Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN 1

TATA URUTAN PERSIDANGAN


1. Hakim masuk ruang sidang
JPU, terdakwa,ketua majelis membuka sidang dan terbuka untuk umum.
Mengapa harus terbuka krn agar mengetahui proses dan sifatnya objektif.
kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak.

2. JPU dipersilahkan membaca surat dakwaan


Harus memenuhi syarat surat dakwaan
- Syarat formil dan materil
a. Syarat formil (identitas terdakwa)
- Ada tanda tangan oleh PU/jaksa dan tanggal
- Dalam pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP = terdapat nama lengkap,tempat
lahir, umur atau tanggal lahir serta jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, dan
pekerjaan tersangka.
Ditandatangani oleh penuntut umum. Apabila syarat ini tidak terpenuhi maka hakim
dapat membatalkan dakwaan penuntut umum (Pasal 143 ayat (3) KUHAP).

b. Syarat materil
Tindak pidana yang didakwakan dan menyebut waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.
3. Pengajuan keberatan diberikan hakim kepada terdakwa
- Saat ingin mengajukan keberatan atau eksepsi atau sanggahan
Maka diajukan eksepsi yang memungkinkan
Diterima dan ditolak

Misal = surat dakwaan salah menulis nama atau unsur, maka ada kesalahan dalam
penulisannya itu masuk syarat formil – keberatan diterima.
- Akibat hukumnya maka pokok perkara dihentikan atau ditunda ketika
eksepsi diterima.
Maksud dari pokok perkara jika eksepsi diterima ialah tindak pidana yang
didakwakan ditunda.
Konsekuensinya
Bisa diajukan lagi dengan syarat menyempurnakan surat dakwaan tsb.
- Akibat jika eksepsi ditolak
Pemeriksaan gugatan tidak terbukti dan eksepsi tdk mempunyai dasar.
Maka pemeriksaaan dapat dilanjutkan.
Jika tidak memenuhi syarat formil yang diajukan, maka eksepsi = surat dakwaan
tidak dapat diterima.
Jika tidak memenuhi syarat materil, maka eksepsi = surat dakwaan dibatalkan atau
batal demi hukum.

Contoh kasus
Terjadi tindak pidana di grendeng, maka menurut locus delicti tindak pidana tsb
dapat diadili di PN Purwokerto.
Namun terdapat pengeculian jika, para sanksi di pbg maka bisa dipbg

Macam eksepsi menurut pasal 156 KUHAP


- PN tidak berwenang dalam mengadili
- Surat dakwaan tdk dapat diterima (masuk syarat formil)
- Surat dakwaan dapat batal demi hukum ( syarat materil)
Macam-macam eksepsi atau keberatan yang diajukan oleh Terdakwa (Pasal
156 KUHAP)

1. Surat dakwaan tidak dapat diterima. Tidak memenuhi syarat formil, apabila
diajukan dan diterima oleh Hakim maka keberatannya “surat dakwaan tidak diterima”
2. Surat dakwaan dapat dibatalkan (batal demi hukum). Tidak memenuhi syarat
materiil, namun ditolak oleh Hakim, maka diajukan keberatan kaitan dengan “Surat
dakwaan dapat dibatalkan”
3. Pengadilan tak bewenang mengadili perkara. Tidak memenuhi asas locus
delicti (mengenai PN yang berwenang mengadili adalah di tempat tindak pidana
tersebut di lakukan). Pengecualian pada Pasal 84 KUHAP, dapat juga disidangkan di
wilayah lain dengan alasan dimana saksi-saksi yang mengetahui tentang tindak pidana
yang terjadi, tempat tinggalnya banyak yang diwilayah lain tersebut.

Pertanyaan
Akibat hukum kalo keberatan diajukan oleh terdakwa?
Maka kalo eksepsi diterima maka pokok perkara ditunda atau diberhentikan,
sedangkan jika eksepsi ditolak maka dilanjutkan pemeriksaan pokok perkara.

Sistem pembuktian KUHAP


Negatif wevelik/sistem pembuktian menurut UU secara negative.
Pasal 183 KUHAP = dasar sistem pembuktian KUHAP
Inti ada dua unsur =
- Hakim harus memeriksa sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah
- Keyakinan hakim = bisa terdakwa bersalah dan tidak terbukti bersalah.
Doktrin Wiryono, menyatakan bahwa negatif wettelijk sebaiknya dipertahankan
dengan alasan:

1. Memang sudah selayaknya harus ada keyakinan hakim tentang kesalahan


terdakwa untuk dapat menjatuhkan pidana, hakim jangan terpaksa memidana
seseorang sedangkan ia tidak yakin akan kesalahannya.
2. Berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun keyakinannya
agar ada patokan tertentu yang harus diturut oleh Hakim dalam melakukan peradilan.
-patokan: hakim harus memeriksa sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.

Wettelijk: alat-alat bukti yang sah yang ditentukan oleh undang-undang.

Negatif: dengan alat-alat bukti yang sah, yang ditetapkan undang-undang saja,
belum cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Namun, masih dibutuhkan
adanya keyakinan hakim.

Jadi, untuk memberikan putusan, tidak cukup diperiksa mengenai alat-alat bukti
yang sah, namun juga dibutuhkan adanya keyakinan hakim.

Pasal 184 KUHAP


Ada 5 alat bukti yang sah
- Keterangan sanksi = dikecualikan bahwa anak tidak bisa mjd sanksi krn
menurut pasal 171 KUHAP belum dewasa shg tdk bisa mjd sanksi.
- Keterangan ahli
- Surat
- Petunjuk
- Keterangan terdakwa

Sanksi yang belum berusia 15 thn dan belom menikah belum dewasa.

- Keterangan saksi, harus dewasa menurut hukum pidana. Status “anak” belum
dewasa dalam perkara pidana. Dalam perkara pidana, anak yaitu yang berusia kurang
dari 15tahun dan belum menikah. Sehingga, dalam hal menjadi saksi, dikecualikan
status anak.

Dasar hukum Pasal 171 KUHAP, yang boleh diperiksa untuk memberi keterangan
tanpa sumpah ialah:
a. Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernah kawin.
b. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya baik
kembali.

- Keterangan ahli, ahli medis tentang terjadinya pemerkosaan (tindak pidana lain
atau tidak), C sebagai dokter.

- Keterangan terdakwa, pelaku tindak pidana.

- Surat, surat fisum et refertum. Uraiannya mengenai terjadinya suatu pemeroksaan


(tindak pidana lainnya) atau tidak. Surat tsb dibuat oleh ahli dibidang medis.

KETERANGAN SAKSI

Syarat saksi

a. Syarat saksi materiil: dalam perkara pidana mengenai suatu peristiwa pidana
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan
dari pengetahuannya itu. Pasal 1 butir 26 KUHAP
b. Syarat formil: mengangkat sumpah lebih dulu.

Contoh kasus
Ayah memperkosa anak kandunganya, hal tsb diketahui atau dilihat oleh anak kecil,
mahasiswa dan dokter.
Jwb
a. Keterangan sanksi
- Mahasiswa dan dokter krn sudah dewasa dan sesuai dgn pasal 171 KUHAP
- Anak tdk dpt jdi sanksi krn belom dewasa.
b. Keterangan ahli
Dalam hal ini ahli medis
c. Keterangan terdakwa = ayah yang memperkosa anak kandungnya
d. Petunjuk
e. Surat visum et repertum
MACAM SAKSI PERKARA PIDANA
- Saksi yang memberatkan = diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum.
- Saksi yang meringankan = saksi yang diajukan terdakwa atau PH
- Saksi mahkota = saksi yang salah satu dari terdakwa dalam salah satu tindak
pidana.
(sebenarnya tidak boleh diajukan namun dalam keadaan tertentu jika tidak ada saksi
maka boleh, contoh kasus bom bali (yang mengetahui hanya terdakwa jadi terdakwa
satu bisa menjadi terdakwa lain))
- Saksi testimonio de auditu = saksi yang memberikan keterangan di
persidangan tidak berdasarkan saksi lihat, dengar, dan alami tetapi keterangan
diberikan berdasarkan pendengaran orang lain.
Contoh: saksi A diminta oleh JPU untuk maju ke sidang memberi keterangan, saksi
tersebut cerita bahwa ia memberi keterangan bahwa terdakwa melakukan tindak
pencurian di tetangga, namun ia mengatakan bahwa ia tahu dari tetangga lainnya,
dengan kata lain tidak berdasarkan yang ia tahu sendiri. = BUKAN MERUPAKAN
ALAT BUKTI YANG SAH KARENA TIDAK MEMPUNYAI KEKUATAN PEMBUKTIAN

Untuk menjadi saksi syaratnya yaitu Formil dan Materil


Materil (pasal 1 butir 26) keterangan yang ia lihat,dengar dan alami.

KUHAP = untuk acara pidana dan HIR tidak berlaku, namun dalam acara perdata
masih berlaku HIR.
- Saksi Unus testis nulus testis = satu saksi atau alat bukti tidak bisa untuk
menjatuhkan putusan terdakwa (pasal 183 KUHAP) Kkarena harus sekurang-
kurangnya 2 alat bukti yang sah dan keyakinan hakim.

NOTE = hukum untuk menjadi saksi itu wajib tapi ada pengecualian untuk pasal 168
KUHAP.

Hukumnya untuk menjadi saksi itu wajib. Ketika di TKP ada tindak pidana
pembunuhan, dan ada penyidik yang menawarkan agar menjadi saksi di persidangan.
Maka orang yang ditawarkan wajib menjadi saksi dan datang dalam persidangan.

Pengecualiannya untuk tidak menjadi saksi:

Pasal 168 KUHAP

a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai
derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa. Jika terdakwa
lebih dari satu, maka terdakwa yang satu tidak dapat menjadi saksi terdakwa yang lain
(saksi mahkota)
b. Anak-anak dan keturunan dari terdakwa
c. Suami isteri sudah cerai.
yang mengundurkan diri bisa menjadi saksi, alasannya seandainya JPU atau
terdakwa menyetujui (harus ada persetujuan dari dua-duanya) maka dapat
memberi keterangan dibawah sumpah (memenuhi syarat objektif, sehingga
memiliki kekuatan pembuktian dan merupakan alat bukti yang sah)

Orang yang dikecualikan untuk menjadi saksi (Pasal 171 KUHAP)

Dasar hukum Pasal 171 KUHAP, yang boleh diperiksa untuk memberi keterangan
tanpa sumpah ialah:

c. Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernah kawin.
d. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya baik
kembali.
Orang yang sakit gila meskipun sudah sembuh, tidak boleh memberikan keterangan
sebagai saksi karena keterangannya tidak dapat dipertanggungjawabkan (Pasal 44
KUHAP)

Seandainya JPU/terdakwa persetujuan duanya


Pasal 169 = keterangan sumpah (obyektif)
Pasal 44 KUHP = orang yang sakit gila tidak bisa memberikan keterangan yang
dipertanggung jawabkan.dalam hal ini cakap berumur 21 tahun.

Persidangan anak itu tertutup, dihadiri oleh orang tertentu tapi putusannya terbuka
untuk umum oleh hakim.
Pengecualian, dan bisa mengundurkan diri (pasal 168 KUHAP)
171 KUHAP = tidak boleh
Jika tidak mau bersaksi maka disandera 14 hari.

Bentuk pemeriksaan acara pidana


- Biasa
- Singkat
- Cepat

PARAMETER BIASA
- Hakim majelis >1 tapi harus ganjil.
- Sistem pembuktian negative wetelek (hakimnya memeriksa sekurang-
kurangnya 2 alat bukti dan keyakinan hakim)
- Dalam melimpahkan ke Pengadilan Negeri.
JPU harus membuat surat dakwaan ke PN.
Surat dakwaan = untuk menentukan unsur yang didakwakan
- Terdakwa harus hadir
Jika tidak hadir ? maka pemeriksaan ditunda sampai terdakwa hadir atau sehat.
Kecuali tindak pidana khusus (misal korupsi,teroris) bisa langsung dilanjutkan.
- Putusan dibuat tersendiri = dalam berkas putusan identitas,duduk perkara,
dakwaan,pembuktian,tuntutan, dan putusan (pertimbangan hukum hakim dan amar
putusan)
- Pidananya berat
Doktrin 3 tahun lebih = dinyatakan pidananya berat

Pemeriksaan Pidana Acara Singkat (Pasal 203 KUHAP) 


-Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan singkat ialah perkara kejahatan atau
pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 dan yang menurut penuntut
umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana.
-Penunjukan Majelis/ Hakim dan hari persidangan disesuaikan dengan keadaan di
daerah masing-masing.
-Dalam acara singkat, setelah sidang dibuka oleh Ketua Majelis serta menanyakan
identitas terdakwa kemudian Penuntut Umum diperintahkan untuk menguraikan tindak
pidana yang didakwakan secara lisan, dan hal tersebut dicatat dalam Berita Acara
Sidang sebagai pengganti surat dakwaan (pasal 203 ayat 3 KUHAP) 
-Apabila pada hari persidangan yang ditentukan terdakwa dan atau saksi-saksi tidak
hadir, maka berkas dikembalikan kepada Penuntut Umum secara langsung tanpa
penetapan, sebaiknya dengan buku pengantar (ekspedisi).
-Hakim dalam sidang dapat memerintahkan kepada penuntut umum mengadakan
pemeriksaan tambahan untuk menyempurnakan pemeriksaan penyidikan jika hakim
berpendapat pemeriksaan penyidikan masih kurang lengkap. Perintah pemeriksaan
tambahan dituangkan dalam surat penetapan.
-Pemeriksaan tambahan dilakukan dalam waktu paling lama 14 hari, sejak penyidik
menerima surat penetapan pemeriksaan tambahan
-Jika hakim belum menerima hasil pemeriksaan tambahan dalam waktu tersebut,
maka hakim segera mengeluarkan penetapan yang memerintahkan supaya perkara
diajukan dengan acara biasa.
-Pemeriksaan dialihkan ke pemeriksaan acara cepat dengan tata cara sesuai Pasal
203 ayat (3) huruf b KUHAP.
-Untuk kepentingan persidangan Hakim menunda persidangan paling lama 7 hari.
-Putusan perkara pidana singkat tidak dibuat secara khusus tetapi dicatat dalam
Berita Acara Sidang.
-Ketua Majelis Hakim/ Hakim yang ditunjuk bertanggung- jawab atas ketepatan
batas waktu minutasi. Paling lambat sebulan setelah pembacaan putusan, berkas
perkara sudah diminutasi.
-Hakim memberikan surat yang memuat amar putusan kepada terdakwa atau
penasihat hukumnya, dan penuntut umum.

ACARA CEPAT (RINGAN DAN LALU LINTAS)


Pasal 205 kuhap:
#paragraph 1
Yang diperiksa menurut acara pemeriksana tindak pidana ringan ialah perkara yang
diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda
sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang
ditentukan dalam Paragraf 2 Bagian ini.
Cirinya : pidC
parameternya:
• Jenis Hakimnya tunggal
• Dalam perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyidik atas kuasa
penuntut umum, dalam waktu tiga hari sejak berita acara pemeriksaan selesai dibuat,
menghadapkan terdakwa beserta barang bukti, saksi, ahli dan atau juru bahasa ke
sidang pengadilan.(205 1)
• Pengadilan menetapkan hari tertentu dalam tujuh hari untuk mengadili perkara
dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan.(206)
• Perkara dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan yang diterima harus
segera disidangkan pada hari sidang itu juga. (207 a)
• Saksi dalam acara pemeriksaan tindak pidana ringan tidak mengucapkan sumpah
atau janji kecuali hakim menganggap perlu. (208)
#paragraf 2
Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan
• Jika terdakwa atau wakilnya tidak hadir di sidang, pemeriksaan perkara dilanjutkan.
(tdk wajib berarti)
DALAM HAL INI PUTUSAN VERSTEK
Yaitu putusan yang dijatuhkan apabila tergugat tidak hadir atau tidak juga
mewakilkan kepada kuasanya untuk menghadap meskipun ia sudah dipangil dengan
patut. (terdakwa tidak hadir dalam pemeriksaan perkara, maka putusan dapat
dijatuhkan putusan pidana)
• *Ketentuannya kurang lebih sama ky yg di paragraph 1

TINDAK PIDANA RINGAN:


1. Pengadilan menentukan hari tertentu dalam 7 (tujuh) hari untuk mengadili
perkara dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan.
2. Hari tersebut diberitahukan Pengadilan kepada Penyidik supaya dapat
mengetahui dan  mempersiapkan pelimpahan berkas perkara tindak pidana ringan.
3. Pelimpahan perkara tindak pidana ringan, dilakukan Penyidik tanpa melalui
aparat Penuntut Umum.
4. Penyidik mengambil alih wewenang aparat Penuntut Umum.
5. Dalam tempo 3 (tiga) hari Penyidik menghadapkan segala sesuatu yang
diperlukan ke sidang, terhitung sejak Berita Acara Pemeriksaan selesai dibuat
Penyidik.
6. Jika terdakwa tidak hadir, Hakim dapat menyerahkan putusan tanpa hadirnya
terdakwa;
7. Setelah Pengadilan menerima perkara dengan Acara Pemeriksaan Tindak
Pidana Ringan, Hakim yang bertugas memerintahkan Panitera untuk mencatat dalam
buku register.
8. Pemeriksaan perkara dengan Hakim tunggal.
9. Pemeriksaan perkara tidak dibuat BAP, karena Berita Acara Pemeriksaan
yang dibuat oleh penyidik sekaligus dianggap dan dijadikan BAP Pengadilan.
10. BAP Pengadilan dibuat, jika ternyata hasil pemeriksaan sidang Pengadilan
terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat
Penyidik.
11. Putusan dalam pemeriksaan perkara tindak pidana ringan tidak dibuat secara
khusus dan tidak dicatat/ disatukan dalam BAP. Putusannya cutup berupa bentuk
catatan yang berisi amar-putusan yang disiapkan/dikirim oleh Penyidik.
12. Catatan tersebut ditanda tangani oleh Hakim.
13. Catatan tersebut juga dicatat dalam buku register.
14. Pencatatan dalam buku register ditandatangani oleh Hakim dan Panitera
sidang.
PERKARA PELANGGARAN LALULINTAS JALAN
1. Catatan pemeriksaan yang dibuat Penyidik, memuat dakwaan dan
pemberitahuan diserahkan kepada Pengadilan selambat-lambatnya pada kesempatan
hari sidang pertama.
2. Panitera dalam pemeriksaan sidang tidak perlu membuat berita acara.
Putusan adalah berupa catatan Hakim dalam formulir tilang dan Panitera Pengganti
melapor pada  petugas register untuk mencatat dalam buku register.
3. Pada hari dan tanggal yang ditentukan dalam pembe¬ritahuan pemeriksaan
terdakwa atau wakilnya tidak datang di sidang Pengadilan pemeriksaan perkara tidak
ditunda tetapi dilanjutkan.
4. Dalam hal putusan diucapkan diluar hadirnya terdakwa, Panitera segera
menyampaikan surat amar putusan kepada terdakwa melalui Penyidik.
5. Penyidik mengembalikan surat amar putusan yang telah diberitahukan itu
kepada Panitera.
6. Panitera meneliti apakah dalam surat amar putusan terdapat tanggal serta
tanda tangan terpidana.
7. Tenggang waktu mengajukan perlawanan 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal pemberitahuan putusan kepada terpidana.
8. Panitera memberitahukan kepada Penyidik tentang adanya pengajuan
perlawanan dari terpidana.
9. Pemberitahuan disusul dengan Penetapan Hakim tentang hari sidang untuk
memeriksa kembali perkara yang bersangkutan.
10. Pengembalian barang sitaan/ bukti segera setelah putusan dijatuhkan dan
setelah yang bersangkutan memenuhi amar putusan.

PERTEMUAN 3

Dua unsur dari Pasal 183 KUHAP (negatif wettelijk)


- Hakim harus memeriksa sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah
- Hakim memperoleh keyakinan (Hakim berkeyakinan bahwa terdakwa terbukti
bersalah atau tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana. Hakim hanya boleh
putusan pidana berkeyakinan bahwa terdakwa terbukti bersalah.)

Doktrin Wiryono, menyatakan bahwa negatif wettelijk sebaiknya dipertahankan


dengan alasan:
1.Memang sudah selayaknya harus ada keyakinan hakim tentang kesalahan
terdakwa untuk dapat menjatuhkan pidana, hakim jangan terpaksa memidana
seseorang sedangkan ia tidak yakin akan kesalahannya.
2.Berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun keyakinannya
agar ada patokan tertentu yang harus diturut oleh Hakim dalam melakukan peradilan. 
-patokan: hakim harus memeriksa sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.

Wettelijk: alat-alat bukti yang sah yang ditentukan oleh undang-undang.


Negatif: dengan alat-alat bukti yang sah, yang ditetapkan undang-undang saja,
belum cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Namun, masih dibutuhkan
adanya keyakinan hakim. 
Jadi, untuk memberikan putusan, tidak cukup diperiksa mengenai alat-alat bukti
yang sah, namun juga dibutuhkan adanya keyakinan hakim

PERTEMUAN 4

Kasus
Terdakwa melakukan tindak pidana pencurian biasa, ancaman maks 5 thn . dan
hakim memutuskan 5 tahun penjara (jadi sama ancaman maksimalnya).
Apa yg dirasakan ? merasa keberatan krn dijatuhkan maksimalnya dan kmudian
mengupayakan upaya hukum.
Kasus = Oleh hakim dijatuhi 1 tahun? Yg tdk cocok jaksa penuntut umum, dan dapat
mengajukan upaya hukum diatur dalam kuhap.
Upaya hukum = hak utk menolak putusan yg dijatukan oleh hakim, krn putusan yg
diputus hakim dirasa kurang tepat atau tdk adil shg mengajukan upaya hukum. Pihak
terdakwa atau JPU.

- Upaya hukum ada dua yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa.
Upaya hukum biasa meliputi banding dan kasasi.
Upaya hukum luar biasa meliputi kasasi demi kept hukum dan pk (peninjaun kembali
atau herzening).
Maka disitu ada upaya hukum luar biasa artinya menyangkut
- mengenai para pihaknya, pihaknya kasasi kept hukum itu yg mengajukan
jaksa agung, dankalo PK terpidana dan ahliwarisnya, diatur dalam ketentuan KUHAP.
Tetapi dalam prakteknya tdk hanya terpidana dan ahliwarisnya tetapi JPU bisa
mengajukan PK.
- Jangka waktu upaya hukum luar biasa = tdk ada jangka waktunya tetapi dlm
perkembangnya dalam mengajukan PK, itu selama 1 bulan atau 30 hari. Kalo dikasasi
demi hukum tdk ada jangka waktunya
Jenis putusannya = upaya hukumluar biasa, putusan yg dpt diajukan itu yang sudah
inkrah (memiliki kekuatan hukum yg tetap dan konsekuensinya bisa dieksekusi, bisa
dilaksanakan),
terpidana adalah terdakwa yg dijatuhi putusan pidana.
Tersangka = orang yang berdasarkan bukti permulaan yg cukup diduga melakukan
tindak pidana
Terdakwa =Tersangka yg diperiksa dipersidangan
Inkrah ketika sudah menerima putusannya, dan apabila tdk mengajukan upaya
hukum dan jangka waktu dalam mengajukan upaya hukum sdh lewat maka putusannya
inkrah.

Upaya hukum biasa


- Pihaknya = JPU dan terdakwa
- Jangka waktu banding 7 hari setelah putusan diberitahukan kpd terdakwa,
dalam kasasi itu14 hari.
- Jenis putusan belum inkrah,

Upaya hukum banding =


1. Pasal 233 ayat 1 KUHAP
Yg dapat mengajukan itu terdakwa atau yang dikuasakan dan JPU dan diajukan ke
PT.
Pasal 233 ayat 2 KUHAP
Jangka waktu 7 hari sesudah putusan
Jika melebihi 7 hari, maka panitera hrs menolak upaya hukum banding dgn cara
membuat akte penolakan permohonan dan kemudian akte dittd dengan ketua PN.
Pasal 233 ayat 3 KUHAP
Akte banding itu permohonan upaya hukum banding diterima oleh panitera.
Pasal 235 ayat 1
Pencabutan. Jika permohonan banding diterima oleh panitera tetapi belum diputus
maka boleh dicabut namun dengan ketentuan kalo sudah dicabut tdk dapat diajukan
lagi.

Maka, dalam upaya hukum banding itu ada syarat2nya


1. Jenis putusan yg boleh dibanding
Pasal 67 KUHAP
Tdk boleh ada putusan PN yaitu putusan bebas putusan lepas,
putusan PN dengan acara cepat
putusan yg boleh diajukan banding itu putusan pemidanaan.
Ada 3 putusan dalam pidana =
putusan pemidanaan = putusan terdakwa terbukti bersalah
bebas = terdakwa tdk terbukti bersalah melakukan tindak yg didakwakan
lepas

tenggang waktu = 7 hari


pihak yg berhak mengajukan = terdakwa atau yang dikuasakan dan JPU dan
diajukan ke PT.

putusan pemidanaan, putusan tentang prapradilan mengenai tdk sahnya


penghentian penuntutan dan prapradilan dengan tdk sahnya penghentian penyelidikan,
putusan PN mengenai surat dakwaan batal demi hukum bisa diupayakan hukum
banding
prapradilan = kewennagan PN mengenai sah tidaknya penghentian penututan dan
penyelidikan maka bisa diajukan upaya hukum banding.
Cthnya = penuntutan menghentikan krn kurang alat bukti, tersangka meninggal
dunia, penuntutannya bisa diajukan upaya hukum banding.

Dalam mengajukan eksepsi (keberatan atau sanggahan), misal surat dakwaan batal
demi hukum ,dan diputusan surat dakwaan batal demi hukum tdk memenuhi syarat
materill, bisa dimintakan upaya hukum banding.
Memori banding = suatu akta yg berisi keberatan untuk mengajukan
banding.misalnya ancaman pidana berat, shg ditulis dalam suatu akta yg disebut
memori banding (sangat membantu hakim dalam upaya hukum banding) dan memori
banding tdk wajib dibuat oleh pemohon banding walaupun manfaat sangat besar dlm
upaya hukum banding, beda dengan kasasi, dalam memori kasasi wajib
dicantumkan.memori kasasi = alasan untuk mengajukan keberatan dalam upaya
hukum kasasi.
Memori kasasi sifatnya wajib (hrs ada tanpa ada memori kasasi maka permohonan
kasasi ditolak) tetapi kalo memori banding dan kalo dilampirkan akan memudah hakim
dalam upaya hukum banding.

Dalam upaya hukum banding. Terdakwa mengajukan memori banding maka disitu
pihak lawan (JPU) berhak mengajukan kontra memori banding, isinya adalah yg
menolak isi memori banding, misal pembuktian tdk sesuai dgn UU maka oleh JPU
mengjukan kontra memori banding yg isinya bahwa sesuai dengan UU.

Anda mungkin juga menyukai