Secara umum terlihat ada 2 sumber hukum, yaitu sumber hukum dalam arti materiil
dan formilsebagai berikut :
1.
Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati
oleh para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam
melaksanakan tugasnya.
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat
dan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat
yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dan lainlain.Faktor-faktor kemasyarakatan yang mempengaruhi pembentukan hukum yaitu:
a.
b.
Kebiasaan yang telah membaku dalam masyarakat yang telah berkembang dan
pada tingkat tertentu ditaati sebagai aturan tingkah laku yang tetap.
c.
f.
Kesadaran hukum.
2.
Undang-undang (Statue).
2.
Kebiasaan (custom).
3.
4.
5.
Doktrin.
a.
Singkatnya Hukum Pidana Materiil mengatur tentang apa, siapa, dan bagaimana
orang dapat dihukum. Jadi Hukum Pidana Materiil ialah peraturan-peraturan hukum
atau perundang-undangan yang berisi penetapan mengenai perbuatan-perbuatan
apa
saja
yang
dilarang
untuk
dilakukan
(perbuatan
yang
berupa
2.
Untuk
menentukan
larangan-larangan
dalam
upaya
mencapai
ketertiban umum.
2.
3.
4.
a.
Hukum Pidana Militer, berlaku khusus untuk anggota militer dan mereka yang
dipersamakan dengan militer.
b. Hukum Pidana Pajak, berlaku khusus untuk perseroan dan mereka yang membayar
pajak (wajib pajak).
Pengertian Hukum Pidana dan Tindak Pidana.
Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu
negara, yang mengadakan dasar-dasar atau aturan-aturan untuk :
Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang
dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa
melanggar larangan tersebut.
Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah
diancamkan.
Dalam ilmu hukum ada perbedaan antara istilah pidana dengan istilah
hukuman.
Sudarto
mengatakan
bahwa
istilah
hukuman
kadang-kadang
digunakan untuk pergantian perkataan straft, tetapi menurut beliau istilah pidana
lebih baik daripada hukuman. Menurut Muladi dan Bardanawawi Arief Istilah
hukuman yang merupakan istilah umum dan konvensional, dapat mempunyai arti
yang luas dan berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang
yang cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya sering digunakan dalam bidang hukum,
tetapi juga dalam istilah sehari-hari dibidang pendidikan, moral, agama, dan
sebagainya. Oleh karena pidana merupakan istilah yang lebih khusus, maka perlu
ada pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukkan ciri-ciri
atau sifat-sifatnya yang khas.
Pengertian tindak pidana yang di muat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
(KUHP)
oleh
pembentuk
undang-undang
sering
disebut
Sementara itu, kriminologi, yang meskipun dalam beberapa hal berpangkal tolak
dari konsepsi hukum pidana, lebih banyak menelusuri dan menyelidiki tentang
kondisi-kondisi individual dan kondisi-kondisi sosial dari konflik-konflik, dan akibatakibat serta pengaruh-pengaruh dari represi konflik-konflik dan membandingkannya
secara kritis efek-efek dari represi yang bersifat kemasyarakatan disamping juga
tindakan-tindakan itu. Berbeda dengan hukum pidana yang bersifat normatif,
kriminologi lebih mengkaji tentang kenyataan yang senyata-nyatanya, menafsirkan
konteks, yang didapati dari hasil penelitian. Kriminologi bersifat lebih khusus dan
terbatas. Oleh karena itu kriminologi disebut sebagai pre factum atau yang disebut
juga dengan sebelum kejadian, di mana kriminologi lebih mengkaji sebab musabab
dari suatu permasalahan kejahatan.
Meski berbeda, para ahli hukum pidana tetap memerlukan kriminologi sebagai
ilmu pengetahuan pembantu. Dengan menyadari sifat tersendiri dari masing-masing
ilmu pengetahuan ini, ilmu pengetahuan hukum pidana dan kriminologi harus
bekerja secara berpasangan, tetapi dengan arahnya yang berlawanan. Di antara
kedua disiplin ilmu pengetahuan ini, terdapat pikiran integrasi yang saling
memerlukan antara satu sama lain. Meskipun berbeda, ilmu pengetahuan hukum
pidana dan kriminologi tidak dapat dipisahkan.
Jadi, kriminologi dan ilmu hukum pidana saling mempengaruhi. Kriminologi
menerima hukum itu seperti yang dimaksudkan oleh ilmu hukum pidana, sebaliknya
kriminologi dan praktek hukum memperkaya ilmu hukum pidana dan mengadakan
evaluasi atas hukum pidana itu.
Isi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah
sebagai berikut :
1.
Buku I
103 KUHP.
2.
Buku II
: Mengatur tentang Kejahatan dari pasal 104 sampai dengan pasal 488
KUHP.
3.
Buku III : Mengatur tentang Pelanggaran dari pasal 489 sampai dengan pasal
569 KUHP.
al 2 KUHP
al 3 KUHP : Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang
yang di luar wilayah Indonesia melakukan delik di dalam perahu atau pesawat udara
Indonesia.
Pasal 3 KUHP sebenarnya mengenai perluasan dari pasal 2 KUHP.
Sebagaipengecualian asas Teritorial, ialah bahwa Undang-Undang Pidana Indonesia
tidak berkuasa terhadap :
2.
3.
4.
5.
6. Anggota delegasi negara asing yang sedang dalam perjalanan menuju sidang
PBB, dan singgah di Indonesia.
7
2.
3.
4.
Asas Legalitas.
Penuntut umum wajib menuntut setiap orang yang melakukan tindak pidana
tanpa kecuali. Bahwa penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan
hanya dapat dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang berwenang
oleh Undang-Undang dan hanya untuk hal yang diatur dalam Undang-Undang. Asas
Legalitas dalam Hukum Acara Pidana adalah hal yang berbeda dengan Asas
Legalitas dalam KUHP.
Dalam KUHP asas legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada
satu perbuatan pun yang dapat dihukum tanpa adanya aturan yang mengatur
sebelumnya. Namun dalam Hukum Acara Pidana asas legalitas dimaknai sebagai
asas yang menyatakan bahwa setiap Penuntut Umum wajib menuntut setiap
perkara. Artinya, legalitas yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bahwa setiap
perkara hanya dapat diproses di pengadilan setelah ada tuntutan dan gugatan
terhadapnya. Asas ini diatur dalam pasal 137 KUHAP.
Sedangkan Asas Oportunitas adalah asas yang menyatakan bahwa Penuntut
Umum memiliki hak untuk menuntut atau tidak menuntut sebuah perkara. Kedua
asas ini pada dasarnya bukanlah hal yang kontradiksi, karena Asas Legalitas
berkenaan dengan Perkara yang akan diproses di pengadilan (legalitas terhadap
perkaranya) sedangkan asas oportunitas berkenaan dengan hak penuntut umum.
Apabila Penuntut Umum menggunakan haknya untuk menuntut di pengadilan maka
perkara tersebut mendapatkan legalitasnya untuk diproses di pengadilan.
9
2.
Asas Oportunitas.
Asas Oportunitas adalah asas yang menyatakan bahwa Penuntut Umum
memiliki hak untuk menuntut atau tidak menuntut sebuah perkara. Penuntut umum
berwenang menutup perkara demi Kepentingan Umum bukan hukum. Menurut asas
ini Penuntut Umum tidak wajib menuntut seseorang yang melakukan tindak pidana,
jika menurut pertimbangan akan merugikan kepentingan umum.
Jadi demi kepentingan umum, seseorang yang melakukan Tindak Pidana tidak
akan dituntut ke muka pengadilan. Dengan kata lain Penuntut Umum (PU) dapat
Mempeti Es kan suatu perkara. Asas ini diatur dalam pasal 14 huruf h KUHAP.
Menurut
Pasal
14
KUHAP, merupakan
wewenang
Jaksa Agung
dengan
4.
10
atau MA (Lembaga Yudikatif). Saat ini dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999,
Hakim baik secara administrasi maupun operasional di bawah Mahkamah Agung.
5.
Asas Perlakuan yang Sama di Muka Hukum (Equal Justice Under The Law).
Setiap orang (tersangka maupun terdakwa) baik miskin maupun kaya, pejabat
maupun orang biasa di dalam pemeriksaan baik di hadapan penyidik, penuntutan
dan pemeriksaan di pengadilan harus diperlakukan sama. Asas ini merupakan asas
yang fundamental. Dalam pelaksanaan KUHAP tidak boleh membedakan perbedaan
status, dan sebagainya. Dalam setiap beracara pidana di Indonesia kita harus
mempunyai kedudukan yang sama.
6.
serta
dihadiri
oleh
terdakwa.
Hal ini supaya pengadilan transparan, bahwa pengadilan itu benar, dan tidak hanya
menindas terdakwa.
Terdakwa harus hadir di pengadilan karena yang memberikan jawaban atas
tindak pidana yang didakwakan padanya adalah terdakwa, sehingga terdakwa harus
hadir. Pada prinsipnya setiap persidangan harus dilakukan terbuka untuk umum
kecuali dalam perkara anak dan kesusilaan. Hal ini sebagaimana yang dimaksudkan
dalam pasal 153 ayat (3) KUHAP. Apabila sidang pengadilan tidak terbuka untuk
umum maka putusan hakim akan dianggap batal demi hukum sesuai dengan
ketentuan dalam pasal 153 ayat (4) KUHAP.
7.
11
8.
9.
dilakukan
dengan
memposisikan
terdakwa
sebagai
subjek
12
Semua Asas
Kehakiman
(UU No. 14 Tahun 1970 jo. UU No. 35 Tahun 1999 jo. UU No. 4 Tahun 2004).
Asas Pranata Baru dalam Hukum Acara Pidana.
1.
2.
3.
Asas Informasi.
Bahwa setiap pemeriksaan di Hukum Acara Pidana para pihak (tersangka dan
pengacara) wajib diberitahukan dasar hukumnya, serta wajib diberitahukan hakhaknya.
4.
5.
Asas Keseimbangan
Asas ini adalah asas bahwa Hukum Acara Pidana dalam penerapannya harus
memperhatikan keseimbangan antara perlindungan harkat dan martabat manusia di
13
satu sisi dan perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban masyarakat disisi
yang lainnya. Oleh karena itu, setiap hukuman yang diputuskan harus mengandung
dua unsur ini agar asas keseimbangan dapat diwujudkan dalam setiap proses
Peradilan Pidana.
6.
Beberapa
Istilah
Dalam
Hukum
Acara
Pidana
Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan.
2. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
3. Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang
karena diberi
5.
Penyelidikan adalah
serangkaian
tindakan
penyelidik
untuk
mencari
dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undangundang ini.
6. a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang- undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
7.
8.
9.
Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima
putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak
terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta
menurut cara yang diatur-dalam undang-undang ini.
10. Penasihat hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh
atau berdasar undang-undang untuk memberi bantuan hukum.
11. Tersangka adalah
seorang
yang
karena
perbuatannya
atau
keadaannya,
12.
Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang
pengadilan.
13.
16