PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
Hendarti
Sohibun
Lucke Prismadia Kusuma
Septyanita Sulistyaningsih
( 25010110120082 )
( 25010112150003 )
( 25010112150005 )
( 25010112150017 )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Kependudukan dan Keluarga
Berencana.
Tidaklah akan terwujud dan terlaksana penulisan ini tanpa adanya
kebijaksanaan dan bantuan dari pihak-pihak lain, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian penulisan makalah. Ucapan terima kasih penulis berikan
kepada :
1. Dra V.G Tinuk Istiarti, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro.
2. dr. Sri Winarni, M.Kes selaku Dosen Mata Kuliah Kependudukan dan
Keluarga Berencana.
3. Orang tua yang senantiasa mendukung dan mendoakan.
4. Teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat.
5. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, adanya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam ilmu
kesehatan masyarakat.
Semarang,
Penulis
BAB I
Maret 2013
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk adalah semua orang yang menempati suatu wilayah hukum
tertentu dan waktu tertentu, sehingga kita mengenal istilah penduduk tetap
(penduduk yang berada dalam suatu wilayah dalam waktu lama) dan
penduduk tidak tetap (penduduk yang berada dalam suatu wilayah untuk
sementara waktu). Sedangkan Warga Negara Indonesia adalah semua orang
yang tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, baik penduduk asli
maupun keturunan asing yang telah disyahkan oleh undang-undang sebagai
warga negara Indonesia. Oleh karena itu kita sering menemukan istlah WNI
pribumi (penduduk asli Indonesia), WNI keturunan (misalnya keturunan
Tiong Hoa, Belanda, Amerika dan sebagainya), dan WNA.
Negara Republik Indonesia yang memiliki luas kurang lebih
1,904,569 km2, saat ini jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 diperkirakan
sekitar 257.516.167 jiwa. Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia
masih relatif cepat, walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun
1961 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971
1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 1990 sebesar 1,98% pertahun,
dan periode 1990 2000 sebesar 1,6% pertahun. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), per bulan September 2012,3 jumlah penduduk miskin di
Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen), atau berkurang sebesar
0,54 juta orang (0,30 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada
Maret 2012
BAB II
ISI
A. Kualitas Penduduk dan Kesehatan
Bagaimana kualitas penduduk Indonesia? Secara spontan kita pasti akan
mengatakan bahwa kualitas penduduk Indonesia masih tergolong rendah.
Kualitas penduduk dicerminkan dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan,
dan tingkat kesehatan.
1. Tingkat Pendapatan
Pendapatan penduduk Indonesia walaupun mengalami peningkatan tetapi
masih tergolong rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.
Perhatikan tabel berikut:
Negara
1.
Amerika Serikat
47.140
2.
Australia
43.740
3.
Jepang
42.150
4.
Malaysia
7.900
5.
Singapura
40.920
6.
Indonesia
2.580
7.
Thailand
4.210
8.
Filipina
2.050
9.
Inggris
38.540
10.
Korea Selatan
19.890
dengan
d. Memperbanyak
hasil
produksi
baik
produksi
pertanian,
penentu
keberhasilan
pendidikan
tetapi,
pengajaran
pengembangan
sumber
daya
manusia
secara
penduduk
terhadap
pentingnya
Kekurangan vitamin A
Kekurangan kalori protein
Kekurangan zat besi
Gondok
21,3 persen penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen
penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen
penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen
penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk,
dan Papua yang luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.
Diantara negara-negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, Indonesia
menempati posisi keempat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Di
Indonesia 60% penduduknya berada di pulau jawa. Ketidak merataan
persebaran penduduk di Indonesia menyebabkan ketidak merataan juga
pembangunan fasilitas fisik maupun non fisik. Hal tersebut akan menarik
banyak migran ke pulau jawa. Sehingga daerah yang ditinggalkan tidak
mengalami kemajuan. Jumlah penduduk Indonesia yang besar mengakibatkan
permasalahan kuantitas penduduk di Indonesia, yaitu:
1. Jumlah penduduk Indonesia, besarnya sumber daya manusia Indonesia
dapat dilihat dari jumlah penduduk yang ada. Jumlah penduduk di
Indonesia berada pada urutan keempat terbesar setelah Cina, India, dan
Amerika Serikat.
2. Pertumbuhan Penduduk Indonesia, peningkatan penduduk dinamakan
pertumbuhan penduduk. Angka pertumbuhan penduduk Indonesia lebih
kecil dibandingkan Laos, Brunei, dan Filipina.
3. Kepadatan penduduk Indonesia, kepadatan penduduk merupakan
perbandingan jumlah penduduk terhadap luas wilayah yang dihuni.
Ukuran yang digunakan biasanya adalah jumlsh penduduk setiap satu
km2 atau setiap 1 mil2. Permasalahan dalam kepadatan penduduk adalah
persebarannya yang tidak merata. Kondisi demikian menimbulkan
banyak permasalahan, misalnya pengangguran, kemiskinan, kriminalitas,
pemukiman kumuh dsb.
4. Susunan penduduk Indonesia, sejak sensus penduduk tahun 1961,
piramida penduduk Indonesia berbentuk limas atau ekspansif. Artinya
pada periode tersebut, jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada
penduduk usia tua. Median umur penduduk Indonesia tahun 2010 adalah
27,2 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia termasuk
kategori
menengah
(intermediate).
Penduduk
suatu
wilayah
tujuan-tujuan
program
KB
melalui
jalur
pendidikan.
b. Mengenalkan alat-alat kontrasepsi kepada pasangan usia subur, dan
menepis anggapan yang salah tentang anak.
c. Menetapkan Undang-Undang Perkawinan yang di dalamnya
mengatur serta menetapkan tentang batas usia nikah.
d. Mempermudah dan meningkatkan pelayanan dalam
bidang
yang
dasar
wanita dan 25 tahun bagi pria. Program ini bisa terlaksana dengan baik
apabila semua pihak yang terkait mendukung. Salah satu kendala dalam
pelaksanaan program PUP di lapangan adalah belum direvisinya UndangUndang Perkawinan Tahun 1974 yang membolehkan perkawinan pada usia
16 tahun untuk wanita dan 18 tahun untuk pria.
E. Rendahnya Partisipasi Pria Dalam Ber-KB
Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan
kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat
dan aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya (BKKBN, 2000).
Bentuk nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: sebagai peserta KB,
mendukung dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi,
sebagai motivator KB merencanakan jumlah anak dalam keluarganya
(BKKBN, 2003).
Berdasarkan pengambilan data peserta aktif pada bulan januari tahun
2010 menunjukan bahwa prevelensi KB di Indonesia adalah 75.8 % .
Diantaranya akseptor wanita sebanyak (75.4%) dan akseptor pria sebanyak
(1.6%)(BKKBN, 2011)
Rendahnya partisipasi pria/suami dalam KB dan kesehatan reproduksi
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu: (a) faktor dukungan, baik politis,
sosial budaya, maupun keluarga yang masih rendah sebagai akibat
rendah/kurangnya pengetahuan pria/suami serta lingkungan sosial budaya
yang menganggap KB dan kesehatan reproduksi merupakan urusan dan
tanggung jawab perempuan, (b) faktor akses, baik akses informasi, maupun
akses pelayanan. Dilihat dari akses informasi, materi informasi pria masih
sangat terbatas, demikian halnya dengan kesempatan pria/suami yang masih
kurang dalam mendapatkan informasi mengenai KB dan kesehatan
reproduksi. Keterbatasan juga dilihat dari sisi pelayanan dimana sarana/
tempat pelayanan yang dapat mengakomodasikan kebutuhan KB dan
kesehatan reproduksi pria/suami masih sangat terbatas, sementara jenis
pelayanan kesehatan reproduksi untuk pria/suami belum tersedia pada semua
tempat pelayanan dan alat kontrasepsi untuk suami hanya terbatas pada
kondom dan vasektomi (Iman, 2008).
kemana-mana
atau
berlaku
serong.
Menghadapi
suatu
dengan
agama
disampaikan
bahwa
yang
tidak
pisau
ini
dapat
diberikan
kepada
masyarakat
di
lingkungannya(Iman, 2008).
4. Tata Nilai Lokal Yang Ada Di Masyarakat
Wilayah tertentu beranggapan bahwa KB adalah urusan perempuan.
Kondisi ini menciptakan upaya pelaksanaan program KB yang
diutamakan sasarannya hanya perempuan. Sehingga dalam upaya
mengatasinya harus melibatkan suami atau pria sebagai obyek sekaligus
subyek dalam partisipasi pria dalam ber-KB. Maksudnya dalam
pelayanan KB pria diupayakan pria diperankan secara penuh untuk
memberikan motivasi langsung sebagai teladan bagi masyarakat di
lingkungannya melalui penyampaian pengalaman langsung yang
dihadapi masyarakat tersebut kepada calon peserta (Iman, 2008).
5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah beranggapan bahwa
operasi adalah mahal sehingga tidak mampu/tidak mungkin dilakukan
bagi masyarakat yang kurang mampu (Iman, 2008). Dalam pelaksanaan
program KB apapun dan berapapun kebutuhan masyarakat terutama yang
miskin dan hampir miskin untuk pemenuhan kebutuhan program KB
akan dipenuhi seluruhnya. Sehingga berapapun kebutuhan yang
diperlukan untuk vasektomi ini menjadi tanggungan pemerintah.
Sehingga masyarakat tidak harus mempunyai kekhawatiran berapa besar
yang diperlukan untuk kegiatan ini. Bahkan pemerintah memikirkan
kondisi ekonomi ini dengan memberikan ayoman pasca pelayanan untuk
biaya hidup 2 hari (Iman, 2008).
6. Belum Dimanfaatkannya Peserta KB Pria
Koordinasi
Keluarga
Berencana
Nasional
tahun
2001
Koordinasi
Keluarga
Berencana
Nasional
tahun
2001
Koordinasi
Keluarga
Berencana
Nasional
tahun
2001
pelayanan KB pria yang paling disukai adalah dekat dengan rumah atau
dekat dari tempat mereka bekerja (48,85%),
sebanyak 12,8%
Solusi
pemerintah
(KB)
nasional
mengembalikan
menjadi
urusan
kebijakan
keluarga
pemerintah
pusat.
http://jabar.bkkbn.go.id/Lists/Berita/DispForm.aspx?
ID=1320&ContentTypeId=0x0100A28EFCBF520B364387716414DEECEB1
E
G. Rendahnya Budaya Olahraga Di Kalangan Masyarakat Dan Prestasi
Olahraga Indonesia Yang Tertinggal
Dalam rangka menumbuhkan budaya olahraga untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, terdapat beberapa permasalahan, yaitu: belum
terwujudnya peraturan perundang-undangan tentang keolahragaan; dan
kecenderungan makin menurunnya minat dan keinginan masyarakat untuk
melakukan kegiatan olahraga. Masalah lainnya adalah rendahnya angka
partisipasi penduduk dalam berolahraga yang hanya sekitar 22,6 persen;
terbatasnya fasilitas olahraga, baik berupa prasarana maupun sarana olahraga;
rendahnya rasio guru olahraga/penjaskes untuk jenjang SD yaitu hanya 0,5
persen; lemahnya koordinasi antarpembinaan olahraga pendidikan, olahraga
prestasi, dan olahraga masyarakat; dalam era desentralisasi dan otonomi
daerah, penataan peran pembinaan olahraga antarpemerintah pusat dan daerah
belum tertata dengan baik; serta menurunnya prestasi olahraga dalam eventevent internasional. Jika pada SEA GAMES XIV tahun 1987 di Jakarta dan
XV tahun 1989 di Kuala Lumpur, Indonesia selalu menduduki juara umum,
maka dalam SEA GAMES XX tahun 1999 di Brunei Darussalam, hanya
menduduki posisi ketiga. Masalah lainnya adalah belum serasinya kebijakan
olahraga di tingkat nasional dan daerah.
Dalam rangka menumbuhkan budaya olahraga beberapa permasalahan
yang harus diatasi yaitu: (1) Belum terwujudnya peraturan perundangundangan tentang keolahragaan; (2) Rendahnya
kesempatan
untuk
negara yang ingin menjadi tenaga kerja ke luar negeri dan menjadi jelas status
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang mengalami kesulitan atau
permasalahan dapat segera terselesaikan.
NIK akan menjadi dasar database daftar pemilih tetap (DPT) dalam
rangka pelaksanaan pemilihan umum di seluruh Indonesia. NIK juga lebih
memudahkan identifikasi personal yang bergabung dan kelompok-kelompok
ekstrem atau yang akhir-akhir ini marak disebut kelompok teroris dan
memudahkan pihak berwajib untuk melakukan pelacakan agar tidak terjadi
salah tangkap atau hal-hal yang lainnya yang pada akhirnya warga dirugikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
________
Persebaran
dan
Kepadatan
Penduduk.
(online).
(http://www.scribd.com/doc/70499413/Persebaran-Dan
KepadataPenduduk). Di Akses pada tanggal 14 Maret 2013.
Anonim. ________ . Sensus Penduduk 2010. (online). (http://sp2010.bps.go.id/)
Diakses pada tanggal 14 Maret 2013
Bappenas. 2004. Bab 30 Pengendalian Pertumbuhan Penduduk, Pembangunan
Kependudukan
dan
Keluarga
Kecil
Berkualitas
[Online
http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/838/].
Bappenas. Pembangunan Kependudukan Dan Keluarga Kecil Berkualitas Serta
Pemuda
Dan
Olahraga.
(online).
http://kppo.bappenas.go.id/files/PEMBANGUNAN
%20KEPENDUDUKAN%20DAN%20KELUARGA%20KECIL
%20BERKUALITAS%20SERTA%20PEMUDA%20DAN
%20OLAHRAGA.pdf. Diakses 14 maret 2013.
BKKBN. 2001. Operasionalisasi Program dan Kegiatan Strategis Peningkatan
Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta.
BKKBN. 2003. Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi. Jakarta.
BKKBN. 2011. Perkawinan Muda di Kalangan Perempuan: Mengapa?. Jakarta.
Ekayanthi, Ni Wayan Dian. 2005. Persepsi Pria Pasangan Usia Subur Terhadap
Partisipasi Pria Dalam Program KB di Kecamatan Tabanan Kab.
Tabanan Prop Bali. UGM. Yogyakarta.
Ganis.
2010.
Masalah
Pendidikan
Di
Indonesia.
(online).
_______.
Kualitas
Penduduk
Rendah.
(online).
(http://belajar.kemdiknas.go.id/index3.php?
display=view&mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Modul
%20Online/SMP/view&id=134&uniq=1280). Di akses pada tanggal 14
Maret 2013.
Kemendagri. 2012. Kualitas Penduduk Indonesia Masih Memprihatinkan.
(online).
(http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/learning/detail/20120425121846
43). Diakses pada tanggal 13 Maret 2013.
Suprihastuti, DR. 2000. Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Pria di Indonesia. Analisis Hasil SDKI 1997. Jakarta
http://repository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000741/uii-skripsi-05410167 avy
%20setya%20dewi-05410167-AVY%20SETYA%20DEWI-1011329489bab%201.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33144/4/Chapter%20I.pdf
Andrianty, Istoqomah, dkk. 2012. PARTISIPASI PRIA DALAM DALAM
KELUARGA
KECAMATAN
BERENCANA
CIPEDES
(http://www.google.co.id/url?
DI
KOTA
KELURAHAN
SUKAMANAH
TASIKMALAYA.
(Online).
sa=t&rct=j&q=UPAYA+UNTUK+MENGATASI+RENDAHNYA+PRIA
+DALAM+BER+KB&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CC0QFjAA
&url=http%3A%2F%2Fjournal.unsil.ac.id%2Fdownload.php%3Fid
%3D655&ei=LuRBUccCwuisB7CIgMgN&usg=AFQjCNGJEcEoa3aw0
bcpCm2ffK94O__vtw&bvm=bv.43287494,d.bmk). Diakses pada tanggal
14 Maret 2013.
Fungsi :
1. Menetapkan kebijakan jaminan dan pelayanan KB, peningkatan
partisipasi pria, serta kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak skala
kabupaten.
2. Menyelenggarakan pelayanan rujukan KB dan operasionalisasi
jaminan dan pelayanan KB, peningkatan partisipasi pria,
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, serta kelangsungan
hidup ibu, bayi dan anak skala kabupaten.
3. Menetapkan dan mengembangkan jaringan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi termasuk pelayanan KB dirumah sakit skala
kabupaten.
4. Menetapkan perkiraan sasaran pelayanan KB, sasaran peningkatan
perencanaan kehamilan, sasaran peningkatan partisipasi pria, sasaran
Unmet Need, serta sasaran kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak
skala kabupaten.
5. Menyerasikan dan menetapkan kriteria serta kelayakan tempat
pelayanan KB, serta peningkatan partisipasi pria, serta kelangsungan
hidup ibu, bayi dan anak skala kabupaten.