Anda di halaman 1dari 9

UPAYA HUKUM LUAR BIASA HUKUM ACARA PERDATA

Ketika berbicara upaya luar biasa maka ada satu mekanisme yang sangat dekat
yang sangat kental yang disebut dengan peninjauan kembali (PK).

Kenapa disebut sebagai upaya hukum luar biasa? ketika ada suatu putusan dan
orang itu tidak menerima terhadap putusan itu karena menurutnya putusan itu
mengandung cacat baik formil maupun materill kemudian putusan itu dianggap tidak
sesuai dengan hukum maka orang tersebut bisa mengajukan upaya hukum biasa
dalam hal ini adalah banding dan kasasi.

Mengajukan banding dan kasasi sangat memperhatikan masalah tenggang waktu


dimana tegang waktunya adalah 14 hari mengajukan upaya banding dan kasasi dan
untuk kasasi sendiri setelah mengajukan 14 hari kasasi wajib dilanjutkan dengan
penyerahan memori kasasi 14 hari setelah pengajuan kasasi.

Pengajuan Kontra memori kasasi diajukan 14 hari setelah menerima memori kasasi,
ketika sudah lewat batas waktunya maka putusan yang akan diupayakan dalam
upaya hukum tersebut dianggap sudah berkekuatan hukum tetap, perkara-perkara
yang sudah inkrah terebut tidak lagi bisa digunakan upaya hukum biasa karena
ketika mengajukan upaya hukum biasa banding atau kasasi muncul istilah Nebis In
Idem artinya perkara ini sudah pernah diputus dan sudah berkekuatan hukum tetap.

Ketika menemukan sebuah ketidakadilan dalam sebuah putusan yang sudah inkrah
maka diperlukan sebuah mekanisme diluar kebiasaan yang ada. Upaya hukum luar
biasa artinya upaya hukum yang dilakukan diluar kebiasaan atau diluar prosedur
yang sudah ada sebelumnya. Salah satu upaya hukum luar biasa yang sangat
kental adalah peninjauan kembali, peninjauan kembali dapat terjadi karena ada
putusan yang menurut pemohon ini terdapat ketidakadilan, terdapat ketidakbenaran
baik yang berperkara pidana maupun perkara perdata. Oleh karena itu, karena
putusan itu dianggapnya tidak benar, tidak adil dan sudah inkrah maka satu-satunya
cara, upaya hukum yang ada yaitu upaya hukum luar biasa berupa peninjauan
kembali.
→ Peninjauan kembali (PK) sebelumnya diatur dalam RV yang disebut sebagai
Reques Civil (RC) yang diatur dalam pasal 385-401 RV. Dalam UU No. 14/70 diatur
PK dalam pasal 21.

→ Lembaga PK diatur dalam SEMA No.6/67 sampai dengan terakhir sekarang ini
PK diatur dalam pasal 66-77 UU No.14/85 tentang MA.

Kenapa PK tidak khusus diatur dalam HIR atau tidak khusus diatur dalam KUHAP
tapi diatur dalam MA? karena pengaturan tentang PK dalam hukum acara perdata
hukum acara pidana hukum acara PTUN peradilan agama itu sama makanya diatur
dalam UU MA.

PK dapat diajukan baik secara tertulis maupun lisan (Pasal 71 UU No.14/85).


Pengajuan PK dilakukan secara tertulis. PK merupakan upaya hukum terhadap
putusan yang sudah In Kracht Van Gewijsde atau berkekuatan hukum tetap dimana
sudah tidak tersedia lagi upaya hukum biasa. Artinya PK bukan hukum peradilan
yang ke-4.

Kenapa diajukan PK? karena si pemohon menganggap putusan itu mengandung


ketidakbenaran ketidakadilan sehingga perlu diajukan melalui sebuah upaya hukum
yang luar biasa.

Alasan PK diatur dalam pasal 67 dari huruf a-f alasan ini sama dengan yang telah
diatur dalam PERMA 1/82. Untuk mengajukan PK maka ada dua syarat yang harus
dipenuhi:
1. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap atau (In Kracht),
sebagai upaya hukum luar biasa baru dapat dipergunakan karena tidak
tersedia lagi upaya hukum biasa yaitu verzet, banding dan kasasi. Artinya
selama masih ada upaya hukum biasa maka upaya hukum luar biasa belum
bisa dipergunakan. Kapan bisa dipergunakan upaya hukum luar biasa? ketika
putusan sudah berkekuatan hukum tetap atau In Kracht Van Gewijsde.
2. Terpenuhi alasan-alasan untuk pengajuan PK sebagaimana ditentukan dalam
pasal 67 UU MA.
Menurut pasal 67 UU MA ada 6 alasan-alasan mengajukan PK:
1. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak
lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-
bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu; hal ini berarti
bahwa ada satu putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap tetapi oleh
pemohon PK dapat dibuktikan melalui sebuah putusan pengadilan pidana
bahwa alasan yang digunakan untuk mengambil putusan untuk menetapkan
putusan perdata yang sudah berkekuatan hukum tetap didasarkan pada
sebuah kebohongan, didasarkan pada sebuah tipu muslihat, didasarkan pada
keterangan-keterangan saksi palsu ataupun dokumen-dokumen bukti yang
palsu atau keterangan saksi yang palsu. Ketika kepalsuan kebohongan
dokumen palsu keterangan saksi palsu itu sudah terbukti melalui putusan
pengadilan negeri putusan pengadilan pidana yang sudah inkrah maka bisa
mengajukan PK dengan alasan adanya putusan pengadilan pidana yang
menyatakan terdapat kekeliruan terdapat kebohongan terdapat tipu muslihat
dalam putusan perkara yang sudah inkrah. Contoh, ketika dalam perkara
perdata penggugat mengajukan dokumen mengajukan saksi dan karena
keterangan saksi dan dokumen itu majelis hakim memutuskan mengabulkan
permohonan atau mengabulkan gugatan dari si penggugat. ketika tergugat
mengetahui bahwa dokumen yang diajukan adalah palsu atau keterangan-
keterangan saksi itu adalah tidak benar maka tergugat mengajukan pelaporan
kepada kepolisian dan setelah melewati proses penyelidikan penyidikan
penuntutan sampai adanya putusan pengadilan pidana yang inkrah yang
menyatakan bahwa dokumen yang diajukan ataupun keterangan-keterangan
saksi memberikan keterangan palsu ternyata terbukti secara sah dan
meyakinkan maka putusan pengadilan pidana sudah inkracht dapat dijadikan
dasar untuk mengajukan PK terhadap putusan perdata.
2. Apabila setelah perkara diputus ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak ditemukan; seringkali
menyebut istilah ini dengan adanya novum atau bukti baru. Novum atau bukti
baru sifatnya menentukan dan belum pernah diajukan dalam sidang
pemeriksaan sebelumnya. Artinya ketika mengajukan alasan PK mengajukan
PK dengan alasan mengajukan bukti baru dan ternyata bukti itu sudah pernah
diajukan sebelumnya maka PK tidak akan diterima.
3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada
yang dituntut atau dalam hukum acara perdata dikasih istilah dengan sebutan
Ultra petita disini hakim memutuskan sesuatu yang tidak diminta atau yang
tidak dituntut oleh penggugat sehingga tergugat dalam hal ini mengajukan
peninjauan kembali dengan alasan bahwa telah terjadi Ultra petita atau
sesuatu yang diputus padahal tidak diminta atau tidak dituntut oleh
penggugat. Alasan berikutnya adalah apabila mengenai suatu bagian dari
tuntutan belum diputuskan/dipertimbangkan sebab-sebabnya.
4. Ultra patita atau diputus melebihi dari apa yang dituntut, alasan keempat
adalah memutuskan sesuatu tapi tidak mempertimbangkan. Contoh, ketika
suatu gugatan meminta ganti rugi meminta siita jaminan meminta uang paksa
tetapi oleh majelis hakim diputus menolak semua permintaan tapi tanpa
memberikan pertimbangan kenapa permohonan atau petitum itu ditolak.
Artinya majelis hakim dalam amar putusannya menolak petitum dari
penggugat tetapi tidak menerangkan secara detil dalam pertimbangan alasan-
alasan kenapa petitum itu ditolak. Ini bisa dijadikan alasan untuk mengajukan
peninjauan kembali karena kekurangnya kurangnya pertimbangan dalam
memutuskan.
5. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama oleh
pengadilan yang sama atau sama tingkatannya telah diberi keputusan yang
bertentangan satu dengan yang lain; sistem perbandingan ketika subjek
hukum dan objeknya sama kemudian diperiksa oleh pengadilan yang sama
tetapi putusannya berbeda. Ini bisa dijadikan alasan untuk dapat mengajukan
peninjauan kembali.
6. Apabila dalam suatu putusan terdapat kekhilapan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata. Ini juga bisa menjadi alasan PK yang terakhir apabila
dalam suatu putusan terdapat kekhilapan hakim atau kekeliruan yang nyata.

Tenggang waktu untuk mengajukan PK 180 hari bagi alasan:


Secara umum dari 6alasan pengajuan PK rata-rata mempunyai tenggang waktu 180
hari. Kenapa 180 hari? karena menurut UU MA pengajuan PK paling lambat 180 hari
dari mana? tergantung dari alasan.
1. Alasan pertama terdapat tipu muslihat atau kecurangan yang nyata yang
didasarkan pada putusan pengadilan pidana. Kapan 180 dihitung? sejak
putusan pidana yang menyatakan terdapat kebohongan tipu muslihat itu
dinyatakan inkrah. Ada putusan pengadilan pidana ia menyatakan terdapat
kehilangan terdapat kebohongan terdapat tipu muslihat dan apabila putusan
pidana itu sudah inkrah maka batas waktu mengajukan PK terhadap putusan
perdata yang sudah inkrah sebelumnya itu sudah 180 hari sejak putusan
pidana inkrah.
2. Novum atau bukti baru sifat menentukan ini terjadi pengecualian dari 180 hari
karena untuk menentukan novum tidak ada batas waktu yang pasti karena
bisa saja novom ditemukan lebih dan 180 hari bisa juga bertahun-tahun
bahkan ada yang sampai kasus dia menemukan novum sehingga dia bisa
membatalkan putusan yang sudah inkrah melalui PK karena novum
ditemukan setelah belasan atau puluhan tahun. Artinya 180 hari bisa terapkan
dalam novum yaitu 180 hari sejak novum itu ditemukan. Masalah yang akan
jadi permasalahan adalah untuk menentukan kapan novum itu pertama kali
ditemukan tentu saja jika hal ini tidak dipublish oleh pemohon PK maka pihak
lawan tidak bisa menggunakan alasan lebih dari 180 hari sudah melewati
tenggang waktu dalam menemukan novum karena semua tergantung apakah
dipublikasi atau tidak sehingga dengan kata lain 180 hari tidak bisa
diberlakukan secara pasti untuk alasan kedua terkait dengan penemuan bukti
baru yang bersifat menentukan.
3. Ultra petita 180 hari dihitung dari putusan yang mengandung Ultra petita sejak
dinyatakan berkekuatan hukum tetap atau inkah. Artinya 180 hari itu dihitung
sejak putusan yang mengandung unsur ultra petita itu dinyatakan inkrah.
4. Putusan yang mengandung kurang pertimbangan sama 180 hari dihitung dari
putusan itu dinyatakan inkrah.
5. Sistem perbandingan objek sama subjeknya juga Sama pada tingkatan pada
yang sama tapi hasilnya berbeda maka 180 hari dihitung sejak putusan itu
dinyatakan inkrah dan alasan terakhir terdapat kekeliruan atau kekhilapan
hakm yang nyata 180 hari dinyatakan sejak dinyatakan putusan yang
mengandung kekeliruan itu dinyatakan sudah inkrah atau berkekuatan hukum
tetap.
Point 1 atau sejak putusan pidana dari putusan berkekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada pihak yang berperkara kemudian untuk novum yaitu
ditemukannya bukti bersifat menentukan maka diberikan kesempatan kepada
termohon untuk mengajukan perlawanan dengan alasan:
1. Adanya bukti adanya putusan pidana yang menyatakan adanya tipu muslihat
atau adanya tipu daya.
2. Tentang novum
3. Alasan ketiga adalah sampai alasan keenam maka putusan itu cukup
diberitahukan saja kepada pihak yang berperkara atau pihak termohon kasasi
pengadilan yang berwenang untuk memutus PK adalah MA setelah diajukan
secara tertulis atau lisan oleh pihak sendiri atau ahli warisnya atau seorang
wakilnya secara khusus dikuasakan untuk itu sedangkan apabila selama
proses PK pemohon meninggal dunia permohonan dapat diajukan oleh ahli
waris hal ini mengandung arti bahwa pengajuan PK bisa dilakukan oleh
principal itu sendiri atau diajukan oleh ahli waris atau diajukan oleh wakilnya
atau kuasa hukumnya dan ketika proses PK itu berlangsung dan pemohon
PK itu meninggal maka posisinya dapat diganti oleh ahli waris. Kemudian
dalam pemeriksaan PK, MA memutus PK pada tingkat pertama dan terakhir
artinya setelah PK sudah tidak ada lagi upaya hukum walaupun
kenyataannya sering mendengar PK di atas PK tetapi sebenarnya sesuai
aturan sesuai dengan kaidah MA memutuskan pada tingkat pertama dan
tingkat terakhir kemudian pengadilan negeri yang memutus perkara dalam
tingkat pertama setelah menerima permohonan PK selanjutnya dalam tempo
14 hari melalui panitera menyampaikan salinan permohonan kepada pihak
lawan dengan maksud bila alasan berdasarkan tipu muslihat atau novum
pihak lawan dapat memiliki kesempatan untuk mengajukan jawaban
kemudian bila alasan Ultra petita kurangnya pertimbangan kemudian
perbandingan dan terdapat kekeliruan atau kesalahan hakim yang nyata
maka pihak lawan dapat mengetahuinya saja pihak lawan dapat diberi tempo
untuk memberikan jawaban 30 hari setelah diterima salinan permohonan PK.
PK yang diajukan secara tertulis harus menyebutkan secara jelas alasan dari
PK tersebut artinya ketika kita mengajukan PK secara tertulis dalam memori
PK itu harus ada alasan dan alasan itu terdapat dalam pasal 67 yang tadi
enam alasan pengajuuan PK.

Wewenang MA dalam PK
1. Dapat memerintahkan PN dan PT untuk melakukan tambahan pemeriksaan atau
keterangan atau pertimbangan dari pengadilan yang bersangkutan
2. Meminta keterangan Jaksa Agung atau pejabat yang diserahi tugas penyidikan.
Kalau menyangkut hukum acara pidana setelah pemeriksaan atau diperoleh
tambahan Keterangan atau pertimbangan segera mengirimkan berita acara
kepada MA. Ketika ada PK dan ada sidang pemeriksaan PK sidang itu
dilaksanakan di pengadilan negeri atau di pengadilan tinggi sesuai dengan
perintah MA dan hasil pemeriksaan itu dikirimkan kepada MA jadi Hakim yang
memeriksa tetap adalah hakim pengadilan negeri atau hakim pengadilan tinggi
sesuai dengan perintah Mahkamah Agung tetapi tetap putusannya ada di hakim
MA.

Menurut pasal 74 putusan PK dapat berupa:


1. Mengabulkan PK, kemudian MA membatalkan putusan yang dimohon PK
tersebut, selanjutnya memeriksa dan memutus sendiri perkaranya.
2. MA menolak permohonan PK dalam hal MA berpendapat PK tidak beralasan

Dasar alasan PK bila dikelompokkan,maka:


• Alasan yang ditemukan oleh pihak atau pihak ketiga
• Alasan karena kekhilapan atau kekeliruan hakim dalam melaksanakan
hukum acara.

Yang berhak PK adalah :


• Salah satu pihak yang berperkara
• Pihak yang berkepentingan
• Ahli waris atau
• Wakil dengan surat kuasa khusus
• PK merupakan putusan Pertama Dan Terakhir
• Tenggang waktu diajukan atau dikirim dalam 14 hari setelah kepala
pengadilan ketua pengadilan negeri memutus perkara menerima permohonan
pengajuan PK panitera harus mengirim salinan PK kepada lawan
• Tenggang waktu PK atas dasar pasal 67 JO adalah 180 hari kecuali ada
penjelasan tambahan terkait masalah novum atau bukti baru yang bersifat
menentukan
• PK pada prinsipnya tidak menangguhkan eksekusi secara teori pengajuan
PK tidak menangguhkan eksekusi (Pasal 66 ayat (2) UUMA
• Prinsip umum PK tidak menangguhkan eksekusi diperlunak dengan melihat
beberapa kasus artinya ketika ada yang mengajukan PK, panitera atau
pengadilan tetap bisa melaksanakan eksekusi tetapi kenyataannya banyak
terjadi problematika di lapangan ketika sudah terjadi eksekusi objek eksekusi
sudah berubah sudah berpindah tangan dan akhirnya keluar putusan PK
dimana pemohon PK itu dimenangkan oleh Mahkamah Agung timbul
permasalahan bagaimana status objek sengketa nya padahal ini sudah
beralih ke pihak ketiga akhirnya timbul lagi permasalahan hukum atau
masalahnya jadi berkepanjangan oleh karena itu walaupun pada prinsipnya
PK tidak menangguhkan eksekusi tetapi ada surat edaran Mahkamah Agung
yang sudah diberlakukan bagi ketua pengadilan seluruh Indonesia ketika ada
pengajuan PK maka untuk sementara eksekusi ditangguhkan dulu sampai
keluar putusan PK sehingga tidak akan ada lagi permasalahan hukum terkait
dengan putusan PK yang diterima dan harusnya menjadi perhatian baik
pemohon maupun termohon jangan ingin melaksanakan eksekusi ketika
masih ada pengajuan PK dari pihak lawan karena ketika PK itu diterima akan
ada permasalahan hukum selanjutnya yaitu bagaimana posisi atau
perlindungan pihak ketiga yang sudah membeli objek sengketa itu dengan
itikad baik yang secara hukum mereka juga harus dilindungi oleh karena itu
berdasarkan pertimbangan banyak terjadi permasalahan eksekusi ketika PK
masih berlangsung maka berdasarkan surat edaran Mahkamah Agung ketika
ada proses eksekusi dan ketika ada proses pengajuan PK maka eksekusi
ditangguhkan sementara sambil menunggu putusan PK ditetapkan.
DARDEN VERZET
Upaya hukum lainnya adalah d'arden verzet atau perlawanan pihak ketiga
merupakan upaya hukum menunjukkan pihak ketiga untuk mempertahankan
haknya atas barang yang telah diletakkan dalam sita jaminan oleh pengadilan
atas perkara pihak lain pihak ketiga merasa dirugikan atas penyitaan tersebut jika
pihak ketiga ini tidak menggunakan haknya maka ia dianggap tidak keberatan
atas sita terhadap barangnya.

Syarat mengajukan derden verzet:


• Diajukan dengan dasar atas hak yang jelas
• Diajukan tertulis melalui PN yang menyita disertai ditum agar dinyatakan
sebagai pihak ketiga yang baik dan mohon agar Sita jaminan diangkat
kembali
• Membayar biaya perkara
• Apabila derden verzet dikabulkan karena dinilai beralasan hukum, maka
sita jaminan atau eksekusi diperintahkan agar diangkat kembali karena
dinilai tidak relevan lagi untuk dipertahankan. Jadi derden verzet atau
perlawanan pihak ketiga ini terjadi gara-gara ada seseorang yang memiliki
sebuah objek tertentu dimana objek tertentu itu menjadi diletakkan Sita
jaminan atau Sita eksekusi oleh pihak lain yang berperkara karena orang
ini merasa keberatan hak miliknya dijadikan Sita jaminan dalam perkara
orang lain maka dia masuk mengajak mengadakan perlawanan pihak
ketiga yang disebut dengan derden verzet.
• Sebaliknya apabila derden verzet ditolak karena dinilai tidak beralasan
hukum maka Sita jaminan tetap dipertahankan
• Terhadap putusan atau sederajat dapat diajukan upaya hukum banding

Anda mungkin juga menyukai