PRA PERADILAN
Praperadilan adalah hal yang biasa dalam membangun saling kontrol
antara Kepolisian, Kejaksaan dan Tersangka melalui Kuasa Hukumnya atau
menciptakan saling kontrol antara sesama penegak hukum.
Dalam negara hukum yang berusaha menegakkan supremasi hukum
sangat diperlukan suatu lembaga kontrol yang independen yang salah satu
tugasnya mengamati/mencermati terhadap sah tidaknya suatu penangkapan,
penahanan atau sah tidaknya penghentian penyidikan atau sah tidaknya alasan
penghentian penuntutan suatu perkara pidana baik itu dilakukan secara resmi
dengan mengeluarkan SP3 atau SKPPP (Devonering), apalagi yang dilakukan
secara diam-diam.
Di samping itu diharapkan juga pihak Kepolisian dapat mengontrol kinerja
Kejaksaan apakah perkara yang sudah dilimpahkan benar-benar diteruskan ke
Pengadilan.
Begitu juga pihak Kejaksaan diharapkan dapat mengontrol kinerja
Kepolisian di dalam proses penanganan perkara pidana apakah perkara yang
sudah di SPDP (P.16) ke Kejaksaan akhirnya oleh penyidik perkara tersebut
benar-benar dilimpahkan ke Kejaksaan atau malah berhenti secara diam-diam.
Di dalam era supremasi hukum ini sudah saatnya dibangun budaya saling
kontrol, antara semua komponen penegak hukum (Hakim, Jaksa, Polisi dan
Advokat) agar kepastian hukum benar-benar dapat diberikan bagi mereka para
pencari keadilan.
Jadi, Praperadilan pada prinsipnya adalah untuk menguji dan menilai
tentang kebenaran dan ketepatan tindakan upaya paksa yang dilakukan
penyidik dan penuntut umum dalam hal menyangkut ketepatan penangkapan,
penahanan, penghentian penyidikan dan penuntutan serta ganti kerugian dan
rehabilitasi.
a. keterangan saksi
b. keterangan ahli
c. surat
d. petunjuk; dan
e. keterangan terdakwa.
Sistem pembuktian hukum acara pidana bertujuan untuk menilai alat bukti
dalam perkara yang sedang diperiksa. Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan
yang berisi pedoman tata cara yang dibenarkan undang-undang untuk
membuktikan kesalahan yang didakwakan terhadap terdakwa. Pembuktian
merupakan bagian terpenting dalam sidang pengadilan karena dengan
pembuktian akan tampak apakah terdakwa bersalah atau tidak bersalah.
Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan
undangundang “tidak cukup kuat” membuktikan kesalahan yang didakwakan
maka terdakwa “dibebaskan” dari hukuman. Sebaliknya, kalau kesalahan
terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebut dalam Pasal 184
KUHAP maka terdakwa dinyatakan “bersalah”, kepadanya akan dijatuhkan
hukuman.
Hukum Indonesia menganut sistem pembuktian negatif yakni
menggabungkan unsur keyakinan hakim dengan unsur pembuktian menurut
undang-undang. Kedua unsur tersebut harus terpenuhi ketika hakim
menjatuhkan putusan bebas atau bersalah. Sebagaimana yang tercantum dalam
Pasal 183 KUHAP yang berbunyi :
A. Keterangan Saksi
Penjelasan terkait keterangan saksi terdapat dalam Pasal 1 angka 27
KUHAP yaitu salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu.
Ditinjau dari segi nilai dan kekuatan pembuktian atau “the degree of
evidence”. Agar keterangan saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti
yang memiliki nilai kekuatan pembuktian, harus dipenuhi aturan ketentuan
sebagai berikut:
B. Keterangan Ahli
E. Keterangan Terdakwa
Alat bukti keterangan terdakwa merupakan urutan terakhir dalam Pasal
184 ayat (1). Terkait dengan keterangan terdakwa terdapat dalam Pasal 189
ayat (1) KUHAP. Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan
di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau ia ketahui sendiri atau
alami sendiri. Pada prinsipnya keterangan terdakwa adalah apa yang
dinyatakan atau diberikan terdakwa di sidang pengadilan. Adapun apa
yang terdakwa terangkan dalam pemeriksaan pendahuluan dahulu itu
bukan merupakan suatu bukti yang sah, ia hanya dapat digunakan untuk
membantu menerangkan bukti di sidang pengadilan. Dan hanya dapat
digunakan terhadap terdakwa sendiri. Untuk membuktikan bahwa
terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya,
maka keterangan terdakwa itu harus ditambah lagi dengan satu alat bukti
yang lain misalnya dengan keterangan saksi, satu keterangan ahli atau satu
surat maupun petunjuk.
.
UPAYA PAKSA
Kepolisian merupakan salah satu lembaga penegak hukum yang ada dalam
sistem peradilan pidana Indonesia. Bersama lembaga-lembaga lain, kepolisian
terlibat dalam proses peradilan pidana, yakni pada tahap penyidikan. Menurut
KUHAP, penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan untuk menemukan tersangkanya.
Dalam KUHAP, penerapan upaya paksa tersebut diatur dalam dua sistem:
Penangkapan
Penangkapan adalah tindakan penyidik berupa pengekangan sementara
waktu kebebasan tersangka jika terdapat cukup bukti untuk kepentingan
penyidikan, penuntutan, atau peradilan. Untuk kepentingan penyidikan,
penyidik dan penyidik pembantu berwenang melakukan penangkapan.
Penangkapan dilakukan oleh penyidik dengan memperlihatkan surat tugas
serta memberikan surat perintah penangkapan kepada tersangka.
Dalam surat penangkapan tersebut menyebutkan identitas tersangka,
alasan penangkapan, uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan,
serta tempat ia diperiksa.
Penahanan
Penahanan adalah penempatan tersangka di tempat tertentu oleh penyidik
menurut cara yang diatur dalam KUHAP. Penahanan dilakukan terhadap
tersangka yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang
cukup dan adanya kekhawatiran bahwa ia akan melarikan diri, merusak atau
menghilangkan barang bukti, atau mengulangi tindak pidana. Tidak semua
tindak pidana dapat dikenakan penahanan. Dalam KUHAP, penahanan hanya
dapat dilakukan dalam kasus tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih dan beberapa pidana yang diancam kurang dari
lima tahun.
- Penahanan rumah
- Pnahanan kota dan
- Penahanan rumah tahanan negara (Rutan).
Penggeledahan
Ada dua jenis penggeledahan yang dapat dilakukan polisi, yakni
penggeledahan rumah dan penggeledahan pakaian atau badan. Penggeledahan
rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan
tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan, penyitaan atau
penangkapan sesuai KUHAP.
Sementara, penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk
mengadakan pemeriksaan badan dan/atau pakaian tersangka untuk mencari benda
yang diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta, untuk disita. Dalam
melakukan penggeledahan, penyidik tetap harus menegakkan hak asasi manusia.
Penyitaan
Penyitaan adalah tindakan penyidik untuk mengambil alih atau menyimpan
di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak
berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan. Penyitaan hanya
dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri
setempat. Benda yang dapat dikenakan penyitaan, yaitu:
- Benda atau tagihan tersangka yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh
dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
- Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak
pidana atau untuk mempersiapkannya;
- Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak
pidana;
- Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
- Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan;
- Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit.
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN
Dalam KUHAP sendiri telah memberikan pengertian mengenai apa itu
penyidik, penyidikan, penyelidik, dan penyelidikan sebagai berikut:
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
dan guna menemukan tersangkanya.
Penyidikan
Khusus penyidik dari kepolisian, karena kewajibannya mempunyai
wewenang:
1. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana;
2. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
3. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal
diri tersangka
4. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan
5. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
6. mengambil sidik jari dan memotret seorang
7. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi
8. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara
9. mengadakan penghentian penyidikan
10. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Dasar Hukum: