(16/2), memutuskan bahwa penetapan Budi sebagai tersangka kasus korupsi oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah tidak sah dan tidak berdasar hukum. Terhadap putusan
tersebut, banyak pihak yang mengomentari bahwa Hakim telah melampaui kewenangannya
dalam memutus perkara praperadilan tersebut.
Pertanyaan :
Jawab:
Dalam praperadilan hakim berwenang memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya
penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; ganti
kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat
penyidikan atau penuntutan; dan penetepan tersangka.
Praperadilan diperiksa dan diputus oleh hakim tunggal karena pada dasarnya praperadilan
diperiksa dan diputus berdasarkan acara pemeriksaan cepat dan ini berkaitan juga dengan
bentuk putusan praperadilan yang sederhana. Sifat proses praperadilan yang dilakukan
dengan pemeriksaan cepat inilah yang menjadi alasan kenapa hakim praperadilan adalah
hakim tunggal.
Praperadilan adalah wewenang hakim untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang tentang:[1]
1. sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau
keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;
2. sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan
demi tegaknya hukum dan keadilan;
3. permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak
lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
Adapun yang menjadi objek praperadilan ini diatur juga dalam Pasal 77 KUHAP yaitu:
SUMBER:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt55dbbb824661d/hakim-tunggal-dan-
objek-praperadilan-pasca-putusan-mk