OLEH
MAHASISWA HUKUM
A. Kasus Posisi
anggota-dpr-bowo-sidik-pangarso?page=all
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/28/21375681/kronologi-tangkap-tangan-
anggota-dpr-bowo-sidik-pangarso?page=all
Kasus dugaan suap ini berawal pada 2015 ketika kontrak
pengangkutan antara cucu perusahaan PT Petrokimia Gresik dan
PT HTK berhenti. Saat itu, ada upaya dari PT HTK agar kapal-
kapalnya dapat digunakan lagi untuk distribusi pupuk oleh PT
Pupuk Indonesia. Dimana dalam merealisasikan hal tersebut, pihak
PT HTK meminta bantuan Bowo Sidik Pangarso, anggota DPR RI.
penyerahan suap oleh Asti winasti diketahui yang mana suap ini
dilakukan atas sepengetahuan Taufik Agustono. Pemberian uang
itu dimaksudkan agar Bowo membantu PT HTK mendapatkan kerja
sama dalam pekerjaan pengangkutan atau sewa kapal untuk
distribusi pupuk dengan PT Pupuk Indonesia Logistik (PT PILOG).
Indung menerima uang dari Asti Winasti sejumlah Rp89,4 juta pada
sore hari di kantor PT HTK. Dari tangan Indung, Tim
mengamankan uang yang disimpan di dalam amplop cokelat.
Diduga penyerahan uang tersebut merupakan penerimaan ketujuh
yang telah menjadi perjanjian sebelumnya. Selanjutnya, tim KPK
juga mengamankan selo,manto dan supir indung dilokasi yang
sama. Selanjutnya, tim KPK melanjutkan kembali pemantauan
untuk memeriksa lokasi ke sebuah apartemen di permata hijau,
Jakarta selatan dimana saat tiba disana mengamankan sopirnya
2
https://nasional.kompas.com/read/2019/12/04/14514681/mantan-anggota-dpr-
bowo-sidik-pangarso-divonis5-tahun-penjara?page=all
calon tertentu, maka dapat dipidanakan.
Taufik dan Asty dinilai melanggar Pasal 5 Ayat (1) huruf b atau Pasal
13 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU Nomor
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo
pasal 55 Ayat (1) ke-1 jo Pasal 64 Ayat (1) KUHP. Taufik Agustono
divonis dengan 1 tahun 5 bulan penjara serta denda Rp 100 juta
subsider 4 bulan kurungan, begitu juga dengan asty Winasti.
3
https://nasional.kompas.com/read/2019/12/04/14514681/mantan-anggota-dpr-
bowo-sidik-pangarso-divonis5-tahun-penjara?page=all
B. Dasar Hukum
C. Rumusan Masalah
D. Analisis Hukum
Tindak pidana yang bersifat formil dimana dilarang dan diancam
dengan hukuman oleh undang-undang adalah jika melakukan
perbuatan. Sedangkan tindak pidana bersifat materiil dimana dilarang
dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang adalah jika
timbulnya suatu akibat. Secara umum, Tindak Pidana merupakan
perbuatan atau tindakan melawan hukum yang berlaku baik dalam hal
pelanggaran atau ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga
tindak pidana ini perlu diatur dengan suatu norma hukum yang berupa
sanksi pidana untuk dipatuhi dan ditaati4.
5
Penjatuhan pidana terhadap pelaku tindak pidana Suap, baik
Pemberi maupun Penerima suap selalu dijatuhkan salah satu jenis
pidana pokok, yakni pidana penjara sesuai dengan yang diancam
terhadap tindak pidana yang dianggap terbukti, sedangkan lamanya
masa hukuman yang dijatuhkan tergantung penilaian Hakim
berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan maupun
terhadap hal-hal yang memberatkan atau pun yang meringankan atas
perbuatan terdakwa tersebut. Banyak orang yang membicarakan
mengenai hukuman penjara dan denda ringan, tidak sesuai dengan
kejahatan yang dilakukan. Tindak pidana Korupsi merupakan jenis
tindak pidana yang terjadi hampir dalam setiap daerah di Indonesia
yang perlu mendapat perhatian khusus, dan diatur ke dalam perangkat
hukum tentang pemberian sanksi terhadap pelaku, yaitu demi
menjamin pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi,
kolusi, dan nepotisme, maka perlu dijatuhkan sanksi pidana berat
terhadap Pemberi dan Penerima Suap.
6
http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/1450/1/SKRIPSI1247-1712182960.pdf
pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan bebas dari Korupsi.
Kolusi. dan Nepotisme. Dengan adanya hukum yang mengatur
tentang perbuatan yang dilarang oleh undang-undang beserta
ancaman hukuman yang dijatuhkan, baik itu pelanggaran, atau
ketentuan peraturan perundang-undangan, maka tindak pidana perlu
diatur dengan suatu norma hukum yang berupa sanksi agar dipatuhi
dan ditaati sebagai hukum yang berlaku.
7
file:///C:/Users/user/Downloads/342-Dokumen%20Artikel%20Utama-1305-1-10-
20190628%20(2).pdf
4. adanya kecenderungan terjadinya pembusukan dan korupsi politik
dalam pemerintahan.
5. terjadi korupsi politik yang disebabkan oleh kuatnya hubungan
patronase antara lembaga donor dengan kandidat terpilih.
Dampak yang akan terjadi jika korupsi elektoral tidak dapat diberantas
dalam Pemilu yaitu: Pertama, adanya tendensi dari partai penguasa
untuk memanfaatkan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
guna mendanai kampanye dan operasi politik yang lain. Kedua, akses
terhadap pemerintahan cenderung akan dimonopoli oleh penyumbang
sehingga publik tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut
serta dalam tender proyekproyek pemerintah. Ketiga, perusahaan
besar atau pebisnis sebagai penyumbang tunggal atau dominan
terhadap kandidat dan partai politik dikhawatirkan akan memengaruhi
dan mendominasi proses pengambilan keputusan politik. Keempat,
adanya kecenderungan terjadinya pembusukan dan korupsi politik
dalam pemerintahan. Kelima, terjadi korupsi politik yang disebabkan
oleh kuatnya hubungan patronase antara lembaga donor dengan
kandidat terpilih.
F. Daftar Pustaka
https://nasional.kompas.com/read/2019/12/04/14514681/mantan-
anggota-dpr-bowo-sidik-pangarso-divonis5-tahun-penjara?page=all
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/28/21375681/kronologi-
tangkap-tangan-anggota-dpr-bowo-sidik-pangarso?page=all
http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/1450/1/SKRIPSI1247-
1712182960.pdf
file:///C:/Users/user/Downloads/342-Dokumen%20Artikel%20Utama-
1305-1-10-20190628%20(2).pdf