Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KASUS

Contoh Kasus 1 :

Heri adalah seorang kuris titikan kilat (TIKI). Suatu hari ia, ditelpon orang tuanya untuk pulang kampung
pada Lebaran tahun ini. Ia memiliki niatan untuk mencuri paket kiriman di ekspedisi. Suatu hari setelah
jam kerja selesai dan karyawan lainnya pulang, Heri masuk dan bersembunyi dikamar mandi. Saat
suasana sepi dia mencoba memilih paketan untuk di curi. Akan tetapi ternyata manajernya masih belum
pulang dan sesaat ketika mau pulang dengan tidak sengaja melihat Heri berada didalam gudang. Karena
curiga, manajer tersebut menanyakan apa yang sedang dikerjakan Heri. Karena ketahuan maka heri tidak
jadi mencuri. Karena panik Heri membuat alasan kalau ia sedang mengecek barang. Namun, manajernya
tidak percaya begitu saja. Dan melanjutkan perkaranya.

Silahkan di analisis contoh kasus tersebut

1. Tindak pidana apa yang telah terjadi ?

2. Tindak pidana tersebut diatur dalam undang-undang apa dan Pasal berapa yang tepat dikenakan
dalam kasus tersebut ?

3. Berapa ancaman hukuman pada kasus tersebut ?

4. Jelaskan identifikasi/unsur-unsur dari delik tersebut !

Analisis :

Kasus ini termasuk poging ( percobaan ), hal ini sesuai dengan dasar hukum yakni diatur didalam KUHP
pasal 53 :

(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya
sendiri.

(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.

(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.

(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai.

Hasil identifikasi dalam kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Andik berencana untuk mencuri pos paket

2. Andik masuk ke kamar mandi

Hal sudah dianggap sebagai permulaan pelaksanaan melakukan percobaan pencurian. Karena dengan
masuknya andik ke kamar mandi adalah awal dari pencurian itu.

3. Masuk ke Gudang

Saat masuk ke gudang dan memilih barang sudah merupakan kelanjutan dari permulaan.

4. Andik ketahuan saat mau melakukan kejahatan


Aksi Andi untuk mencuri pos paket, tapi kajahatan yang dilakukan oleh andik belum bisa dikatakan
sukses atau mencapai sasaran, karena ditengah aksinya andik udah ketahuan duluan sama kepala
kantornya dan kemudian diproses dimeja hijau.

Dari contoh kasus fiktif trsebut, termasuk serangkaian perbuatan yang telah dilakukan Andik untuk
melaksanakan kehendaknya dengan misi mencuri pos paket.sehingga andik dapat dikenakan pidana
sesuai pasal 53 ayat (1), (2), dan (3). Hukuman yang dapat dijatuhkan terhadap percobaan ini adalah
dikurangi 1/3 dari pidana pokok yang dijatuhkan oleh hakim. Jika hakim menjatuhkan hukuman 9 tahun
penjara, maka hukuman yang harus dijalani andik adalah 6 tahun hukuman penjara.

Contoh Kasus 2 :

Jambi, onlinenews.com — Kasus pemerkosaan penumpang di angkutan umum hampir terjadi lagi. HD
(48), sopir angkutan kota warna hijau trayek terminal Rawasari-Pal Merah, Kota Jambi, mencoba
memerkosa penumpangnya, S (15), siswi kelas III SMP, di dalam angkot.

Percobaan pemerkosaan itu terjadi pada Selasa (14/4/2019) sekitar pukul 20.00. Penyidik Satuan Reserse
Kriminal Polresta Jambi berhasil membekuk sopir angkot itu pada Rabu sore.

”Pemerkosaan terhadap korban belum terjadi. Namun, pelaku berbuat cabul kepada korban yang tidak
melawan karena dia masih anak-anak dan pelaku juga sempat mengancam korban,” tutur Kasatreskrim
Polresta Jambi Kompol. Hermanto di ruang kerjanya, Kamis (16/4/2019).

Pelaku kini terancam hukuman 15 tahun penjara karena melanggar Pasal 81 dan 82 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Saat kejadian, korban naik angkot bernomor polisi BH 1112 AZ yang dikemudikan pelaku di depan GOR
Koni, Kota Jambi, untuk pulang ke rumahnya di Pal Merah. Di dalam angkot masih ada beberapa
penumpang.

Namun, satu per satu penumpang turun sehingga tinggal tersisa korban. Saat itu, pelaku meminta
korban yang duduk di belakang pindah ke depan. Korban saat itu tidak merasa curiga, karena itu adalah
angkot langganannya.

Setelah korban duduk di depan, HD berbuat tidak senonoh sambil membawa angkot ke tempat sepi di
daerah Taman Rimba, dekat Bandara. Pelaku kemudian memaksa korban pindah ke bagian belakang
angkot.

Dia menggunakan jok angkot sebagai alas untuk memperkosa korban, tetapi karena melihat orang lewat
dan berupaya mendekatinya, HD berhenti dan melarikan diri dengan angkotnya dan meninggalkan
korban di jalan.

”Korban pulang naik ojek, lalu menceritakan kejadian itu kepada orangtuanya, lalu mereka melapor
kepada kami. Berdasarkan ciri-ciri pelaku dan ciri mobil, kami menangkap HD,” Penjelasan Rudi, anggota
Buser Polresta.

Silahkan di analisis :

Berdasarkan kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa supir angkot telah melanggar kasus pidana
pada pasal 53 ayat (1) :
“Mencoba melakukan dipidana, jika niat itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan dan tidak
selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri”

Pelaku yang berupaya mencoba memperkosa korban dan berhenti tidak jadi memperkosa karena ada
seseorang yang sedang lewat dan mendekati pelaku. Hal ini dapat dianalisis dari kejadian di atas adalah :

Sopir angkutan berencana untuk memperkosa siswi kelas III SMP. Sopir angkot mencoba memperkosa
siswi tersebut, tapi kejahatan yang dilakukan sopir angkot belum sepenuhnya selesai, karena ditengah
aksinya sopir angkot melihat orang lewat dan berupaya untuk mendekatinya, pelaku yang berhenti dan
melarikan diri dengan angkotnya dan meninggalkan korban di jalan. Inilah yang kemudian disebut
percobaan dalam hukum pidana.

Dari kejadian diatas maka pelaku dihukum 10 tahun penjara. Hal ini dikarenakan hukuman yang
dijatuhkan hakim yaitu 15 tahun dikurangi 1/3nya yaitu 5 tahun.

Kesimpulan :

Dari kedua contoh diatas dapat disimpulkan bahwa tergolong Percobaan yang terhenti. Hal ini
dikarenakan bahwa dalam aksi kejahatannya belum selesaii sampai akhir dan terhenti saat melakukan
aksinya.

Jadi yang dimaksud dengan Percobaan (Poging) adalah Bentuk kejahatan yang dilakukan oleh seseorang
yang berupaya jahat kepada orang lain atau hal lain dan belum selesai dalam menjalankan aksinya /
sudah selesai aksinya, namun tidak sesuai dengan rencana awl (niat) maka akan dipidana.

2. Penyertaan

Contoh Kasus 1 :

25 September lalu, Ihsan merampok ATM di Universitas Bung Hatta dengan membawa senjata api. Dan
berupaya mengancam petugas yang sedang berjaga. Aksi pencurian ini berhasil. Kemudian ihsan lari
kerumah rekannya untuk bersembunyi. Setelah itu Ihsan menghitung uang hasil rampokan, dan
memberikan uang kepada rekannya yang bernama Rahmad Syamsurizal dan istrinya Eni Erawati senilai
10 juta sebagai uang tutup mulut dan ucapan terima kasih telah disediakan tempat untuk bersembunyi.
Naas selang beberapa hari mereka bertiga tertangkap dan di sidangkan di pengadilan.

Jaksa Penuntut Umum (JPU), menuntut Ihsan dengan hukuman 12 tahun penjara. Sedangkan Rahmad
Syamsurizal bersama istrinya, Eni Erawati ,hany a dituntut tiga tahun, karena tidak terlibat langsung
dalam .

Dalam tuntutannya, JPU Gusnefi menyebutkan, kalau Ihsan sudah melanggar pasal 365 ayat 2 KUHP, dan
pasal 1 ayat 1 Undang-Undang RI nomor 12 tahun 1951 jo pasal 55 ayat 1 KUHP. Terdakwa melakukan
perampokan dan memiliki senjata tanpa izin. Ancaman hukuman 12 tahun, setimpal dengan
perbuatannya,” jelas Gusnefi. Sementara, Rahmad dan Eni tidak dihukum berat dikarenakan keduanya
tidak ikut serta dalam perampokan. Keduanya hanya menikmati hasil perampokan, serta menyediakan
tempat bagi perampok untuk berkumpul. JPU menyebutkan, Eni dan Rahmad menerima hasil rampokan
senilai Rp10 juta, yang dibelikan perhiasan emas dan uang tunai Rp1,1 juta.
Setelah membacakan tuntutan, ketiganya langsung digiring menuju sel tahanan. Ihsan, Rahmad dan Era,
diberikan waktu seminggu untuk menyusun pembelaannya secara tertulis, dan akan dibacakan pada
sidang, Senin depan. Bagaimana nasib anak-anak, kalau saya dan uda dipenjara. Mereka mau mengadu
sama siapa,? jelas Era sembari menangis.

Analisis :

Terdakwa Ihsan dikenai pasal 55 ayat (1) karena tindak pidananya ini termasuk dalam kasus penyertaan
yang pelakunya lebih dari satu orang, sehingga memenuhi rumusan pasal tersebut yang berbunyi :

Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:

1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan;

2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau
martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau
keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

Kedua terdakwa lain, Rahmad dan Eni, meski tidak terlibat langsung dalam perampokan yang dilakukan
terdakwa Ihsan, tapi mereka ikut membantu menyediakan tempat bagi terdakwa Ihsan serta menikmati
hasil rampokan. Maka, terdakwa Rahmad dan Eni termasuk dalam istilah medeplegen (turut melakukan)
dari pasal 56 KUHP dan memenuhi syarat bekerja sama. Bekerja sama ini terjadi sejak mereka
merancang niat untuk bekerja sama untuk melakukan perampokan.

Dipidana sebagai pembantu kejahatan:

1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;

2. mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau ke- terangan untuk melakukan kejahatan.

Untuk hukumannya dujelaskan pada pasal 57 :

(1) Dalam hal pembantuan, maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dikurangi sepertiga.

(2) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.

(3) Pidana tambahan bagi pembantuan sama dengan kejahatannya sendiri.

(4) Dalam menentukan pidana bagi pembantu, yang diperhitungkan hanya perbuatan yang sengaja
dipermudah atau diperlancar olehnya, beserta akibat-akibatnya.

Contoh Kasus 2 :

Suatu ketika Rohim berjalan-jalan di mall bersama temannya Rina. Saat jalan2 dia tertarik pada sepatu
New Era keluaran terbaru dan melihatnya, sepatu itu Rp. 300 ribu. Disaat bersamaan ada pembeli lain
yang akan membeli sepatu tersebut. Karena sakit perut, Pembeli pergi ke toilet dan menitipkan barang
tersebut di toko. Karena uang yang dimilki Rohim tidak ckup, maka dia ingin mengambil sepatu yang
sudah dibayar pembeli lain itu dengan menyuruh Rina temannya. Dia menyuruh mengambil sepatu yang
sudah dibelinya, padahal yang membeli adalah orang lain. Karena Rina tidak tahu dia langsung
mengambil saja sepatu itu dikasir. Karena pengamanan yang tidak begitu ketat, kasih begitu percaya saja
dan memberikan sepatunya kepada RinaTidak lama kemudian pembeli yang sudah membayar datang
dan mengambil sepatu. Sekita itu Rina sudah sampai di depan toko dan kasir berusaha mengejar dan
memberhentikan Rina. Rina ditangkap dan dimintai keterangan oleh satpam mall. Dan tidak lama
kemudian Rohim juga ditangkap saat mau keluar mall.

Analisis :

Dari contoh kasus diatas, maka Kejahatan tersebut dapat dikenakan kasus pidana penyertaan yang diatur
KUHP pasal 55 dan pasal 56 yaitu hanya pada Rohim saja. Untuk Rina tidak dihukum berdasarkan pasal
66 KUHP :

Dipidana sebagai pembantu kejahatan:

1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;

2. mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau ke- terangan untuk melakukan kejahatan.

Hal di atas karena Rina hanya orang yang disuruh dan tidak tahu kalau dibohongi jika sepatu tersebut
adalah milik Rohim.

Rohim dikenai hukuman sebagaimana pelanggaran yang dilakukan Rina. Hal ini dikarenakan pelaku atau
otak kejahatan adalah Rohim, sehingga Rohim dihukum sesuai pasal 55 :

(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:

1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan;

2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau
martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau
keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

(2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta
akibat-akibatnya.

Kesimpulan

Kasus yang melibatkan lebih dari satu orang pelaku disebut penyertaan, dan biasanya terdapat dalam
kasus perampokan.

Perampokan adalah pencurian yang diketahui oleh orang lain dan mengancam orang tersebut dengan
kekerasan. Pada kasus di atas, pelaku terdiri lebih dari satu orang, dan si pelaku utama mencuri dengan
menggunakan kekerasan.

Penyertaan diatur dalam pasal 55 dan 56 KUHP, sedangkan pembantuan diatur dalam pasal 56,57 dan 60
KUHP . Menurut pasal 55 KUHP terdapat 4 yang dapat dikategorikan sebagai pelaku dalam tindakan
penyertaan yaitu:

1. Orang yang melakukan (dader)

2. Orang yang menyuruh melakukan (doenpleger)

3. Orang yang turut melakukan (mededader)

4. Orang yang sengaja membujuk (uitlokker)


Untuk setiap orang yang melakukan, menyuruh melakukan, turut melakukan dan sengaja membujuk
memperoleh hukuman yang sama. Turut serta memiliki hal yang berbeda dengan pembantuan. Dalam
perbuatan turut serta mengikat siapapun yang terlibat dalam tindak pidana tersebut.

Jadi yang dimaksud dengan Penyertaan adalah seseorang yang melakukan, yang menyuruh melakukan,
dan yang turut serta melakukan perbuatan kejahatan yang telah direncanakan sebelumnya oleh pelaku
kejahatan.

3. Perbarengan (Concurcus)

a) Concurcus Idealis (Pasal 63 KUHP)

Contoh Kasus 1 :

Karena nafsu yang tidak tertahan karena habis melihat film Porno tadi malam, sebut saja RD telah
meluapkan nafsunya pada anak dibawah umur, sebut saja bunga. Peristiwa ini terjadi saat bunga dan
teman-temanya bernain dilapangan. RD sedang jalan2 meihat pemandangan, karena keadaan sepi, RD
mendekati Bunga, karena hanya dia yang dianggap cantik dan memiliki tubuh yang agak besar dari
teman lainnya, RD langsung melucuti pakaiannya terus memperkosa gadis 10 tahun itu di depan teman-
temannya. Teman-temannya tidak bisa apa-apa karena sudah diancam RD sebelumnya.

Analisis :

RD telah melanggar tindak pidana, disamping memperkosa dimuka umum (pasal 281) :

Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah:

1. barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;

2. barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ bertentangan dengan
kehendaknya, melanggar kesusilaan

dia juga telah melanggar pasal 290 tentang perbuatan cabul yaitu :

Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

1. barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya bahwa orang itu
pingsan atau tidak berdaya;

2. barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya, bahwa umumya belum lima belas tahun atau kalau umumya tidak jelas, yang bersangkutan
belum waktunya untuk dikawin

3. –
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa RD telah melanggar KUHP pasal 63
mengenai Perbarengan yang berbunyi :

(1) Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah
satu di antara aturan-aturan itu; jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana
pokok yang paling berat.

(2) Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula dalam aturan pidana
yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang diterapkan.

Maka dapat disimpulkan bahwa hukuman yang dijatukan kepada RD adalah hukuman yang terberat yaitu
pada pasal 290, hukumannya adalah maksimal 7 tahun penjara.

Contoh kasus 2

DM ingin merampok rumahn majikannya sebut saja namanya ED. Niatnya dilakukan pada hari jumat
pukul 12.00 tepatnya saat ED sedang lengah menyelesaikan arsip / berkas kantor hariannya. Kemudian
DM mulai memasuki rumah ED dan mulai menjalankan aksinya tersebut. Saat DM melihat-lihat sekelilig
rumah majikannya, keadaan rumah majikannya begitu sepi dan mendorong niat untuk mencuri semakin
kuat. Alhasil perbuatannya dilihat oleh majikannya. Dan majikannya berteriak keras. Tapi untuk
menghentikan teriakannya itu maka ED membungkam mulut majikannya, tapi majikannya semakin
meronta keras. tanpa piker panjang DM menghabisi sang korban dengan tusukan tepat diperutnya
menggunakan pisau di atas meja. Seketika itu korban mati dan DM menguras habis harta benda seluruh
isi rumah.

Analisis :

Berdasarkan peristiwa di atas maka dapat dianalisis bahwa Pelaku dapat dijerat dengan pasal tentang
pencurian yaitu pasal 362 :

Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

Dan pidana pembunuhan (pasal 338) dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara :

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.

Berdasarkan ancaman hukuman diatas maka hukuman terberat adalah ancaman hukuman pembunuhan
yaitu 15 tahun. Sehingga Pelaku dihukum menggunakan asas sistem absorpsi.

Kesimpulan :

Jadi yang dimaksud dengan Concurcus Idealis adalah seseorang yang melakukan satu perbuatan tetapi
melanggar lebih dari satu pasal dalam KUHP atau UU lainnya, dengan hukuman yang dijatuhkan adalah
yang terberat dari pasal-pasal yang mengaturnya (sistem absorpsi).
b) Concurcus Realis (Pasal 65 KUHP)

Contoh Kasus 1 :

Argo adalah pelaku pencurian dirumah mewah perumahan di Royal Regency. Mereka tidak hanya
mencuri, tetapi memperkosa anak Pemilik rumah yang berumur 17 tahun dengan menampar terlebih
dulu sampai pinsan. Dan juga membunuh satpam dengan tembakan karena mencoba melawan.
Keesokan harinya pelaku dapat dibekuk oleh polisi setempat. Dan akhirnya pelaku di siding di pengadilan
Surabaya. Para keluarga korban meminta agar pelaku di hukum berat dengan hukuman mati.

Analisis :

Berdasarkan kasus di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaku Argo telah melakukan tindak pidana
berupa :

1. Pencurian

2. Pemerkosaan

3. Pembunuhan

Pelaku dapat dijerat dengan pasal tentang pencurian yaitu pasal 362 :

Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

Dengan hukuman 5 tahun penjara. Ke-2 yaitu tentang pemerkosaan (pasal 290) dengan hukuman 7
tahun penjara dan pidana pembunuhan (pasal 338) dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.

Berdasarkan ancaman ketiga pidana di atas maka dapat disimpulkan bahwa hukuman yang diberikan
tidak boleh melebihi hukuman terberat (15 tahun) di tambah 1/3 hukuman terberat (5 tahun ) yaitu 20
tahun. Oleh karena itu, maksimal hukuman yang diberikan Argo maksimal 20 tahun penjara.

Kesimpulan :

Jadi yang dimaksud dengan Concurcus Realis adalah seseorang yang melakukan tindak pidana lebih dari
1 kejahatan yang berbeda dan dapat disidangkan sekaligus dalam 1 waktu bersamaan dengan system
hukuman pidana tidak boleh lebih dari hukuman terberat yang ditambah 1/3 dari hukuman terbarat
(sistem absorpsi terberat).

c) Perbuatan Lanjutan (Pasal 63 KUHP)

Contoh Kasus 1

Andik memegang uang kasnya budi, karena tergiur jumlahnya yang banyak yaitu Rp. 600.000.000, 00.
Maka andik berniat untuk bisa menguasai kesemua uang tersebut. sehingga dengan niat yang kuat dan
menggebu – gebu, Andik berniat untuk mencuri uang kas tersebut. maka untuk mewujudkan niatnya,
andik mulai melaksanakan kehendaknya untuk mencuri uang kas tersebut. agar budi tidak curiga dan
perbuatannya tercapai, maka ia mengambil uang kas tersebut, secara bertahap / beberapa kali namun
dalam interval waktu yang tak lama yakni selama 3 hari. Dengan cara hari pertama mengambil
200.000.000,00 hari ke 2 mengambil 200.000.000,00 dan hari ke – 3 mengambil 200.000,00,00. Sehingga
jumlah uangnya genap Rp. 600.000.000. 00.

Analisis :

Contoh diatas termasuk perbuatan lanjutan karena :

1. Andik melakukan perbuatannya untuk mencuri uang tersebut dengan cara berulang

2. Perbuatan berupa kejahatan / pelanggaran yang berdri sendiri

3. Ada kaitannya / hubungan antara satu keputusan kehendak yang dilarang, perbuatannya sejenis
yakni ingim mencuri uang kas, dan interwaktunya juga tidak terlalu lama yakni dalam kurun waktu 3 hari
dengan tujuan mencuri / menguasai uang sebesar Rp. 600.000.000,00.

Adapun dasar hukum yang sesuai dengan kasus ini diatur dalam pasal 64 KUHP, yang rumusannya
sebagai berikut :

“ jika beberapa perbuatan perhubungan, sehingga demikian harus dipandang sebagai satu perbuatan
yang diteruskan, maka hanya ada satu ketentuan pidana saja yang digunakan walaupun masing – masing
perbuatan itu menjadi kenjahatan atau pelanggaran, jika hukumannya berlainan, maka yang digunakan
ialah peraturan terberat hukuman utamanya ”.

Contoh Kasus 2 :

Dio ingin mencuri suatu tumpukan batu bata, akan tetapi Dio tidak sanggup mengangkut batu itu sekali
jalan. Jadi, Dio terpaksa beberapa kali mondar mandir dengan gerobaknya untuk mengangkut batu bata
itu semuanya. Perbuatan mencuri batu bata itu dapat dia selesaikan dalam interval waktu yang tidah
terlalu lama.

Analisis :

Dari hal-hal tersebut maka point yang menjadi pegangan untuk menyebut adanya suatu perbuatan
berlanjut adalah :

Terdakwa melakukan beberapa perbuatan (kejahatan atau pelanggaran) yang sejenis, berasal dari satu
keputusan kehendak dan dilakukan dalam tenggang waktu yang tidak terlalu lama.

Adapun dasar hukum yang sesuai dengan kasus ini diatur dalam pasal 64 KUHP, yang rumusannya
sebagai berikut :

“ jika beberapa perbuatan perhubungan, sehingga demikian harus dipandang sebagai satu perbuatan
yang diteruskan, maka hanya ada satu ketentuan pidana saja yang digunakan walaupun masing – masing
perbuatan itu menjadi kenjahatan atau pelanggaran, jika hukumannya berlainan, maka yang digunakan
ialah peraturan terberat hukuman utamanya ”.

Kesimpulan :
Berdasarkan ke-2 contoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwasannya perbuatan lanjutan adalah suatu
bentuk perbutan yang berupa kejahatan / pelanggaran yang dilakukan secara berulang – ulang serta
dilakukan oleh seseorang dalam waktu interval yang tidak terlalu lama.

Wednesday, 02 May 2012 17:24


Prabumulih, Palembang Pos.-
Pengadilan Negeri (PN) Prabumulih menggelar sidang perdana perkara percobaan perampokan
terhadap pemilik Toko Emas Sinar Jaya, Amin bin Aman, warga Jalan Jendral Sudirman
Kelurahan Pasar I Kecamatan Prabumulih Utara, Rabu (02/05) sekitar pukul 12.30 WIB.
Duduk sebagai terdakwa dalam perkara tersebut, Juwandie (36), warga Jl Jendral Sudirman
Kelurahan Muara Dua Kecamatan Prabumulih Timur, dan Soerinto (38), warga Jl Rama Gang
Tunggal Kelurahan Muara Dua Kecamatan Prabumulih Timur. Selama menjalani persidangan
kedua terdakwa didampingi oleh kuasa hukumnya.

Sidang dipimpin Ketua Pengadilan Negeri Prabumulih, Nun Suhaini SH MH, hakim anggota
Aris Fitra Wijaya SH dan Nugraha Medika Perkasa SH dan Panitera Budi Suarno SH.
Agendanya mendengar dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang dibacakan Kholil Sahari SH
dan Harry SH.
Dalam dakwaannya, JPU menyatakan kedua terdakwa, didakwa pasal tunggal yakni pasal 365
(2) ke-1 KUH Pidana junto pasal 53 (1) KUH Pidana. “Bahwa kedua terdakwa mencoba
melakukan kejahatan, mengambil barang sesuatu yang seluruhnya, atau sebagian kepunyaan
orang lain. Maksudnya untuk dimiliki secara melawan hukum, yang didahului, disertai atau
diikuti dengan kekerasan, atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk
mempermudah pencurian, pada waktu malam hari dalam sebuah rumah, dilakukan oleh dua
orang,” ujar JPU membacakan dakwaan.
Lebih lanjut JPU menyatakan, perbuatan kedua terdakwa diatur dalam Pasal 365 (2). “Perbuatan
kedua terdakwa, sebagaimana diatur dan diancam dalam pasal 365 (2) ke-1 KUH Pidana junto
pasal 53 (1) KUH Pidana,” sambung JPU.
Usai pembacaan, dakwaan majelis hakim menyatakan menunda persidangan dan akan kembali
dilanjutkan, Kamis (10/05) dengan memerintahkan JPU menghadirkan saksi.
“Sidang kita tunda, dan dilanjutkan, Kamis depan agenda pemeriksaan saksi yang akan
dihadirkan JPU. Terdakwa silakan kembali keruang tahanan,” pungkas Ketua Majelis seraya
mengetukkan palu tanda berakhirnya persidangan.
Sekedar mengingatkan, kedua terdakwa diseret ke meja hijau, setelah keduanya mencoba
melakukan percobaan pencurian terhadap toko mas Sinar Jaya pada 3 Februari lalu. Lantaran
mendapat perlawanan dan diteriaki oleh korban Amin (pemilik toko mas, red) keduanya berhasil
kabur.
Namun selang berapa menit, terdakwa Soerinto menyerahkan diri kepada kepolisan, dari
pengakuan Soerinto, dan berdasarkan rekaman kamera CCTV yang terpasang ditoko korban, tiga
minggu kemudian terdakwa Juwandie, yang diduga sebagai otak pelaku, berhasil dirinngkus
Satuan Reskrim Prabumulih pimpinan AKP Raphael Lingga ST SH.

Identifikasi masing kasus Percobaan Perampokan Toko Emas, berdasarkan :


1. Pelaku
Juwandie (36), warga Jl Jendral Sudirman Kelurahan Muara Dua Kecamatan Prabumulih
Timur, dan Soerinto (38), warga Jl Rama Gang Tunggal Kelurahan Muara Dua Kecamatan
Prabumulih Timur.
2. Tindak Pidana
Percobaan Perampokan Toko Emas memenuhi unsur tindak pidana karena ada niat untuk
melakukan perampokan, sifat melawan hukum karena merampok merupakan suatu kejahatan,
ada orang atau pelaku yaitu Juwandie dan Soerinto. Keduanya mencoba melakukan percobaan
pencurian terhadap pemilik Toko Emas Sinar Jaya, Amin bin Aman, warga Jalan Jendral
Sudirman Kelurahan Pasar I Kecamatan Prabumulih Utara, Rabu (02/05) sekitar pukul 12.30
WIB.
3. Akibat dari tindak pidana tersebut diatas
Didakwa pasal tunggal yakni pasal 365 (1) KUH Pidana junto pasal 53 (1) KUH Pidana.
“Bahwa kedua terdakwa mencoba melakukan kejahatan, mengambil barang sesuatu yang
seluruhnya, atau sebagian kepunyaan orang lain. Maksudnya untuk dimiliki secara melawan
hukum, yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan, atau ancaman kekerasan,
terhadap orang dengan maksud untuk mempermudah pencurian, pada waktu malam hari dalam
sebuah rumah, dilakukan oleh dua orang”.
Perbuatan kedua terdakwa tersebut juga dapat diatur dalam Pasal 365 (2) dengan hukuman
penjara selama – lamanya 12 tahun. Ini diperjelas dengan pasal 365 (2) 1e, dan 2e, bahwa
perbuatan tersebut dilakukan pada malam hari dan dilakukan oleh dua orang bersama-sama.
Jadi hukuman yang diberikan kepada terdakwa menurut pasal pidana tersebut selama 12
tahun tetapi karena adanya unsur percobaan seperti yang terdapat dalam pasal 53 ayat 1 yang
berbunyi “Percobaan untuk melakukan kejahatan terancam hukuman, bila maksud si pembuat
sudah nyata dengan dimulainya perbuatan itu dan perbuatan itu tidak sampai selesai hanyalah
lantaran hal yang tidak bergantung dari kemauannya sendiri”
Dan diperjelas lagi dalam pasal 53 ayat 2 “Maksimum hukuman utama, yang diadakan
bagi kejahatan dikurangkan dengan sepertiganya dalam hal percobaan”, maka hukuman bagi
terdakwa seharusnya selama 8 tahun. Hal ini karena sepertiga dari 12 tahun adalah 4 tahun, dan
karena percobaan maka 12 tahun dikurangi sepertiganya yaitu 4 tahun, ancaman hukumannya
menjadi 8 tahun.

Anda mungkin juga menyukai