2001
tentang
otonomi
khusus
bagi
provinsi
Papua.
Hubungan kewenangan :
Pasal 4
(1) Kewenangan Provinsi Papua mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,
kecuali kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, moneter dan fiskal,
agama, dan peradilan serta kewenangan tertentu di bidang lain yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam rangka pelaksanaan
Otonomi Khusus, Provinsi Papua diberi kewenangan khusus berdasarkan Undang-undang ini.
(3) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih
lanjut dengan Perdasus atau Perdasi.
Hubungan kelembagaan :
Pasal 5
(1) Pemerintahan Daerah Provinsi Papua terdiri atas DPRP sebagai badan legislatif, dan
Pemerintah Provinsi sebagai badan eksekutif.
(2) Dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Khusus di Provinsi Papua dibentuk Majelis
Rakyat Papua yang merupakan representasi kultural orang asli Papua yang memiliki
kewenangan tertentu dalam rangka perlindungan hak-hak orang asli Papua, dengan
berlandaskan pada penghormatan terhadap adat dan budaya, pemberdayaan perempuan, dan
pemantapan kerukunan hidup beragama.
Hubungan pengawasan :
Pasal 68
Hubungan keuangan :
Pasal 33
(1) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Provinsi, DPRP dan MRP dibiayai atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Penyelenggaraan tugas Pemerintah di Provinsi Papua dibiayai atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
2012
TENTANG
KEISTIMEWAAN
DAERAH
ISTIMEWA
YOGYAKARTA
Hubungan kewenangan
Pasal 7
(1) Kewenangan DIY sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam urusan
Pemerintahan Daerah DIY sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang
pemerintahan daerah dan urusan Keistimewaan yang ditetapkan dalam UndangUndang ini.
(2) Kewenangan dalam urusan Keistimewaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil
Gubernur;
b. kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
c. kebudayaan;
d. pertanahan; dan
e. tata ruang.
Hubungan kelembagaan
Kewenangan keistimewaan dalam segi kelembagaan Pemerintah Daerah DIY
mengenai penetapan dan penataan ditetapkan melalui Peraturan Daerah Istimewa
(Perdais), sebagaimana yang telah tercantum dalam pasal 30 ayat (2) UU
Hubungan Keuangan
Pasal 42 ayat (1)
Pemerintah menyediakan pendanaan dalam rangka penyelenggaraan urusan
Keistimewaan DIY sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sesuai dengan kebutuhan DIY dan kemampuan
keuangan negara
Hubungan Pengawasan
JAKARTA
SEBAGAI
IBUKOTA
NEGARA
KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA.
Hubungan Kewenangan
Pasal 26
(1) Kewenangan Pemerintah Provinsi DKI Jakartasebagai daerah otonom
mencakup seluruh urusan pemerintahan kecuali urusan politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, agama, serta
bagian-bagian dari urusan pemerintahan lain yang menjadi wewenang
Pemerintah sebagaimana diatur dalam perundang-undangan,dan urusan
pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
(2) Urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Gubernur selaku
wakil Pemerintah dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan asas dekonsentrasi.
(3) Urusan pemerintahan yang ditugaskan oleh Pemerintah kepada Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan asas tugas
pembantuan.
(4) Kewenangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang ini sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi penetapan dan pelaksanaan kebijakan dalam bidang:
a. tata ruang, sumber daya alam, dan lingkungan hidup;
b. pengendalian penduduk dan permukiman;
c. transportasi;
d. industri dan perdagangan; dan
e. pariwisata.
Hubungan kelembagaan
Hubungan Keuangan
Pasal 32
Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan daerah berlaku bagi
Provinsi DKI Jakarta.
Pasal 33 ayat (1)
Pendanaan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang bersifat khusus dalam kedudukannya sebagai Ibukota Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4), ayat
(5), dan ayat (6) dianggarkan dalam APBN.
Hubungan Pengawasan