Anda di halaman 1dari 5

Jakarta, 11 November 2020

Perihal : Permohonan untuk Memutus Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat


Mengenai Dugaan Pelanggaran oleh Presiden

Kepada Yang Terhormat,

KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Dengan hormat,

Sehubungan dengan HAK KONSTITUSI yang melekat pada warga negara in casu
RAKYAT INDONESIA maka dirasa perlu meminta kepastian kepada Yang Mulia Majelis
Hakim Konstitusi RI untuk diperiksa, diadili, dan dijatuhkan suatu keputusan atas ketidak
pastian hukum terhadap permohonan impeachment berikut ini
---------------------------------------------------------
Nama lengkap :Ahmad Abdillah, S.H., M.H.

NIK : 3175051704020003

Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 9 Juni 1969

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Jl. Jenderal Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 - Indonesia

Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Pendidikan : Magister Hukum

Adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang untuk selanjutnya disebut
PEMOHON. Dalam hal ini memberikan kuasa kepada Ismail Hafidzy, S.H., LL.M. selaku
advokat pada kantor hukum IHT & Partners, yang beralamat di Capital Place, Level 35 & 36,
Jl. Jend. Gatot Subroto No.Kav 17, RT.3/RW.7, Kuningan Barat, Mampang Prapatan, RT.6/RW.1,
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12710, baik secara sendiri maupun bersama-
sama bertindak untuk dan atas nama Pemohon. Dalam hal ini Pemohon mengajukan
Permohonan kepada Mahkamah Konstitusi perihal dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh
Presiden.

A. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

1. Bahwa kewenangan Mahkamah Konstitusi berdasarkan pasal 7B ayat 4 Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah Mahkamah Konstitusi wajib
memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil adilnya terhadap pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
2. Bahwa kewenangan Mahkamah Konstitusi berdasarkan pasal 24 C ayat 2 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah Mahkamah Konstitusi
wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar
3. Bahwa kewenangan Mahkamah Konstitusi berdasarkan pasal 10 ayat 2 Undang Undang
No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Konstitusi wajib
memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
Diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
4. Bahwa berdasarkan Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 21 Tahun 2009 tentang
Pedoman Beracara dalam memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden, Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan wajib
untuk memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden

B. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PARA PEMOHON

1. Bahwa berdasarkan pasal 80 Undang Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi Pemohon dalam memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden adalah DPR
2. Bahwa berdasarkan pasal 2 ayat 1 Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 21 Tahun 2009
tentang Pedoman Beracara dalam memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden pemohon adalah DPR yang diwakili oleh
Pimpinan DPR yang dapat menunjuk kuasa hukumnya
3. Bahwa pemohon adalah Ismail Hafidzy, S.H., LL.M. yang mewakili Ahmad Abdillah,
S.H., M.H., Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 15 April 2020
4. Bahwa berdasarkan pasal 2 ayat 2 Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 21 Tahun 2009
tentang Pedoman Beracara dalam memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden. Termohon adalah Pihak yang diduga
melakukan pelanggaran, yaitu Presiden dan/atau Wakil Presiden yang dapat
didampingi atau diwakili oleh Kuasa Hukumnya.
5. Bahwa Fredy Senbo, S.H., M.H. merupakan Presiden Republik Indonesia periode 2019
- 2024 berdasarkan Penetapan Hasil Pemilihan Suara yang dikeluarkan oleh KPU Pada
tanggal 1 Januari 2019.
6. Bahwa Termohon selaku Presiden Republik Indonesia bertindak untuk dan atas nama
jabatan Presiden Republik Indonesia.
7. Bahwa Pemohon dan Termohon memenuhi syarat untuk dapat beracara di Mahkamah
Konstitusi dalam dalam acara memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden.

C. POSITA / ALASAN PERMOHONAN

1. Bahwa berdasarkan pasal 7A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945, Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa
jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat,
baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden
2. Bahwa berdasarkan pasal Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 21 Tahun 2009 tentang
Pedoman Beracara dalam memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden, Dalam hal pendapat DPR berkaitan dengan dugaan
bahwa presiden dan/atau wakil telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela. Permohonan harus memuat secara rinci mengenai jenis, waktu, dan
tempat pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden dan/atau wakil presiden.
3. Bahwa presiden telah melakukan perbuatan tercela sebagaimana yang dimaksud pada
pasal 10 ayat 3 huruf d Undang Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi perbuatan tercela adalah perbuatan yang dapat merendahkan martabat
Presiden dan/atau Wakil Presiden.
4. Bahwa Presiden telah melakukan perbuatan tercela, yang menunjukan fasilitas
biduanita yang sedang menghibur tamu negara pada tanggal 2 Januari 2020 di Istana
Negara
5. Bahwa Presiden telah melakukan perbuatan tercela dengan menjalin hubungan
istimewa dengan Biduanita bernama Nona Melati berdasarkan alat bukti rekaman
video presiden bersama Biduanita bernama Nona Melati pada tanggal 1 januari 2020
6. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Presiden telah
melakukan kolusi atau permufakatan atau kerjasama secara melawan hukum antar
Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang
merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara.
7. Bahwa berdasarkan pasal 21 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
tindak pidana kolusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 4 dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan
denda paling sedikit Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
8. Bahwa berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
setiap penyelenggara negara memiliki kewajiban untuk tidak melakukan perbuatan
korupsi, kolusi, dan nepotisme
9. Bahwa Presiden telah melakukan kolusi dengan melakukan permufakatan jahat dengan
Agus Teratai dengan melakukan divestasi PT Telekomunikasi Internet senilai dengan
40 Triliun yang dibuktikan dengan berkas persyaratan divestasi yang tidak dilengkapi
oleh analisis penilaian surat utang, analisis portofolio, dan/atau analisis risiko yang
dikeluarkan oleh Menteri Keuangan

D. PETITUM / POKOK PERMOHONAN

Berdasarkan uraian serta fakta-fakta sebagaimana terurai diatas, Pemohon memohon


sekiranya Bapak/Ibu Ketua dan Para Majelis Hakim Konstitusi, berkenan untuk
memberikan putusan sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon untuk


seluruhnya;

2. Membenarkan pendapat DPR bahwa Presiden terbukti telah melakukan perbuatan


tercela.

3. Membenarkan pendapat DPR bahwa Presiden terbukti telah melakukan tindak pidana
korupsi

Atau bilamana Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya;

Jakarta, 10 November 2020

Hormat saya,

Kuasa Hukum Pemohon

Ismail Hafidzy, S.H., LL.M.

Anda mungkin juga menyukai