15 Februari 2018
Pidana : penderitaan / nestapa yang diberikan oleh pihak yang berwenang kepada
mereka yang melanggar hukum pidana.
Sudarto : Hukum pidana memuat aturan – aturan hukum yang mengikatkan kepada
perubahan – perubahan yang memenuhi syarat tertentu suatu akibat yang
berupa pidana.
b. Menetapkan dan mengumumkan reaksi apa yang diterima oleh orang yang
melakukan perbuatan itu.
Hukum pidana adalah sejumlah peraturan yang merupakan bagian dari hukum positif
yang mengandung larangan – larangan dan keharusan – keharusan yang ditentukan oleh
kekuasaan lain yang berwenang untuk mennetukan peraturan – peraturan pidana. Larangan
dan keharusan itu disertai dengan ancaman pidana dan apabila hal ini dilanggar timbullah hak
negara untuk melakukan tuntutan menjatuhkan pidana dan melaksanakan pidana.
Hukum pidana dalam arti objektif ialah sejumlah peraturan yang mengandung larangan –
larangan / keharusan terhadap pelanggarnya diancam dengan hukuman. Dalam arti objektif
hukum pidana terbagi dua lagi, yaitu :
Hukum pidana materil berisi siapa yang harus, apa yang harus dipidana, dan
berapa lama harus dipidana (KUHP)
Hukum pidana formil berisi bagaiman cara alat negara ini membawa pelaku ke
pengadilan untuk diperiksa, diadili dan diputus (KUHAP)
Hukum Pidana arti subjektif berisi peraturan tentang hak negara / ius punendi untuk
menghukum seseorang yang melakukan perbuatan dilarang.
Hubungan hukum pidana arti objektif dan arti subjektif adalah hukum pidana arti objektif
baru bisa dilaksanakan apabila hukum pidana arti subjektif dilanggar.
Mulyatno :
Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di seluruh
negara yang mengadakan dasar – dasar dan aturan – aturan untuk :
1. Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, dilarang, disertai ancaman
dan sanksi yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal – hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan itu pada mereka yang dapat dikenakan pidana tertentu. Dasar – dasar
penghapus pidana terdapat dasar pemaaf dan pembenar.
3. Menentukan dengan cara bagaimana penggunaan pidana itu dapat dilakukan apabila
ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut
Pengertian tindak pidana menurut Mulyatno adalah perbuatan yang oleh hukum
pidana dilarang dan diancam oleh pidana.
Delik Pelanggaran (bulanan)
Delik Kejahatan (tahunan)
Pelanggaran Hukum Pidana terbagi dua kelompok yaitu :
Norma berisikan suatu ketentuan mengenai tingkah laku yang harus ditaati oleh setiap
orang dalam pergaulan mereka di masyarakat. Norma berbentuk larangan dan keharusan.
Pelanggaran terhadap peraturan hidup itu dikenal sanksi yang tegas dan tajam.
Sanksi mengandung ini suatu ancaman pidana, sanksi merupakan akibat hukum
karena dilanggarnya suatu norma. Sanksi jaminan agar norma ditaati.
KBBI : tercantum delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukum karena merupakan
pelanggaran UU tindak pidana.
Kesimpulan : Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana
diancam pidana.
Kita menganut asas legalitas yakni bahwa tiap – tiap perbuatan pidana harus diatur
sedemikian mungkin secara tegas oleh UU.
Tujuan : untuk memaksa penduduk secara psikologi agar jangan sampai mereka melakukan
tindakan – tindakan yang bersifat
Dr. Discheft Mr :
1. Fungsi Umum : oleh karena hukum pidana merupakan sebagian dari hukum maka
fungsinya mengatur tata tertib kemasyarakatan.
2. Fungsi Khusus : melindungi kepentingan hukum terhadap kepentingan yang hendak
memperkosanya yang bersifat pidana yang syaratnya lebih tajam dari bidang hukum
lainnya.
Pidana : tindakannya
Aliran Hukum Pidana dengan maksud tujuan hukum pidana diurutkan umurnya :
1. Unsur monoisme
a) Melanggar hak
b) Mampu bertanggung jawab
c) Kesalahan sengaja
d) Tidak ada alasan pembenar dan pemaaf.
2. Unsur Dualisme
1. Golongan Objektif
Melawan hukum
Tidak ada alasan Pembenar
2. Golongan Subjektif
Mampu bertanggung jawab
Kesalahan sengaja
Tidak ada alasan pemaaf
Jenis KUHP : Bagian umum berlaku untuk semua lapangan hukum pidana (KUHP) dan
dibutuhkan secara umum
22 Februari 2018
Pelanggaran : Kita baru merasakan bahwa kita melanggar jika kita melihat dalam
UU.
dilarang.
Delik Materil : ialah delik yang merumuskan tentang akibat yang dilarang.
Delik Pokok : yang terdiri dari unsur – unsur pokok terjadinya pidana.
Delik yang dikualifikasikan : yang unsurnya sama dengan delik pokok ditambah
Delik yang diistimewakan : suatu delik yang unsurnya sama dengan delik pokok
Delik aduan : Suatu delik yang penuntutannya berasal dari pihak korban
Locus Delicti :
2. Menentukan kejaksaan dan pengadilan mana yang harus mengurus perkaranya. Ini
Salah satu cara mencapai tujuan hukum pidana adalah menjatuhkan pidana kepada
seseorang yang telah melakukan tindak pidana. Ada 3 teori dasar pembenaran pemberian
hukum pidana :
3. Teori Gabungan
Teori Absolut
Menurut teori absolut, penjatuhan pidana dikenakan semata – mata karena sesorang
telah melakukan suatu kejahatan. Pidana itu merupakan akibat hukum yang mutlak, harus ada
sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan. Oleh karena kejahatan itu
menyebabkan penderitaan. Ibarat peribahasa yang menyimpulkan “Darah tersabung darah,
nyawa bersabung nyawa”. Pada dasarnya tindakan pembalasan itu mempunyai 2 sudut yaitu :
Teori absolut ini timbul pada akhir abad 18 yang mempunyai penganut seperti Immauel Kahn
Menurut teori tujuan, pidana itu bukan untuk melakukan pembalasan terhadap tindak
kejahatan, tetapi mempunyai tujuan – tujuan tertentu, dasar pembenaran tertentu terletak pada
tujuan. Pendapat :
1. Tujuan pidana adalah untuk menentramkan masyarakat yang gelisah akibat tindak
pidana
2. Tujuan pidana adalah untuk mencegah kejahatan yang dapat dibedakan atas
1. Dengan mengadakan ancaman pidana yang cukup berat untuk menakut – nakuti orang
2. Dengan melaksanakan pidana dengan cara yang kejam sekali dan dipertontonkan di
depan umum.
Pencegahan khusus didasarkan pikiran bahwa pidana itu dimaksudkan agar orang yag
Teori Relatif ini makin berkembang hingga timbul teori modern, menurut teori ini
larangan yang berisi norma dan sanksi yang berupa ancaman pidana.
Teori Gabungan
Adalah gabungan dari teori absolut dan teori relatif. Dasar pembenaran pidana dari
teori gabungan meliputi : dasar pembenaran pidana dari teori pembalasan dan teori tujuan.
2. Apabila memang dasar pidana hanya untuk pembalasan, mengapa hanya negara yang
2. Pidana yang berat tidak akan menimbulkan rasa keadilan apabila tindak kejahatan itu
ringan.
3. Kesadaran hukum membutuhkan kepuasan, oleh karena itu pidana tidak dapat
ditunjukkan semata – mata hanya untuk mencegah kejahatan atau membinasakan. Jadi
masyarat dan pelaku harus sama – sama diberikan kepuasan agar menjadi keadilan.
Oleh karena itu teori pembalasan dan teori tujuan harus digabung menjadi 1. Sehingga praktis
dan seimbang. Sebab pidana bukan sebagai penderitaan tapi juga harus seimbang dengan
kejahatannya.
3 golongan teori gabungan :
tetapi pidana tidak boleh lebih berat daripada penderitaan yang sesuai dengan
perbuatan si pidana
3. Teori gabungan yang menitikberatkan sama baik terhadap pembalasan atau ketertiban
masyarakat.
Ini yang menjadi pertanyaan adalah dimana letak perbedaan pidana dari masing –
masing teori hukum pidana. Adapun perbedaannya adalah pada teori pembalasan,
pidana itu melihat pada masa yang lain karena teori ini beranggapan bahwa kejahatan
Dimanakah letak perbedaan pidana dari masing – masing teori hukum pidana :
Teori Pembalasan : pidana hanya melihat pada masa yang lalu karena teori ini
beranggapan bahwa kejahatan merupakan suatu yang tidak adil yang menimbulkan
penderitaan. Penderitaan itu harus ditiadakan dengan cara menjatuhkan pidana kepada
penjahatnya
pengayoman masyarakat
orang baik.
01 Maret 2018
Perbedaan : objek Hukum pidana adalah perbuatan pelaku tindak pidana. Objek hukum
Kriminologi dibagi 3 :
1. Krimino-Biologi
2. Krimino-Sosiologi
3. Krimino-Politik
Moeljatno :
Materiil : - Peraturan itu harus bersifat melawan hukum harus betul – betul dirasakan
KUHP
undangan.
Materil : - perbuatan itu harus bertentangan dengan hukum dan harus dinyatakan
Melawan Hukum
Yang dimaksud dengan melawan hukum apabila perbuatan tersebut mencocoki delik
dalam rumusan UU
Melawan Hukum Materil : selain mencocoki UU dia juga melanggar norma – norma
Melawan HK. Materil Positif : suatu masalah yang tidak tercantum dalam UU tetapi
waktunya.
Asas Teritorial : hukum pidana Indonesia berlaku pada siapa saja yang tinggal
di Indonesia
Asas Nasionalitas : hukum pidana mengikuti dimana saja kita melakukan tindak
pidana.
1. Teori Kehendak : inti dari kesengajaan adalah untuk mewujudkan unsur – unsur delik.
Yang disebut dalam doktrin sengaja adalah menghendaki perbuatan itu dan
mengerti akibatnya.
Corak Kesengajaan
1. Kesegajaan sebagai tujuan contohnya ‘A akan mencuri kerumah seseorang, dia datang
di toko emas’
3. Kesengajaan sebagai kemungkinan contohnya ‘A saat membunuh B pada saat
Error
2. Error in Objecto : keliru tentang objek, keliru tentang barang yang dijadikan
tindak pidana.
Bagaimana mengetahui manusia sebagai subjek hukum pidana? Diketahui dari KUHP sendiri
Dasar Pemaaf : sifat melawan hukum masih ada, unsur kesalahan dihapuskan.
08 Maret 2018
Pasal 49 ayat (1) : Barang siapa terpaksa melakukan perbuatan untuk pembelaan karena
kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, tidak dipidana.
Harus berupa pembelaan artinya terlebih dahulu ada serangan harus ada hal – hal
Teori Syarat Mutlak : sebab – sebab yang dapat menimbulkan akibat dianggap
12 April 2018
POGING
Poging ialah percobaan terhadap tindak pidana tetapi tidak selesai dan tidak selesainya bukan
karena kehendak sendiri tetapi faktor dari luar
Unsur Poging :
1. Adanya niat : unsur niat itu sama dengan sengaja, tetapi menurut Mulyatno
niat itu tidak dapat disamakan dengan kesengajaan. Apabila niat itu
dilakukan baru dapat dikatakan kesengajaan, namun apabila tidak dilakukan
bukan dinamakan kesengajaan
2. Adanya suatu permulaan pelaksanaan
3. Pelaksanaan tidak selesai bukan karena kehendak sendiri
Sifat percobaan ada 2 pandangan :
1. Percobaan dipandang sebagai dasar dari alasan memperluas dapat
dipidananya orang, menurut pandangan ini seseorang yang melakukan
percobaan untuk melakukan tindak pidana meskipun tidak memenuhi semua
unsur delik tetapi dapat dipidana apabila telah memenuhi rumusan pasal 53
KUHP
2. Percobaan dipidana sebagai dasar dari alasan memperluas dapat
dipidananya perbuatan, menurut pandangan ini percobaan melakukan suatu
tindak pidana merupakan satu kesatuan yang bulat dan lengkap. Percobaan
bukanlah delik yang tidak sempurna tetapi merupakan delik yang sempurna
hanya dalam bentuk yang khusus / istimewa
Apabila kita membicarakan poging maka harus memahami bilamana suatu delik
telah dianggap selesai. Dalam hal ini kita harus mengambil dasar sebagai
perbedaan yg terdapat antara jenis delik :
1. Delik Formil ialah suatu delik yang terdiri dari atas perbuatan yang dilarang
2. Delik Materil ialah suatu delik yang menitikberatkan pada akibat yang
dilarang
4. Percobaan mubazir
- Mubazir secara mutlak, contohnya : A ingin meracuni B dengan
makanan tetapi yang sebenarnya bukan racun
- Mubazir secara nisbi, contohnya : A ingin membunuh B dengan
menggunakan pisau, akan tetapi B kebetulan menggunakan baju besi
Percobaan mubazir ini ada 2 pendapat, yaitu dapat dihukum dan tidak dapat
dihukum.
DADER
Menurut Doktrin
Menururt doktrin dader adalah orang yang melakukan perbuatan yang mencocoki dengan
rumusan delik yang tercantum dalam undang-undang. Menururt doktrin pelaku tindak pidana
atau dader dibagi menjadi dua. Yaitu:
1. Pelaku tindak pidana formil : barang siapa yang menimbulkan perbuatan yang
dilarang oleh Undang-undang.
2. Pelaku tindak pidana materil : barang siapa yang menimbulkan akibat dari perbuatan
yang dilarang oleh Undang-undang.
Menururt KUHP
1. Ada kerjasama secara sadar, artinya adanya kesadaran bersama ini tidak perlu ada
kesepakatan ditunjukan kepada hal yang dilarang. Tidak ada tururt serta, bila orang
yang satu hanya menghendaki untuk menganiyaya, sedang kawannya menghendaki
matinya si korban.
2. Ada pelaksanaan bersama secara fisik, persoalannya kapan dikatakan ada perbuatan
pelaksanaan merupakan persoalan sulit yang namun secara singkat dapat dikatakan
bahwa perbuatan pelaksanaan berarti perbuatan yang langsung menimbulkan
selesainya delik.
Ada beberapa persamaan dan perbedaan tentang dua point pelaku tindak pidana atau
dader diatas. Yaitu point nomor dua dan empat. Perbedaan dan persamaan diantara kedua
ialah sebagai berikut :
Persamaannya ialah :
- sama-sama berkehendak tidak melakukan tindak pidana (tidak sendiri
melaksanakan perbuatan itu, tetapi menyuruh orang lain)
Perbedaannya ialah :
- jika menyuruh melakukan, orang yang disuruh disyaratkan orang-orang yang
tidak dapat dipertanggung jawabkan oleh hukum. Misalnya anak-anak dan
orang gila.
- Jika menggerakkan, orang yang digerakkan dapat dipertanggungjawabkan
oleh hukum.
KUHP pasal 55 ayat (1), yang dipidana sebagai pelaku tindak pidana yaitu :
a. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, turut melakukan tindak pidana.
b. Mereka yang dengan sengaja menggerakan orang lain untuk melakukan suatu tindak
pidana dengan menggunakan salah satu daya upaya / dengan memberi suatu janji /
dengan menyalah gunakan kekuasaan / dengan menyalahgunakan kemuliaan /
menggunakan kekuasaan / menggunakan ancaman / dengan tipu muslihat / dengan
memberi kesempatan / dengan memberikan alat / dengan memberikan penerangan
(bantuan).
DEELMENING
Deelmening diartikan adalah suatu delik yang dilakukan lebih dari satu orang yang
dapat dipertanggung jawabkan.
Concursus
A. BEBERAPA PANDANGAN
Didalam KUHP tidak terdapat definisi mengenai Concursus, namun dari pasal pasal diperoleh
pengertian sebagai berikut:
Diantara perbuatan – perbuatan yang dilakukan (pada concursus realis dan perbuatan
berlajut) harus belum ada keputusan hakim.
b. POMPE
Ada Concursus Idealis, apabila orang melakukan suatu perbuatan konkrit yang
diarahkan kepada satu tujuan merupakan benda, obyek aturan hukum.
Misalnya:
- Bersetubuh dengan anaknnya sendiri sebelum 15 tahun; perbuatan ini masuk pasal
294 (perbuatan cabul dengan anak sendiri yang belum cukup umur) dan pasal 287
(bersetubuhan dengan wanita yang belum 15 tahun diluar perkawinan).
c. TAVERNE
Ada Concursus Idealis , apabila dipandang dari sudut hukum pidana ada dua perbuatan
atau lebih dan antara perbuatan – perbuatan itu tidak dapat dipikirkan terlepas satu sama
lain.
Misalnya:
- Orang dalam keadaan mabuk mengendarai mobil di waktu malam tanpa lampu.
Dalam hal ini perbuatan hanya satu yaitu “mengendarai mobil” tetapi dilihat dari
sudut hukum ada dua perbuatan yang masing – masing dapat dipikirkan terlepas
satu sama lain, yaitu:
- Pertama, “mengendarai mobil dalam keadaan mabuk” (meggambarkan keadaan
orag / pelakunnya)
- Kedua, “mengendarai mobil dalam keadaan mabuk” (menggambarkan keadaan
mobilnya)
d. VAN BEMMELEN
Ada Concursus Idealis, Apabila dengan melanggar satu kepentingan hukum dengan
sendirinya melakukan perbuatan (feit) yang lain pula.
Misalnya:
- Perkosaan dijalan umum (melanggar pasal 285 dan pasal 281 KUHP)
Samanloop
A. PENGERTIAN
Samanloop dibagi menjadi 3 bagian:
a. Een Daadse Samanloop (Suatu perbuatan terlanggar lebih dari 1)
b. Vaargezille Handeling (perbuatan berlanjut)
c. Meer Daadse Samanloop
B. PENTINGNYA SAMANLOOP
Pentingnya ajaran samanloop ini yaitu:
- meringankan terdakwa karena seseorang melakukan tindak pidana pembunuhan
10x juga tetap dikenakan hukuman penjara maksimal 15 tahun dan 1/3 dari
hukuman itu jadi 20 tahun.
- Seorang melakukan tindak pidana pencuria maka dikenakan hukuman penjara
maksimal 5 tahun dan 1/3 dari hukuman itu jadi 10 tahun.
Pengulangan Tindak Pidana (Recidive)
Pengertian
Recidive atau penggulangan tindak pidana adalah seseorang yang melakukan suatu tindak
pidana dan telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim yang tetap, kemudiam
malakukan suatu tindak pidana lagi. jadi dalam recidive sama halnya dengan Concursus
Realis. Perbedaannya adalah bahwa pada recidive sudah ada putusan hakim yang berkekuatan
tetap yang berupa pemidanaan terhadap tindak pidana yang dilakukan terdahulu atau
sebelumnya.
Ada dua sistem pemberatan pidana berdasar adanya recidive, yaitu sistem:
1. Recidive Umum
Menurut sistem ini, setiap penggulangan terhadap jenis tindak pidana apapun dan
dilakukan dalam waktu kapan saja, merupakan alasan pemberatan pidana (kejahatan
apapun setelah dia menjalankan hukuman).
2. Recidive Khusus
Menurut sistem ini tidak semua jenis pengulangan merupakan alasan pemberatan
pidana . pemberatan pidana hanya dilakukan terhadap jenis tindak pidana tertentu dan
yang dilakukan dalam tenggang waktu tertentu pula.
Recidive Khusus dianut oleh KUHP artinya pengulangan tindak pidana hanya dikenakan
pada pengulangan jenis – jenis tindak pidana tertentu dan yang dilakukan dalam waktu
tertentu.
Membagi tiga kelompok tindak pidana (KUHP)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017