Anda di halaman 1dari 3

Nama : Teddy sam gusnadi

NPM : 19300022

Kelas : B

UAS HUKUM ACARA PTUN

1. Alat bukti formil menyangkut benar tidaknya pernyataan oleh orang yang bertanda
tangan di dalam akta tersebut, kekuatan pembuktian formil ini memberi kepastian
tentang peristiwa mengenai pejabat dan para pihak benar menyatakan dan melakukan
apa yang dimuat dalam sebuah akta sedangkan alat bukti material pembuktian materiil
memberikan kepastian tentang peristiwa mengenai pejabat atau para pihak
menyatakan dan melakukan seperti yang dimuat dalam akta sehingga memberikan
kepastian tentang materi suatu akta.
2. alat bukti yang dapat digunakan ditentukan jenis-jenisnya yaitu sebagaimana diatur
dalam Pasal 100 UU PTUNsebagai berikut:

 Surat atau tulisan.

 Keterangan ahli.

 Keterangan saksi.

 Pengakuan para pihak.

 Pengetahuan Hakim.

3. Suatu putusan pengadilan harus memuat sebagai berikut:


A. Kepala putusanSetiap putusan harus mempunyai kepala atau bagian atas putusan
yang berbunyi dengan keadilan, berdasarkan Tuhan yang maha esa. Kepala putusan
ini mempunyai kekuatan eksekutorial, karena bila tidak dicantumkan maksud
putusan tersebut tidak dapat dilaksanakan bahkan dapat menyebabkannya kebatilan
B. dentitas para pihak
C. Ringkasan
Harus diringkus secara jelas ringkasan gugatan dan jawaban apabila tidak dibuat,
maks dapat dibatalkan
D. Pertimbangan majelis : Pertimbangan dalami putusan dapat juga merupakan
pertimbangan hakim tentang duduk perkara dan pertimbangan tentang hukum
E. Alasan hukum
Alasan harus bersifat yuridis dan menjadi dasar putusan.Amar putusan dan biaya
perkara Amar atau diktum putusan merupakan jawaban dari petitum gugatan. Hal ini
berarti hakim wajib mengadili semua bagian tuntutan. Biaya perkara termasuk
diantaranya biaya-biaya untuk kepentingan materai, saksi. Biasanya dibebankan
kepada pihak yang kalah.
F. Waktu, nama hakim, panitera, dan keterangan lain Dalam putusan itu harus memuat
hari, tanggal nama majelis dan panitera. Sedangkan yang dimaksud dengan
keterangan lain, disebutkan mengenai kehadiran atau tidaknya para pihak di
persidangan.
4. Dalam memutus perkara yang terpenting adalah kesimpulan hukum atas fakta yang
terungkap dipersidangan.  Untuk itu hakim harus menggali nilai-nilai, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakt. Sumber
hukum yang dapat diterapkan oleh hakim dapat berupa peraturan perundang-
undangan berikut peraturan pelaksanaannya, hukum tidak tertulis (hukum adat),
putusan desa, yurisprudensi, ilmu pengetahuan maupun doktrin/ajaran para ahli
5. Upaya hukum merupakan upaya yang diberikan oleh UU kepada seseorang atau
badan hukum untuk hal tertentu untuk melawan putusan hakim sebagai tempat bagi
pihak-pihak yang tidak puas dengan putusan hakim yang dianggap tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan, tidak memenuhi rasa keadilan, karena hakim juga
seorang manusia yang dapat melakukan kesalaha/kekhilafan sehingga salah
memutuskan atau memihak salah satu pihak.
Upaya hukum biasa terdiri dari : banding, kasasi dan verzet.

 Banding

 Kasasi.

 Verzet : merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh salah satu


atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan Pengadilan Negeri.
6. Persyaratan Peninjauan Kembali

 Diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan
pidana memperoleh kekuatan hukum tetap.
 Sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal ditemukannya harus
dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang; atau.
7. Pengajuan PK dalam tenggang waktu 180 hari sesudah penetapan atau putusan
pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap atau sejak di ketemukan bukti adanya
kebohongan atau bukti baru, dan bila alasan pemohon PK berdasarkan bukti baru
maka bukti baru tersebut dinyatakan di bawah sumpah dan di sahkan oleh pejabat
yang berwenang (Pasal 69 UU No. 14 tahun 1985, yang telah di ubah dengan UU No.
5 tahun 2004)
8. eksekusi sebagai tindakan paksa menjalankan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap, akan menjadi pilihan untuk dilakukan apabila pihak yang
kalah tidak mau menjalankan atau memenuhi isi putusan secara sukarela. Syarat
eksekusi dalam lingkup tata usaha negara :

 Putusan diambil dengan suara terbanyak.


 Apabila ketentuan (a) tersebut juga tidak dihasilkan putusan, maka musyawarah
ditunda sampai musyawarah berikutnya.
 Apabila dalam musyawarah berikutnya tidak dapat diambil putusan dengan suara
terbanyak, maka suara terakhir, diletakan pada hakim Ketua Majelis yang
menentukan.
 Putusan Pengadilan dapat dijatuhkan pada hari itu juga dalam sidang yang terbuka
untuk umum, atau ditunda pada hari lain yang harus diberitahukan kepada kedua
belah pihak.

Anda mungkin juga menyukai