Struktur Ketatanegaraan RI
Legislatif: DPR, MPR, DPD
Yudikatif: BPK, MK (UU 24 Tahun 2003), MA (UU 14 Tahun 1985), KY (UU 22 Tahun 2004) dan (UU 48 Tahun
2009 ttg Kekuasaan Kehakiman)
a. Peradilan Militer (UU 31 Tahun 1987): Mahkamah Militer – Mahkamah Militer Tinggi
b. Peradilan Umum (UU 2 Tahun 1986): Pengadilan Negeri – Pengadilan Tinggi
c. Peradilan Agama (UU 7 Tahun 1989): Pengadilan Agama – Pengadilan Tinggi Agama
d. Peradilan TUN (UU 5 Tahun 1986): Pengadilan TUN – Pengadilan Tinggi TUN
a. Peradilan Umum: Pengadilan HAM, Hubungan Industrial, Perikanan, Niaga, Anak, Tindak Pidana
Korupsi
b. Peradilan Agama: Mahkamah Syariah Islam/Arbitrase
c. Peradilan TUN: Pengadilan Pajak
Sudikno mertokusumo: peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum
perdata materiil dengan perantara hakim. Atau tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak,
memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan dari putusannya.
Gugatan
Bentuk Gugatan: tertulis dan lisan
Pencabutan Gugatan: sebelum dan sesudah tergugat menjawab (harus persetujuan tergugat)
Komulasi: subjektif (terdapat beberapa penggugat dan tergugat) dan objektif (terdapat beberapa tuntutan)
Tempat Pengajuan Gugatan: tempat tinggal tergugat; pengadilan tempat kediaman: pengadilan tempat
tinggal penggugat; PN tempat tinggal terutang; terkait benda tetap diajukan dimana benda tsb terletak (Psl
118 HIR/142 RBg).
Eksepsi
Prosesuil: gugatan kabur (abscuur libel), tidak sesuai dengan kewenangan absolut/relatif (declinator), kurang
pihak (eror in persona), gugatan terhadap hal yang sudah pernah diputus (res judicata/nebis in idem); perkara
masih berproses (litis pendentie), belum waktunya (van beraad)
Psl 124 HIR/148 RBg: perkara gugur akibat penggugat atau kuasanya tidak hadir setelah pemanggilan yang
patut pada sidang pertama.
Psl 126 HIR/150 RBg: Panggilan sekali lagi bagi penggugat yang tempat tinggalnya jauh atau surat kuasa tidak
memenuhi syarat
Kewenangan Relatif PN
Psl 118 HIR: wewenang Pengadilan Negeri
(1) Gugatan kepada ketua PN tempat diam si tergugat > jika TD, di tempat tinggal sebenarnya.
(2) Jika beberapa tergugat beda tempat tinggal, ke ketua PN salah satu tergugat yang dipilih.
(3) Jika TD tempat diam atau tempat tinggal sebenarnya atau tidak dikenal orang tergugat, ke ketua PN
tempat tinggal Penggugat.
(4) Jika ada tempat tinggal yg dipilih dengan akta, boleh ke ketua PN di tempat tinggal yg dipilih.
Psl 118 HIR: tergugat tidak mengajukan eksepsi ttg kewenangan relatif pada sidang pertama, PN tidak boleh
menyatakan tidak berwenang.
Psl 133 HIR/Psl 159 RBg: eksepsi kewenangan relatif harus pada sidang permulaan, jika terlambat hakim
dilarang memperhatikan eksepsi.
Pengecualian: jika tergugat tidak cakap, gugatan ke ketua PN tempat tinggal orang tua atau pengampunya
(Psl 21 BW)
Psl 38 PP 9 Tahun 1975: permohonan pembatalan perkawinan ke PN tempat perkawinan berlangsung atau
tempat tinggal suami istri atau salah satunya.
Pengecualian: perceraian, gugatan ke PN tempat kediaman tergugat, jika TD ke PN kediaman penggugat (Psl
20 PP 9 Tahun 1975). Jika tergugat di LN, ke PN tempat kedinasan penggugat > Departemen LN Cq Ditjen
Protokol.
Kewenangan Absolut
Wewenang absolut/mutlak: menyangkut pembagian kekuasaan mengadili antar lingkungan peradilan.
Pasal 134 HIR: eksepsi kewenangan absolut dapat diajukan setiap waktu selama perkara berlangsung dan
hakim harus menyatakan dirinya tidak berwenang.
Jika eksepsi diterima: PN tidak berwenang mengadili perkara dan putusan PN dapat dimohonkan banding
ke PT.
Jika eksepsi ditolak: putusan sela dicatat melalui BA Persidangan, harus diucapkan dalam sidang tapi tidak
dibuatkan putusan tersendiri. (Psl 185 HIR/Psl 196 RBg)
Yurisdiksi Voluntair
Perkara di pengadilan: contensius/gugatan dan voulentair/permohonan
Pembuktian
Alat Bukti (Bewijs): informasi yang memberikan dasar-dasar yang mendukung keyakinan bahwa bagian atau
keseluruhan fakta itu benar
Pembuktian (proof): hasil suatu proses evaluasi dan menarik kesimpulan terhadap alat bukti atau dapat
juga digunakan lebih luas untuk mengacu pada proses itu sendiri.
Ruang lingkup hukum pembuktian: Menurut Eddy O. S. Hiariej: Ketentuan Pembuktian meliputi:
Teori Pembuktian:
a. Negatif: hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kecuali dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti
yang sah
b. Positif: hakim terikat secara positif kepada alat bukti menurut UU.
c. Conviction rasionee: hakim diberikan kebebasan memakai alat bukti disertai dengan alasan yang
logis.
d. Conviction intime: pembuktiannya semata-mata pada keyakinan hakim.
Alat Bukti
Beban Pembuktian:
Psl 163 HIR/Psl 283 RGb/Psl 1865 BW: Kewajiban pembuktian ada pada pihak yang mendalilkan. (Acstori
incumbit probatio)
Kekuatan Pembuktian
Menjadi otoritas hakim dan sangat tergantung pada seberapa relevan dengan perkara yang disidangkan.
Dalam teori positif, akta otentik atau akta dibawah tangan memiliki pembuktian sempurna sepanjang tidak
dibuktikan sebaliknya atau diakui oleh para pihak.
a. Akta otentik
b. Akta dibawah tangan dilegalisasi notaris
c. Akta dibawah tangan di waarmerken notaris
d. Akta dibawah tangan dengan dua orang saksi
e. Akta dibawah tangan tanpa dua orang saksi
Putusan Pengadilan
Putusan pengadilan: pernyataan hakim diucapkan di persidangan bertujuan untuk mengakhiri sengketa
para pihak jika tidak ditaati sukarela dapat dipaksakan dengan bantuan alat negara.
Penjatuhan putusan hakim: pemeriksaan fakta > fakta dikonstatasi/ditetapkan kebenarannya > penerapan
hukum positif yg berlaku > mengkualifikasi atau menetapkan hubungan hukum dengan para pihak dalam
pertimbangan hukum > mengkonstitusinya dalam diktum putusan.
Istilah:
Putusan interlocutoir: memuat perintah untuk melakukan pembuktian yg dapat mempengaruhi materi
perkara atau bunyi putusan akhir.
Putusan insidentil: berhubungan dengan adanya insiden yang menunda jalannya proses perkara. Contohnya
adanya permohonan pihak ketiga untuk ikut serta dalam proses perkara (voeging atau tussenkomst)
Jenis Putusan
Putusan Preparatoir: putusan yang mengakhiri perkara pada tingkat pemeriksaan di pengadilan untuk
kelancaran persidangan
Putusan Serta Merta: gugatan didasarkan pada alat bukti surat otentik, utang piutang yang jumlahnya pasti
dan tidak dibantah, sewa menyewa yang telah habis dan penyewa melakukan kewajiban sebagai penyewa
yang baik.
Pasal 173 HIR: hakim wajib memutuskan keseluruhan gugatan (2) dan tidak diperbolehkan memutus
melebihi dari yang dituntut (ultra petita) oleh penggugat (3)
Putusan Non-Executable
Apabila: putusan declaratoir dan konstitutif atas barang yang tidak berada di tangan tergugat dan barang
tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam amar putusan
Upaya Hukum
Biasa: untuk setiap putusan selama masih dalam tenggang waktu, berupa perlawanan (verzet); banding
dan kasasi.
Luar Biasa/Istimewa: untuk keputusan yang inkracht, berupa peninjauan kembali (reques civil) dan
perlawanan pihak ketiga (derden verzet)
Perlawanan: terhadap putusan yang dijatuhkan tanpa hadirnya tergugat. Psl 129 HIR: hingga hari
kedelapan; Psl 153 RBg: sampai hari ke-14.
Banding
Psl 188-194 HIR/Psl 199-205 RBg: lembaga pemeriksaan ulang atas perkara yang telah diputus pada tingat
pertama.
Putusan yang tertutup dari upaya banding: putusan perdamaian dan putusan peradilan niaga tentang
kepailitan.
Prosedur Banding: diajukan tertulis/lisan dengan jangka waktu 14 hari setelah putusan/diberitahukan. Jika
berada di luar wilayah hukum pengadilan: 30 hari (jawa madura) dan 6 minggu (luar jawa madura: Psl 199
RBg).
Kasasi
Kasasi adalah pembatalan putusan atas penetapan pengadilan dari semua lingkungan peradilan. Pemeriksaan
terhadap penerapan hukumnya.
Prosedur Kasasi: Permohonan tertulis (14 hari) > dicatat di kepaniteraan PN dan diberitahukan ke pihak lawan
paling lambat 7 hari > pemohon wajib menyampaikan memori kasasi (14 hari setelah permohonan dicatat) >
30 hari Kepaniteraan PN wajib memberitahukan kepada pihak lawan beserta salinan memori kasasi > 30 hari
setelah menerima memori/kontra memori kasasi, Panitera wajib mengirimkan kepada MA.
Peninjauan Kembali
Dasar Hukum PK:
Syarat PK:
a. Terhadap putusan banding inkracht
b. Terdapat hal/keadaan baru/novum yang mematahkan kebenaran
c. Hanya dapat diajukan satu kali
Alasan PK:
a. Psl 1917 BW: putusan hakim hanya mengikat pihak yang berperkara dan tidak mengikat pihak ketiga
b. Psl 378 Rv: pihak ketiga dapat mengajukan perlawanan terhadap putusan yang merugikan hak pihak
ketiga
c. Psl 379 Rv: pihak petiga yang dirugikan mengajukan gugatan dengan cara upaya hukum biasa
Eksekusi
Penyebab penundaan eksekusi: