perubahan
masyarakat
untuk
perubahan
norma
hukum
(ius
constituendum).
4. Simons dan Van Hamel menyatakan, bahwa ilmu hukum pidana tidak cukup apabila
hanya bersifat dogmatis, hukum pidana terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
menanggulangi kejahatan.
5. HK Pidana dalam arti subyektif (Ius Puniedi), berisi hak negara untuk:
a. Menjatuhkan sanksi (menghukum) bagi pelanggarnya,
b. Melaksanakan hukuman.
D. Sumber HK Pidana :
a. Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP), BK 1 (psl 1 s-d 103) ketentuan umum, BK 2 (ps
104 s-d 488) Kejahatan, BK 3 (psl 499 s-d 569) Pelanggaran).
b. Peraturan perundangan lain (diluar KUHP) yang mengancam sanksi pidana bagi
pelanggarnya
E. Tujuan HK Pidana :
1. Klasik : Melindungi anggota masyarakat dari tindakan negara yang sewenang-wenang,
Dasar pijakan aliran klasik :
a. Asas legalitas, tiada pidana dan tuntutan pidana tanpa peraturan perundangan yang telah
berlaku sebelumnya.
b. Asas kesalahan, orang hanya dapat dikenai sanksi pidana karena kesengajaan atau
kealpaan.
c. Pembalasan, pidana dijatuhkan sebagai balasan atas perbuatan yang telah dilakukan.
2. Modern : Melindungi anggota masyarakat dari kejahatan, dasar pijakan aliran modern :
a. Fungsi HK Pidana untuk memerangi kejahatan sebagai gejala masyarakat.
b. HK Pidana harus memperhatikan ilmu lainnya, seperti sosiologi, kriminologi, antropologi
hukum, ekonomi, dll.
c. Pidana bukan satu-satunya untuk memerangi kejahatan, (Pidana sebagai ultimum
remidium, bukan sebagai primum remidium).
Delik Hukum : Recht Delict = kejahatan ( hati nurani sudah merasakan perbuatan
itu adalah hal buruk)
Kejahatan merupakan ketidak adilan, oleh sebab itu harus dibalas dengan ketidak
adilan pula (Pembalasan subyektif).
2.
Kejahatan menimbulkan rasa tidak puas dalam kehidupan masyarakat, oleh sebab
itu harus dijatuhi pidana, sebagai upaya pengembalian kepuasaan dalam masyarakat
(Pembalasan obyektif).
3.
4. Kejahatan merupakan bentuk perlawanan terhadap negara, oleh sebab itu penjahat perlu
dihukum untuk menjaga, menciptakan ketertiban.
2.
3.
Memperbaiki pelaku.
4.
Memulihkan kerugian.
5. Menyingkirkan pelaku.
J. Pembagaian HK Pidana :
1. Hk Pidana Umum (Ius Commune) : Hk pidana yang berlaku pada setiap orang (KUHP)
dan Hk Pidana Khusus ( Ius Specialle) : Hk berlaku secara khusus (Hk Pajak, Hk Pidana
militer, Lingkungan, korupsi dlsb).
2. Hk Pidana yang dikodifikasikan (KUHP) dan yang tidak dikodifikasikan (diluar KUHP).
3. HK pidana umum dan Hk pidana setempat (Perda)
4. HK pidana umum masih tetap berlaku, sepanjang tidak ditentukan secara khusus.
II. Perbuatan Pidana dan Beberapa Asas Hukum Pidana.
A. Istilah Perbuatan Pidana
Ada beberapa istilah dalam hukum pidana dalam menentukan hal tersebut dapat dipidana
atau tidak, yakni istilah strafbaar van heit feit (dapat dipidana perbuatan pidana) dan istilah
strafbaar vande dader (dapat dipidana pelaku pidana). Karena di Indonesia PERBUATAN
PIDANA dan PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DI PISAH.
Perbuatan pidana di dalamnya melekat Asas Legalitas dan orang dapat dipidana
dapat di
pertanggunjawabkan.
2. Melawan Hukum.
3. Dapat Dicela.
Dari ketiga elemen itu Perbuatan Pidana memiliki elemen Memenuhi Unsur Delik dan
Pertanggungjawaban Pidana memiliki elemen Melawan Hukum dan Dapat dicela.
Menurut Prof. Mulyatno, elemen Perbuatan Pidana :
1. Kelakuan dan Akibat.
2. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan.
Cth: delik meyebabkan kematian, jika tidak mati maka tidak dapat dipidana.
3. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana.
Cth: mencuri dalam keadaan bencana.
4. Obyektief Onrechtsalement ( elemen melawan hukum objektif)
5. Subyektif Onrechtsalement ( elemen melawan hukum subjektif)
* untuk mengetahui elemen Melawan Hukum Subyaktif harus ada elemen Melawan hukum
Objektif.
*elemen melawan hukum subjektif = niat.
*elemen melawan hukum objektif = perbuatan konkrit.
*elemen Perbuatan hukum : nomor 1,2,3.
*elemen pertanggungjawaban : nomor 4 dan 5.
C. Sejarah Asas Legalitas
Tujuan hukum pidana menurut aliran klasik adalah melindungi anggota masyarakat dari
tindakan sewenag-wenang. Jadi seseorang tidak dapat dipidana kecuali ada peraturannya.
-Nullum Delictum, Nulla Poena Sine Lege Praveia : tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa
undang-undang
sebelumnya.
*berdasar code penal prancis pasal 4.
4 Syarat/Makna Asas Legalitas menurut Machtobold :
1. Nullum Crimen,Nulla Poena, Sine lege Praevia
Perbuatan hanya dapat dipidana sepanjang ketentuan Pidana tersebut telah ditentukan
sebelum perbuatan itu dilakukan.
Non retroaktif = tidak boleh berlaku surut
2. Nullum Crimen, Nulla Poena, Sine Lege Scripta
Tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana, tanpa undang-undang pidana yang tertulis.
(lex scripta) = tertulis
3. Nullum Crimen, Nulla Poena, Sine Lege Certa
Tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana, tanpa undang-undang yang Jelas.
4. Nullum Crimen, Nulla Poena, Sine Lege Stricta
Tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana, tanpa Undang-undang yang ketat.
Maksudnya tidak boleh diterapkan dengan analogi atau perluasan.
Menurut Prof, Mulyatno :
1. Tidak boleh surut
2.Harus tertulis
3.ditafsirkan secara ketat.
Menurut Groenhvijsen :
1. berdasar undang-undang
2.tidak berlaku surut
3.harus jelas
4. tidak bedasar analogi.
Tidak hanya menyangkut sansi pidana semata tetapi juga menyangkut dapat-tidak
dituntutnya suatu perbuatan.
*Lex Favor Reo = Jika ada perubahan UU, maka aturan yang digunakan aturan yang
menguntungkan.
Pembatasan Lex Temporis Delicti di Inggris dan Swedia:
- inggris : jika terjadi perubahan perundang-undangan, terdakwa diadili denga menggunakan
aturan hk. Yg lama.
- swedia: jika terjadi hal yang sama dengan diatas maka terdakwa diadili dengan hukum baru.
Asas Kejahatan Ganda
-Seseorang bisa dipidana disuatu negara apa bila negara asal dan negara tempat dilakukannya
perbuatan pidana sama-sama menganggap perbuatan tersebut perbuatan pidana.
G. Asas Teritorial
- Hukum pidana indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan perbuatan pidana di
indonesia.
Pengecualian atas Asas Teritorial :
a. Terhadap Orang :
1. Kepala Negara ( Par In Parem In Hebet In Perium)
- Kepala Negara yang melakukan perbuatan pidana, tidak dapat di pidana dengan
hukum negara lain melainkan dengan hukum negara asalnya.
2. Duta Besar dan Konsul serta Diplomat.
3. Petugas Lembaga internasional.
b. Terhadap Tempat :
1. Wilayah Kedutaan Besar
2. Wilayah Angkatan Bersenjata ( Kapal Perang & Pesawat Tempur)
3. Kapal Berbendera Negara Asing.
- Kapal Laut :
o Menggunakan hukum kapal tersebut apabila sedang berada di laut
lepas.
o Menggunakan hukum negara lain apabila kapal sudah berada di
wilayah teritorial negara lain.
- Pesawat : menggunakan hukum negara pesawat selama sedang in flight.
* in flight : sejak pintu pesawat ditutup sampai nantinya dibuka kembali.
Perluasan Berdasarkan Prinsip Proteksi.
- Hukum Pidana indonesia berlaku atas perbuatan pidana yang melanggar ka=eamanan
dan integritas atau kepentigan vital ekonomi atau kepentingan lainnya yang hendak
dilindungi yang diluar wilayah Indonesia.
- Dalam arti yang luas Pertanggungjawaban Pidana dan Kesalahan memiliki arti yang
sama, dalam arti yang sempit itu berbeda, karena pertanggungjawaban pidana lebih
kepada kejiwaan sedangkan kesalahan lebih kepada dapat di cela atau tidak.
*D. Simons = perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana yang dilakukan
oleh orang yang mampu bertanggung jawab. ( een strafbaar gestelde, onrechtmatige, met
schuld verband staande handeling van een toerekengsvat baar persoon).
Jadi unsurnya :
- Perbuatan manusia (positif/negatif)
- Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld)
- Melawan hukum ( onrechtmatige)
- Dilakukan dengan kesalahan.
- Oleh orang yang mampu bertanggung jawab.
Unsur Objektif :
1. Perbuatan Orang.
2. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu.
3.Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu.
Unsur Subjektif :
1. Orang yang mampu bertanggung jawab
2. Adanya kesalahan (dolus/culpa)
(?) apa yang dimaksud dengan Toerekeningsvatbaar?
- Berkaitan dengan keadaan jiwa seseorang ketika melakukan perbuatan. keadaan jiwa yg
bagaimana? Keadaan jiwa sedemikian rupa sehingga dapat mengerti atau mengetahui
nilai dari perbuatannya dan juga mengerti akan akibatnya.
- Keadaan jiwa sedemikian rupa sehingga dapat menentukan kehendaknya.
Kehendak dapat berupa kehendak bebas (determinisme) dan kehendak tidak bebas
(indeterminisme)
- Orang itu dapat menyadari/mengisyafi bahwa perbuatannya dilarang/tidak dapat
dibenarkan.
*ada pertentangan antara : - kewajiban hukum dengan kepentingan umum.
- kewajiban hukum dengan kewajiban hukum.
Sikap UU terhadap Toerekeningsvatbaar
- Tidak setiap delik menyatakan dengan tegas harus dilakukan oleh orang yang dapat di
prtanggungjawabkan.
- Toerekeningsvatbaar harus dianggap ada pada setiau delict.
- Disebut dengan unsur yang diam pada delict ( stilzwijgend element van elk delict)
- Unsur ini akan dibuktikan jika ada keraguan mengenai toerekeningsvatbaar pada seseorang.
akibatnya ( erfolgstrafrecht)
Sekarang,
- Hukum pidana berpijak pada perbuatan juga orangnya, artinya harus dilihat dari
kesalahannya.
Pidana = Tindak Pidana + Kesalahan + Tujuan Pidana
*Untuk menjatuhkan pidana pada seseorang diperukan adanya asas legalitas dan
culpabilitas.
Golongan ketiga : ada atua tidaknya kebebasan kehendak untuk hukum pidana tidak
menjadi soal (irrelevan). Kesalahan orang tidak dihubungkan dengan ada atau tidaknya
kehendak bebas.
Pengertian Kesalahan
Bisa dilihat dari segi :
- Pengertian Matematis, misalnya kesalahan penghitungan.
- Pengertian Psychologis, kesalahan adalah hubungan bathin antara pembuat dan
perbuatannya dalam bentuk kealpaan / kesengajaan.
- Pengertian Normatif, kesalahan, hubungan bathin antara pembuat & perbuatan harus
dinilai dari nilai-nilai yang ada di masyarakat untuk kemudian dapat ditentukan perbuatan
seseorang tadi dapat dicela atau tidak.
* Dalam hukum, untuk menilai tindakan seseorang dilihat dari hal yang tampak/di
akibatkan.
Unsur Kesalahan
- melakukan perbuatan melawan hukum.
- adanya kemampuan bertanggung jawab si pelaku.
- hubungan bathin antara pembuat dan perbuatannya.
- tidak ada alasan yang menghapuskan kesalahan/tidak ada alasan pemaaf.
Kesengajaan & Kealpaan
- Unsur kedua dari kesalahan adalah hubungan bathin antara si pembuat terhadap
perbuatan yang dapat berupa sengaja/kealpaan.
- Dalam KUHP tidak ada definisi yang pasti, kesengajaan itu berdasar keinginan.
Teori mengenai kesengajaan :
1. Teori Kehendak ( Will Teori ), kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsurunsur delik yang ditentukan UU.
2. Teori Pengetahuan/Membayangkan ( Voorstellings Theorie), sengaja berarti
membayangkan akan menimbulkan akibat dari perbuatannya; orang tidak bisa
menghendaki
akibat,
melainkan
hanya
dapat
membayangkannya.
Teori
ini
Alasan Pembenar :
Alasan Pemaaf :
sah.
Pidana Anak :
Umur 8-12 tahun : diberi hukuman berupa tindakan (matrecht)
Umur 12-18 tahun : diberi hukuman pidana dan tindakan.
- Menurut Roeslan Saleh : pidana adalah reaksi atas delik, dan berujud suatu nestapa yang
dengan sengaja di timpakan negara kepada pembuat delik.
*Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pidana mengandung unsur :
1. Pidana pada hakekatnya merupakan pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibatakibat lain yang tidak menyenangkan.
2. Pidana diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang berwenang.
3. Pidana itu dikenakan kepada orang yang melakukan tindak pidana menurut UU (Asas
Legalitas)
Pemidanaan
- penjatuhan pidana oleh hakim.
Tujuan Pemidanaan :
1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi
pengayoman masyarakat.
Prefensi spesial : ditujukan bagi pelaku
Prefensi general : ditujukan bagi masyarakat untuk mencegah pelaku.
2. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi
orang baik dan berguna.
3. Menyelesaikan konflik yg ditimbulkan oleh pelaku tindak pidana, memulihkan
Teori Pemidanaan
1. Teori Absolut
Disebut juga dengan teori pembalasan/Retrinutif teori, pidana itu dijatuhkan semata-mata
karena seseorang telah melakukan kejahatan/tindak pidana.
*dasar pembenarannya terletak pada kejahatan.
Penganutnya :
- Immanuel Kant, pidana sebagai kategorische Imperatif yakni seseorang harus
dipidana oleh hakim karena telah melakukan kejahatan. Pidana nukan merupakan
alat untuk mencapai suatu tujuan, ,melainkan mencerminkan keadilan. (Backward
Looking)
*Tidak melihat dari akibat perbuatan, melainkan dari kejahatan yang dilakukan.
- Hegel, pidana adalah keharusan logis sebagai konsekuensi adanya kejahatan.
2. Teori Relatif
Disebut juga dengan Teori Tujuan ( Utilitarian Theory ), pidana bukanlah sekedar untuk
melakukan pembalasan pada orang yang melakukan tindak pidana, tapi mempunyai
tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat. ( forward Looking).
3. Teori Gabungan (Pellegrino Rossi)
Pembalasan merupakan asas dari pidana bahwa beratnya pidana tidak boleh
melebihi/melampaui suatu pembalasan yang adil, namun pidana mempunyai berbagai
pengaruh antara lain perbaikan sesuatu yang rusak dalam masyarakat dan prefensi
general.
Jenis-Jenis Pidana
a) Pidana Pokok
1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana denda
5. Pidana tutupan
b) Pidana Tambahan ( tidak bisa berdiri sendiri,harus ada pidana pokok)
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman keputusan hakim
1. Pidana Mati
- Diberikan untuk delik-delik tertentu.
Ada 3 kelompok terhadap pidana mati ini, yakni :
1.Kelompok Retentionis, Berpandangan tetap mempertahankan pidana mati dalam stlesel
pemidanaan.
2. Kelompok Abolisionis, Berpandangan bahwa pidana mati dihapuskan.
3.Kelompok Abolisionis De Facto, berpandangan tetap mempertahankan dan
mencantumkan pidana mati dalam stlesel pemidanaan tetapi tidak untuk diterapkan.
Dalam KUHP penerapan pidana mati terdapat dalam pasal :
- pasal 104, pasal 340, pasal 365, pasal 111, pasal 124.
2. Pidana Penjara
- Bentuk pidana kehilangan kemerdekaan.
Pidana Penjara dibagi menjadi :
1. Pidana penjara seumur hidup
2. Pidana penjara dalam waktu tertentu
* Pidana penjara paling singkat adalah 1 hari dan paling lama adalah 15 tahun dan bisa
menjadi 20 tahun dengan pemberatan.
3. Pidana Kurungan
- ketereangan dalam pasal 10 jo. 69 ayat 1 KUHP, disebutkan bahwa perbandingan beratnya
pidana pokok yang tidak sejenis ditentukan menurut urutan dalam pasal 10.
* pidana kurungan paling singkat 1 hari dan paling lama 1 tahun dan 1 tahun 4 bulan dengan
pemberatan.
4. Pidana Denda
- merupakan satu-satunya pidana yang dapat di pikul orang lain.
- diperuntukan hampir semua pelanggaran dalam buku III KUHP dan ada juga dalam buku
II KUHP yg bersifat kealpaan/culpa.
* jika tidak bisa membayar denda, maka dapat digantikan menjadi pidana kurungan
pengganti denda. Paling lama 6 bulan dan jika ada pemberatan menjadi 8 bulan maksimal.
5. Pidana Tutupan (uu no.20/46)
- muncul karena adanya kejahatan politik pada masa itu. Jadi disediakan bagi para politisi
yang melakukan kejahatan yang disebabkan oleh ideologi yg dianutnya.
* pelaksanaan pidana tutupan tercantum dalam pp. No 8/48.
- pidana tutupan dilakukan di Rumah Tutupan
- pidana tutupan baru 1 kali terjadi dalam peristiwa 30 juli 46
Pidana Tambahan (psl 10 KUHP butir b)
- bersifat menambah pidana pokok yang dijatuhkan dan bersifat fakultatif, boleh ada boleh
tidak, namun ada beberapa pidana tambahan yang berisfat imperatif jadi harus dipaksakan.
Misl dlm pasal 250 bis,261, 275.
1. Pencabutan Hak-hak tertentu
Lamanya pencabutan hak :
Dalam hal pidana mati dan penjara seumur hidup, lamanya seumur hidup
Pidana penjara waktu tertentu dan pidana kurungan, lamanya paling singkat 2 tahun
dan paling lama 5 tahun lebih lama dari pidana pokoknya.
Pidana denda, paling sedikit 2 tahun, paling lama 5 tahun.
* pencabutan hak bukan berlaku ketika hakim menjatuhkan vonis, melainkan ketika
putusan itu sudah bisa dijalankan.
2. Perampasan barang-barang tertentu
- perampasan barang mencakup barang-barang yang didapat dari hasil tindak pidana/karena
kejahatan.
- Barang-barang yang dengan sengaja digunakan untuk melakukan kejahatan.
3. Pengumuman Keputusan Hakim
Disebut juga dengan publikasi ekstra, sifat fakultatif namun ada yang imperatif.
Sanksi Tindakan
- penempatan di RS jiwa bagi orang yang tidak dapat dipertanggungjawakan karena jiwanya
cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit.
- sanksi tindakan tidak ada pencelaan dan lebih dipandang mendidik.
- sanksi tindakan orientasinya pada ide perlindungan masyarakat.
Pidana Bersyarat (pasal 14 A- 14F KUHP)
Hanya dapat dibarikan dalam hal hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama 1 tahun atau
kurungan ( tidak termasuk kurungan pengganti) termasuk pidana denda dgn pembatasan apabial
pidana denda yang diperintahkan dalam putusan itu menimbulkan keberatan yang sangat bagi
terpidana.
- Syarat Umum : bahwa dalam masa percobaan terpidana tidak boleh melakukan delik apapun.
- Syarat Khusus : mis. Penggantian kerugian (diberikan oleh hakim)
* yang melakukan pengawasan dilakukan oleh eksekutor, yakni jaksa.
Tujuan pidana bersyarat: untuk memprbaiki terpidana dengan kesempatan berada diluar
tembok lapas agar tidak terpengaruh oleh terpidana lapas.
*Masa percobaan 3 tahun bagi pasal 492,504,505,506,536 selain pasal tersebut 2 tahun.
Pelepasan Bersyarat
- Terpidana telah menjalani pidananya, pelepasan bersyarat tidak diharuskan.
- pelepasan bersyarat dapat dilakukan apabila terpidana sekurang-kurangnya telah menjalani 2/3
masa pidananya atau 9 bulan paling sedikit.
*syarat umum = terpidana tidak melakukan tindak pidana.
Tujuan Pelepasan Bersyarat :
- untuk memudahkan terpidana kembali kemasyarakat.
- mendorong terpidana untuk berkelakuan baik.