Anda di halaman 1dari 7

NAMA : FEBRIYANTO

NOSIS 2405

PELAJARAN : ASAS-ASAS HUKUM PIDANA

RANGKUMAN

1. Arti dan pembagian hukum.

a. Beberapa batasan hukum.

Untuk dapat mengerti, apakah Hukum Pidana itu, terlebih dahulu harus difahami
pengertian dan pembagian atau pengelompokan hukum. Mengenai pengertian hukum
(pada umumnya) terdapat perbedaan di antara para sarjana, yang karenanya perumusan
atau batasannyapun berbeda:

1) VAN VOLLENHOVEN: "Recht is een verschijnsel der almaar stroo-


mende samenleving, met andere verschijnselen in ruste- loze wisselwerking van
stuw en tegenstuw".

2) SUDIMAN KARTOHADIPRODIO: "Hukum itu adalah sesuatu yang


bersangkutan dengan manusia, dalam keadaan hubungannya dengan manusia
lainnya").

b. Pembagian hukum dari berbagai segi.

Tergantung dari sudut penglihatan tertentu, kita dapat membag). menggolongkan


atau memperbedakan hukum sebagai berikut:

1) Hukum tidak tertulis di samping yang tertulis.

Hukum tidak tertulis dapat juga disebut sebagai hukum kebiasaan, yaitu
yang merupakan ketentuan-ketentuan yang lazim dipatuhi masyarakat walaupun
tidak tertulis.

1
2) Hukum filsafat di samping hukum positif.

Sepanjang sejarah manusia telah terjadi dan berkembang tata kehidupan


dan penghidupan manusia, agar tercapai keten- traman hidup. Baik buruknya
peraturan-peraturan itu tergantung kepada peradaban manusia dari waktu ke
waktu. Dalam keadaan- keadaan ini para pemikir menyibukkan diri untuk
menggali dan mempelajari hakekat dan asas-asas dari peraturan-peraturan atau
garis hukum serta mengkaji apa gerangan nilai-nilai dan cita- cita luhur dari garis
hukum tersebut, yang hasilnya dapat disebut sebagai filsafat hukum.

3) Hukum Publik disamping Hukum Perdata.

a) Hukum publik adalah keseluruhan garis-garis hukum yang


berhubungan dengan bangunan negara atau badan-badan negara, yaitu
bagaimana badan-badan negara melaksanakan tugasnya, bagaimana
hubungan kekuasaannya satu sama lainnya dan perbandingan atau
hubungannya dengan masya- rakat atau perseorangan dan sebaliknya.
Hukum publik dibagi menjadi tiga yaitu :

i. Hukum Tata Negara

ii. Hukum Administrasi (Hukum Tata Usaha)

iii. Hukum Pidana

b) Hukum perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur


hubungan hukum antara sesama warga perseorangan atau antara warga
tersebut dengan penguasa sebagai pribadi/perseorangan. Menurut uraian
Prof. DJOKO SUTONO, SH, perbedaan hukum publik dan hukum perdata
tergantung dari sudut mana hendak diperbedakan.

i. Ditinjau dari sudut kepentingan

ii. Ditinjau dari sudut kedudukan subyek

2
iii. Ditinjau dari sudut menegakkan dan mempertahankan
hukum

iv. ditinjau dari sudut teori umum dan teori khusus

4) Hukum Materal di samping hukum formal.

Walaupun sudah ada norma-norma hukum dan mempunyai sifat memaksa,


belum merupakan suatu garansi bahwa norma hukum tersebut akan ditaati oleh
rakyat. Agar supaya norma- norma tersebut ditaati diadakan ancaman-ancaman
hukuman, yaitu hukuman perdata, hukuman administrasi, hukuman disiplin.
hukuman pidana, untuk norma-norma hukum yang bersangkutan. Pelaku (subjek)
dan tingkah laku yang dirumuskan (norma) serta ancaman hukuman (sanksi)
disebut sebagai hukum material.

Untuk dapat melaksanakan ancaman-ancaman hukuman, diadakan


ketentuan-ketentuan yang mengatur kekuasaan badan-badan peradilan dan
ketentuan-ketentuan tentang acara penyelesaian pelanggaran hukum material yang
disebut sebagai hukum formal.

5) Hukum Objektif dan Hukum Subjektif

Hukum objektif (le droits, law) adalah semua garis-garis hukum yang
terdapat dalam hukum positif. Hukum subjektif (le droit, recht) memuat
ketentuan-ketentuan mengenai hubungan hukum (rechts betrekking) antara fihak-
fihak yang berkepenting an, yaitu timbulnya hak tertentu bagi seseorang dari
aturan-aturan/ketentuan-ketentuan dalam hukum objektif pada suatu
kejadian/peristiwa atau keadaan tertentu.

2. Arti dan pembagian Hukum Pidana

a. Penggunaan istilah pidana dan artinya

Hukuman adalah penamaan umum bagi semua akibat hukum karena melanggar
suatu norma hukum. Apabila yang dilanggar norma hukum disiplin, ganjarannya adalah
hukuman disiplin, untuk pelanggaran hukum perdata diberi

3
ganjaran hukuman perdata, untuk pelang garan hukum administrasi diberi ganjaran
hukuman administrasi dan ganjaran atas pelanggaran hukum pidana adalah hukuman
pidana.

b. Beberapa batasan hukum pidana

Tidak semua norma hukum diikuti dengan ancaman pidana, melainkan hanya
apabila untuk suatu tindakan tertentu (pelang garan norma) "dirasakan" perlu diancam
dengan derita/nestapa berupa pidana, atau perlu dipergunakan "pengobatan terakhir"
(ultimum re- medium), atau dengan menggunakan istilah Dr. Wirjono yaitu "senjata
pamungkas".

Menurut ROESLAN SALEH,') definisi dari Prof. MOELIATNO berbunyi:


"Hukum pidana adalah bagian dari hukum yang mengada- kan dasar dan aturan- aturan
untuk menentukan:

1) Perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang & larang


dengan disertai ancaman sanksi berupa suatu pidana ter- tentu, bagi barang siapa
yang melanggar larangan tersebut

2) kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah
diancamkan

3) dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila


ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut

Bahwa faktor-faktor: siapa yang membuat hukum pidana, bagi siapa hukum
pidana itu (diharapkan) berlaku, bagaimana pandangan hidup dan kesadaran hukum
(pidana) masyarakat yang bersangkutan, turut serta mempengaruhi perumusan-
perumusan tersebut.

4
c. Pembagian Hukum pidana dari berbagai segi

Seperti juga hukum dapat diperbedakan, hukum pidanapun, dapat diperbedakan


atau dikelompokkan, tergantung dari penglihatan tertentu. Pembedaan terpenting dari
hukum pidana adalah sebagai berikut:

1) Hukum pidana tertulis dan yang tidak tertulis

Dengan mempedomani bunyi pasal 1 KUHP, sebenarnya tidak dikenal


lagi hukum pidana tak tertulis, karena pasal tersebut menentukan suatu dasar yang
disebut sebagai asas legalitas atau juga disebut dalam bahasa Latin "Nulum
delictum nulla poena sine praevia lege poenali". Artinya suatu norma hukum
pidana (dalam hal ini tindak pidana) dan sanksi hukum pidana sudah terlebih
dahulu ada pada suatu perundang-undangan sebelum suatu tindakan dilakukan.
Kata perundang-undangan menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan tersebut
harus sudah tertulis terlebih dahulu.

2) Hukum pidana sebagai hukum positif

Dalam memperbandingkan hukum masa kiri (hukum positif, ius


constitutum) dengan hukum yang dicita-citakan (hukum filsafat, ius
constituendum), hukum pidana termasuk hukum positif. Artinya dalam rangkaian
tulisan ini, yang akan dibahas adalah hukum pidana yang masih berlaku sampai
sekarang.

3) Dalam perbandingkan hukum publik dan hukum perdata, telah diutarakan


bahwa hukum pidana di samping hukum administrasi atau hukum tata-usaha
negara dan hukum tata ne- gara merupakan bagian- bagian dari hukum publik.

4) Hukum pidana objektif dan hukum pidana subjektif

Hukum pidana objektif (ius poenale) adalah seluruh garis hukum


mengenai tingkah laku yang diancam dengan pidana, me ngenai jenis dan macam
pidana, dan bagaimana pidana itu dapat dijatuhkan dan

5
dilaksanakan pada waktu tertentu dan dalam batas-batas daerah (-hukum) tertentu.
Artinya semua warga dari daerah (-hukum) tersebut wajib mentaati hukum pidana
dalam arti objektif tersebut.

Hukum pidana subjektif (ius puniendi) adalah merupakan hak dari


penguasa untuk mengancamkan suatu pidana kepada suatu tingkah laku tertentu
sebagaimana digariskan dalam hukum pidana objektif, mengadakan penyidikan,
menjatuhkan pidana. dan mewajibkan terpidana melaksanakan pidana yang
dijatuhkan. Persoalan mengenai apakah dasarnya atau dari mana kekuasaan
penguasa tersebut, jawabnya terletak pada falsafah dari hukum pidana.

5. Hukum pidana material dan hukum pidana formal

Hukum pidana material berisikan tingkah laku yang diancam dengan


pidana, siapa yang dapat dipidana dan berbagai macam pidana yang dapat
dijatuhkan. Dengan perkataan lain hukum pidana material berisikan norma dan
sanksi hukum pidana serta ketentuan-ketentuan umum yang membatasi,
memperluas atau menjelaskan norma dan pidana tersebut.

Hukum pidana formal atau juga disebut hukum acara pidana adalah
seluruh garis hukum, yang menjadi dasar atau pedoman bagi penegak hukum dan
keadilan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum pidana material.
Dengan perkataan lain hukum acara pidana mengatur tentang bagaimana caranya
negara dengan perantaraan badan-badannya (polisi, jaksa, hakim)

6
6. Hukum pidana torkodifikasi dan tersebar

Hukum pidana terkodifikasi adalah (undang-undang) hu kum pidana yang


telah dikumpulkan dan dibukukan, seperti misalnya KUHP dan kitab Undang-
undang Hukum Pidana Mi- liter (KUHPM). Syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk peng. kodifikasian adalah harus mendasari ilmu pengetahuan hukum
pidana) yang tinggi serta menyeluruh, harus mendapat dukungan dari masyarakat
dan harus dibukukan secara sistimatis.

7. Hukum pidana umum (ius commune) adalah ketentuan

ketentuan hukum pidana yang berlaku secara umum bagi semua orang.
Akan tetapi ditinjau dari sudut pengkodifikasian, maka KUHP disebut juga
sebagai Hukum pidana umum diperbanding- kan dengan perundang- undangan
hukum pidana lainnya yang tersebar.

Disebut sebagal hukum pidana khusus, adalah karena peng aturannya yang
secara khusus yang adakalanya bertitik berat ke- pada kekhususan suatu golongan
tertentu (militer dan yang di- persamakan) atau suatu tindakan tertentu seperti
pemberan- tasan tindak pidana ekonomi, korupsi, dan lain sebagainya. Titik berat
kekhususan adakalanya pada acara penyelesaian suatu perkara, biasanya perkara
"kakap" atau yang dilakukan oleh "kakap", seperti misalnya tokoh-tokoh/pelaku
kejahatan terhadap keamanan negara.

8. Hukum pidana umum (nasional) dan hukum pidana setempat

Dalam memperbedakan hukum pidana yang berlaku untuk seluruh negara


dengan yang hanya berlaku pada suatu daerah/ propinsi tertentu, diperbe dakan
antara hukum pidana umum dan hukum pidana setempat. Seperti diketahui,
gubernur/kepala da. erah tingkat I dapat juga membuat perundang-undangan
dalam bidang hukum pidana, akan tetapi terbatas sekali maksimum ancaman
pidananya dan tidak boleh bertentangan dengan per- undang-undangan yang lebih
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai