedakan dengan motif suatu perbuatan. Sehari-hari, motif diidentikkan dengan tujuan. Agar
tidak timbul keragu-raguan, diberikan contoh sebagai berikut :
2. Kesengajaan dengan keinsyafan pasti (opzet als zekerheids bewustzijn)
Dalam kesengajaan bentuk ini, si pelaku (doer or dader) mengetahui secara pasti atau yakin
benar bahwa selain akibat dimaksud, akan terjadi akibat lain dan menyakini dengan pasti bahwa
dengan melakukan perbuatan itu, pasti akan timbul akibat lain.
3. Kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan (dolus eventualis)
Dalam bentuk kesengajaan ini si pelaku menyadari bahwa mungkin akan timbul akibat lain yang
juga dilarang dan diancam oleh undang-undang
(lihat, Leden Marpaung; Asas Teori Praktik HUKUM PIDANA; Sinar Grafika; Jakarta; Mei
2005; h. 15 16)

Majelis Hakim yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia
Berangkat dari penjelasan diatas, dalam hal ini kita harus melihat kesengajaan yang
bagaimanakah yang telah dilakukan terdakwa Mulyono Bin Supardi dihubungkan dengan
dakwaan-dakwaan yang ditujukan kepadanya oleh Rekan Jaksa Penuntut Umum serta
dihubungkan dengan fakta-fakta dipersidangan selama ini, baik dari alat-alat bukti, keteranganketerangan saksi serta keterangan terdakwa sendiri.
Bahwa, berangkat dari fakta-fakta persidangan dan dihubungkan dengan unsur utama dalam
pasal ini yaitu dengan sengaja dapatlah kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa menarik
kesimpulan perbuatan Terdakwa Mulyono Bin Supardi sama sekali tidak memenuhi unsur
dengan sengaja dengan alasan-alasan yang diangkat dan diambil dari fakta persidangan yang

dengan jelas memperlihatkan secara nyata dan gamblang sama sekali tidak ada oogmerk dari
Terdakwa Mulyono Bin Supardi untuk melakukan hasutan melakukan perbuatan pidana ataupun
kekerasan terhadap penguasa umum.
Bahwa, peristiwa ini terjadi pada awalnya oogmerk bukanlah dari Terdakwa melainkan karena
adanya desas-desus akan diadakannya balas dendam oleh kelompok warga Karang Gading akibat
peristiwa pengeroyokan terhadap diri terdakwa dan beberapa temannya di Karaoke Bondi, tapi
terdakwa sendiri baik secara nyata melalui lisan atau tulisan sama sekali tidak melakukan
perbuatan tindak pidana ini. Dan ternyata, memang terbukti di persidangan.
Bahwa selain itu, unsur ketiga dari Pasal 160 KUHPini, kami selaku penasihat hukum Terdakwa
Mulyono Bin Supardi, melihat setiap perbuatan pidana/tindak pidana atau delik tentunya
haruslah memenuhi unsur dengan melawan hukum baik dinyatakan secara tegas pada pasal
perundang-undangan ataupun tidak disebutkan dengan tegas. Oleh karena itu, maka baik Rekan
Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya, Penasihat Hukum pada pledooinya dan Majelis Hakim
pada putusannya haruslah mengkaji dan mebahas mengenai terpenuhi atau tidak terpenuhi unsur
dengan melawan hukum sehingga seorang terdakwa dapat dijatuhi atau tidak dijatuhi sanksi
pidana sesuai dengan peaturan perundang-undangan yang berlaku.
Sehubungan dengan perkara yang didakwakan kepada Terdakwa Mulyono Bin Supardi oleh
Rekan Jaksa Penuntut Umum dan kemudian telah menuntut Terdakwa dengan hukuman 10
(sepuluh) bulan penjara dengan dikurangi masa tahanan, maka kami selaku Penasihat Hukum
Terdakwa menolak dengan tegas apa yang diungkapkan dan diuraikan Rekan Jaksa Penuntut
Umum tersebut dalam Requisitornya.
Hal ini perlu kami sampaikan, karena selaku Penasihat Hukum Terdakwa Mulyono Bin Supardi,
kami melihat bahwa unsur dengan melawan hukum tidaklah terbukti secara syah dan
menyakinkan dilakukan Terdakwa Mulyono Bin Supardi. Tidak terbuktinya unsur melawan
hukum karena pada diri Terdakwa tidak terdapat sama sekali kesalahan (schuld) dalam perbuatan
yang telah didakwakan dan dituntut kepadanya baik yang dilakukan dengan kesengajaan ataupun
kelalaian. Hal ini dikaitkan dengan pertimbangan perbuatan yang dilakukan terdakwa tersebut
sama sekali tidak memiliki oogmerk untuk menghasut melakukan perbuatan pidana, atau
kekerasan terhadap penguasa umum meskipun Terdakwa sendiri memang berada di sekitar lokasi
kejadian tindak pidana tersebut, tetapi keberadaan Terdakwa dilokasi setelah kejadian tindak
pidana berlangsung dan terdakwa kemudian menolong salah satu warga Kampung Gading yang
ternyata mengalami luka-luka di lokasi kejadian tersebut.
Majelis Hakim yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia
Bahwa selanjutnya, ketentuan Pasal 160 KUHP merupakan ketentuan pidana yang
menitikberatkan tentang adanya perbuatan atau tindakan MENGHASUT. Dalam hal ini, melihat
dari pengertian yang tertuang pada Pasal 160 KUHP sendiri, tidak pernah ditemukan arti atau
pengertian yang jelas serta tegas dari MENGHASUT.

Namun berangkat dari pengertian umum bahasa yang berlaku dalam kehidupan masyarakat dan
yang digunakan sehari-hari, maka kata menghasut adalah suatu rangkaian kalimat atau bujuk
rayu atau ajakan untuk mempengaruhi orang lain melakukan suatu perbuatan demi kepentingan
si penghasut tersebut.
Berangkat dari hal tersebut, jelaslah bahwa untuk terpenuhinya kategori suatu MENGHASUT
haruslah memenuhi hal-hal sebagai berikut yaitu :
1. Perbuatan dengan mengandalkan orang lain
2. Tidak ada tujuan yang pantas atau dengan secara tidak perlu
3. Dilakukan dengan sadar dan secara sengaja
4. Mengakibatkan orang lain melakukan perbuatan sebagaimana ajakan yang diarahkan
Dari pengertian diatas dan dihubungkan dengan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan
sehubungan dengan dugaan tindak pidana yang dituntut kepada Terdakwa Mulyono Bin Supardi
maka dapatlah kami Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan hal-hal sebagai berikut :
Bahwa dihubungkan dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan berdasarkan
keterangan para saksi, keterangan terdakwa serta alat bukti lain yang diajukan di muka
persidangan ini jelas sekali Terdakwa dalam hal perbuatan ini sama sekali tidak memiliki niat
jahat untuk mengajak atau mengarahkan warga Kampung Karang Gading untuk melakukan
penyerangan atau perbuatan pidana lainnya terhadap warga Kampung Sanden dan ikutnya
terdakwa dalam rombongan yang kemudian ingin mencari anak-anak Sanden yang pernah
memukul anak-anak Karang Gading tidak lebih dan tidak bukan karena rasa solidaritas sesama
warga Karang Gading terlebih lagi terdakwa termasuk salah satu korban pemukulan oleh warga
Kampung Sanden yang terjadi di Karaoke Bondi seminggu sebelum peristiwa penyerangan
Kampung Sanden sehingga tidaklah dapat dibuktikan adanya kemauan jahat pada diri terdakwa
Bahwa agar dapat dihukumnya suatu perbuatan yang mengandung unsur MENGHASUT,
perbuatan tersebut haruslah dilakukan dengan sengaja dan sadar oleh seseorang kepada orang
lain. Melihat dari fakta-fakta persidangan, jelas sekali tindakan kelompok warga Kampung
Karang Gading bukanlah suatu rangkaian perbuatan yang dilakukan dengan sengaja tetapi
merupakan tindakan spontanitas yang disebabkan adanya rasa kesal, marah dan kemudian
muncul desas-desus disekitaran kampung Karang Gading untuk melakukan pembalasan. Bahwa
kemudian terdakwa ikut dalam rombongan yang ingin mencari warga Sanden yang melakukan
pemukulan terhadap warga Karang Gading adalah karena solidaritas warga Karang Gading dan
pada saat awal berangkat semuanya merupakan gerakan spontanitas dan sporadis belaka karena
banyak warga yang berkumpul di rumah Sigit.
Bahwa selain itu, suatu tindak MENGHASUT harus mengakibatkan adanya orang lain yang
digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh si Penghasut. Dihubungkan dengan
fakta-fakta dipersidangan jelas sekali Terdakwa tidak pernah mengajak atau pun mengarahkan
ataupun memerintahkan warga Kampung Karang Gading melakukan penyerangan terhadap
Warga Kampung Sanden, kalaupun ada pada awalnya hanyalah sebuah gerakan spontanitas dan
sporadis hendak mencari pelaku pemukulan terhadap warga Karang Gading di Karaoke Bondi
dan bukan pula suatu tindakan penyerangan terhadap Kampung Sanden dan itu pun bukan
diawali oleh Terdakwa mulyono Bin Supardi sebagaimana Dakwaan dan tuntutan Rekan Jaksa
Penuntut Umum dalam perkara ini.
Kesimpulan dan permohonan

Majelis Hakim yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia
Terdakwa Mulyono Bin Supardi adalah seorang warga yang baik serta tidak pernah terlibat
dalam perkara pidana seerta selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Saat ini, sejak
Terdakwa menjalani proses persidangan yang cukup menyita waktu, keluarga Terdakwa terpaksa
ditinggal dan Ayah dari Terdakwa yang sudah sangat tua dan renta harus kembali memikul
tanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan nafkah keluarga, dimana selama ini ditanggung dan
dijalankan oleh Terdakwa dengan kondisi ekonomi dan kehidupannya lebih memperihatinkan
dari sebelumnya. Bahwa perbuatan warga Kampung Karang Gading yang menyerang Warga
Kampung Sanden secara bersama-sama, sporadis dan spontanitaslah yang menyebabkan
Terdakwa dan keluarganya hidup dalam kesusahan pun demikian juga dengan para terdakwa lain
yang berada dalam berkas perkara berbeda dengan berkas perkara terdakwa .
Kami selaku Penasehat Hukum terdakwa berusaha dengan maksimal untuk menyajikan
pembahasan secara obyektif terhadap proses persidangan atas diri Terdakwa Mulyono Bin
Supardi, dan hasilnya menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
Bahwa terhadap Dakwaan Kesatu sebagaimana diatur didalam pasal 170 ayat (1) KUHP
TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN SECARA SYAH DAN MEYAKINKAN MENURUT HUKUM
telah dilakukan oleh Terdakwa
Bahwa terhadap Dakwaan Kedua sebagaimana diatur didalam pasal 160 KUHP TIDAK
DAPAT DIBUKTIKAN SECARA SYAH DAN MEYAKINKAN MENURUT HUKUM telah
dilakukan oleh Terdakwa
Bahwa terhadap Dakwaan Ketiga sebagaimana diatur didalam pasal 406 ayat (1) KUHP Jo
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN SECARA SYAH DAN
MEYAKINKAN MENURUT HUKUM telah dilakukan oleh Terdakwa
Kami percaya akan sikap arif dan bijaksana Majelis Hakim yang menjunjung tinggi kebenaran
dan keadilan dalam mempertimbangkan setiap fakta-fakta persidangan selama ini yang dijadikan
sebagai dasar putusan, oleh sebab itu perkenanlah kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa
Mulyono Bin Supardi mengajukan permohonan dalam nota pembelaan ini , sebagai berikut:
1. Menyatakan bahwa Terdakwa Mulyono Bin Supardi tidak terbukti secara syah dan
menyakinkan melakukan tindak pidana seperti yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum
baik pada Dakwaan Kesatu sebagaimana diatur dan diancam Pasal 170 ayat (1) KUHP, Dakwaan
Kedua sebagaimana diatur dan diancam Pasal 160 KUHP dan Dakwaan Ketiga sebagaimana
diatur dan diancam Pasal 406 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
2. Membebaskan (vrijspraak) Terdakwa Mulyono Bin Supardi dari segala tuntutan atau setidaktidaknya melepaskan Terdakwa Mulyono Bin Supardi dari segala tuntutan .
3. Membebankan biaya perkara ini kepada negara.
4. Memerintahkan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk merehabilitasi nama baik Terdakwa
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon kiranya Majelis Hakim Yang Mulia

memberikan putusan yang seadil-adilnya.


Selanjutnya kami serahkan sepenuhnya nasib dan masa depan Terdakwa Mulyono Bin Supardi
kepada Majelis Hakim Yang Mulia, karena Majelis Hakimlah yang dapat menentukannya.
Akhirnya rasa terima kasih kami ucapkan kepada Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum
yang telah dengan niat baik memperhatikan pledooi ini, semoga Allah SWT memberikan rahmat
dan PetunjukNya bagi kita semua untuk selalu menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan dalam
penanganan perkara ini.
Magelang, 21 Juni 2011
Penasehat Hukum Terdakwa

Anda mungkin juga menyukai