Anda di halaman 1dari 4

Tugas.

3
Kerjakan soal di bawah ini dengan singkat dan jelas. Jawaban
yang hanya mengambil dari internet (plagiat) tidak akan
mendapatkan nilai maksimal. Sertakan referensi dalam
mengutip.
Submit (unggah) pada tempat yang sudah disediakan dan tidak
melebihi waktu yang telah ditentukan.
1. Jelaskan perbedaan materi muatan antara Peraturan Presiden dan
Peraturan Pemerintah!

Jawab

Perbedaan Antara Peraturan pemerintah dengan peraturan presiden

Dalam hierarki peraturan perundangan-undangan di Indonesia, terdapat peraturan pemerintah


dan peraturan presiden, dimana peraturan pemerintah terletak lebih awal dibandingkan peraturan
presiden. Walupun keduanya sama-sama disahkan oleh presiden , tetapi kedua peraturan ini memiliki
perbedaan. Perbedaan antara peraturan pemerintah dengan peraturan presiden adalag sebagai berikut.

1. Dilihat dari materi muatannya, sesuai dengan pasal 12 dan 13 UU no 12 tahun 2011, telah
dijelaskan bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah hanya berisi materi untuk menjalankan
undang-undang sebagaimana mestinya, sedangkan materi muatan peraturan presiden berisi
materi yang diperintahkan oleh undang-undang, materi untuk melaksanakan peraturan
pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelanggaraan kekuasaan pemerintahan. Jadi
sesuai dengan urutan hierarki dari peraturan perundang-undangan, perbedaan materi muatan
antara peraturan pemerintah dengan peraturan presiden adalah materi yang dimuat adalah
pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang ada diatasnya, sehingga materi yang
dibahas memiliki perbedaan dimana PP lebih menjelaskan Undang-undang sedangkan Perpres
menjelaskan PP atau melaksanakan perintah UU.
2. Dilihat dari sifatnya, peraturan pemerintah memiliki sifat umum sedangkan peraturan presiden
dapat bersifat umum dan juga khusus. Peraturan pemerintah memiliki sifat umum dimana
peraturan tersebut mengikat seluruh masyarakat umum dan berjalan selama terus-menerus
hingga adanya penggantian peraturan yang baru. Sedangkan peraturan presiden dapat bersifat
umum (dauerhaftig) dimana peraturan presiden ini mengikat seluruh elemen masyarakat dan
berlaku terus-menerus serta dapat juga bersifat khusus (beschikking) atau biasa disebut
keputusan presiden dimana keputusan presiden memiliki sifat individu, hanya berlaku bagi
beberapa golongan (yang di perintahkan), dan berlaku sekali jalan serta keputusan presiden ini
bisa berdiri sendir tanpa adanya undang-undang atau peratutran pemerintah yang
mendelegasikannya. Namun dalam beberapa kasus, keputusan presiden juga dapat bersifat
umum sesuai dengan yang diatur dalam pasal 100 UU no 12 tahun 2011

2. Jelaskan alasan-alasan dimasukkannya kembali Ketetapan MPR dalam


hierarki peraturan perundang-undangan menurut UU Nomor 12 Tahun
2011!

Jawab
Dicantumkannya kembali TAP MPR ke dalam hierarki, sebagai konsekuensi karena masih banyak
TAP MPR yang masih berlaku. Sehingga, dengan masuknya kembali ke dalam hierarki, secara
hukum kekuatannya lebih kuat dibanding sebelumnya,aturan ini memang untuk memperkuat TAP
MPR yang masih ada saat ini. Sehingga, kekuatannya lebih mengikat lagi. “TAP-TAP itu sekarang
sudah mempunyai kekuatan hukum lagi,bila MPR tak bisa lagi membuat Ketetapan (TAP) yang
bersifat regeling atau pengaturan. Jadi, Ketetapan MPR Yang bisa dibuat ke depan hanya
bersifat beschikking atau keputusan. Misalnya, pengambilan sumpah atau pelantikan Presiden dan
Wakil Presiden oleh MPR melalui ketetapannya.Itu memang bersifat beschikking, tapi tetap harus
dimasukkan ke dalam hierarki supaya lebih mempunyai kekuatan,

3. Jelaskan implikasi hukum ketika sebuah RUU yang sudah disetujui


bersama oleh Presiden dan DPR ternyata tidak ditandatangani oleh
Presiden!

Jawab
Suatu UU meskipun belum memiliki nomor tetap dapat diajukan judicial review apabila sudah bisa
diregistrasi oleh MK. Meski hal tidak diatur dalam peraturan MK, tetapi hal ini diperbolehkan dalam praktik
pengujian UU di MK,Ini terdapat dalam yurisprudensi dan telah menjadi pemahamam umum. Sepanjang
norma yang diuji UU dan syarat permohonannya sudah lengkap, maka bisa diuji, setiap RUU yang sudah
disahkan menjadi UU bisa dimohonkan pengujian meski tanpa tanda tangan presiden setelah sudah
melewati 30 hari sejak disahkan. Sebab, UU yang telah disetujui bersama (DPR dan pemerintah) dan
tidak ditandatangani presiden dalam waktu 30 hari secara otomatis berlaku sebagai UU dan wajib
diundangkan dalam lembaran negara sesuai Pasal 20 ayat (5) UUD Tahun 1945, Filosofi persetujuan
bersama dalam pembentukan undangundang sangatlah penting dalam proses pembentukan undang-
undang, karena RUU akan menjadi undang-undang jika telah mendapat persetujuan bersama antara
DPR dan Presiden. Frasa “persetujuan bersama” tidak selalu barmakna untuk “setuju” tetapi biasanya
juga bermakna untuk “tidak setuju,peranan Presiden dalam pembentukan undang-undang menentukan
dalam pembentukan sebuah undangundang. Presiden diberikan hak untuk mengesahkan RUU tersebut
berupa pembubuhan tanda tangan Presiden sebagai dasar pengundangan dalam Lembaran Negara,
sehingga terpenuhinya syarat formiil dari pembentukan undangundang,mekanisme penandatanganan
undang-undang RUU yang disetujui bersama DPR dan Presiden disampaikan pimpinan DPR RI kepada
Presiden untuk disahkan, dalam jangka waktu tujuh hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
Menteri Sekretaris Negara (Mensekneg) menyiapkan naskah RUU. Naskah RUU yang telah disiapkan
kemudian disahkan oleh Presiden dengan membubuhkan tanda tangan.

4. Jelaskan alur pembentukan Undang-Undang!

Jawab
Tata Tertib DPR mengenai Tata Cara Pembentukan Undang-undang. Berdasarkan ketentuan UU
12/2011, UU 27/2009 dan Tata Tertib DPR tersebut, adapun ringkasan dari proses pembentukan
undang-undang sebagai berikut:

a. RUU dapat berasal dari DPR atau Presiden.

b. RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR, komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan DPR
yang khusus menangani bidang legislasi atau Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

c. RUU yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga pemerintah
non-kementerian sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya

d. RUU tersebut kemudian disusun dalam Program Legislasi Nasional (prolegnas) oleh Badan
Legislasi DPR untuk jangka waktu 5 tahun serta dibuat pula dalam jangka waktu tahunan yang berisi
RUU yang telah diurutkan prioritas pembahasannya.

e. Setiap RUU yang diajukan harus dilengkapi dengan Naskah Akademik kecuali untuk RUU
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), RUU penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu) menjadi UU, serta RUU pencabutan UU atau pencabutan Perpu.

f. Pimpinan DPR memberitahukan adanya RUU dan membagikan RUU kepada seluruh anggota
DPR dalam rapat paripurna

g. DPR dalam rapat paripurna berikutnya memutuskan RUU tersebut berupa persetujuan,
persetujuan dengan perubahan, atau penolakan

h. Selanjutnya RUU ditindaklanjuti dengan dua tingkat pembicaraan.

i. Pembicaraan tingkat I dilakukan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat Badan
Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat panitia khusus

j. Kegiatan dalam pembicaraan tingkat I dilakukan dengan pengantar musyawarah, pembahasan


daftar inventarisasi masalah, dan penyampaian pendapat mini fraksi

k. Pembicaraan tingkat II dilakukan dalam rapat paripurna. Dalam rapat paripurna berisi:

 Penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat mini DPD, dan hasil
pembicaraan Tingkat I;
 Pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota secara lisan yang
diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
 Pendapat akhir presiden yang disampaikan oleh menteri yang mewakilinya.

l. Bila tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah mufakat, keputusan diambil dengan suara
terbanyak
m. RUU yang membahas tentang otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan wilayah; pengelolaan sumber daya alam atau sumber daya lainnya; dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah, dilakukan dengan melibatkan DPD tetapi hanya pada
pembicaraan tingkat I saja.

n. Dalam penyiapan dan pembahasan RUU, termasuk pembahasan RUU tentang APBN,
masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis kepada DPR melalui pimpinan
DPR dan/atau alat kelengkapan DPR lainnya.

o. RUU yang telah mendapat persetujuan bersama DPR dengan Presiden diserahkan kepada
Presiden untuk dibubuhkan tanda tangan, ditambahkan kalimat pengesahan, serta diundangkan dalam
lembaran Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai