NPM : 19300022
Kelas : B
FAKULTAS HUKUM
2021/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara hukum, ketentuan ini tercantum dalam Pasal
1 ayat (3) hasil amandemen keempat Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya
disingkat UUD 1945), yang menyatakan “Negara Indonesia adalah Negara hukum”.
Bila dilihat dari ketentuan tersebut,maka semua aspek kehidupan baik dibidang
sosial, politik, budaya, ekonomi diatur dan dibatasi oleh norma-norma hukum yang
berlaku. Maka dari itu segala permasalahan yang muncul dalam kehidupan
masyarakat haruslah diselesaikan menurut hukum yang berlaku. Norma hukum yang
melindungi kepentingan masyarakat umum salah satunya diatur dalam kodifikasi
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya disingkat KUHP). Dalam hukum
pidana sendiri dikenal dengan adanya 2 (dua) kategori, yaitu Kejahatan dan
Pelanggaran(S. Hukum et al. 2019).
Belakangan ini masalah hukum pidana banyak menjadi sorotan, baik dalam
prakteknya maupun dalam usaha anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
sementara menyusun rancangan undang-undang hukum pidana yang baru. Usaha
untuk merubah KUHP bertujuan untuk mengatasi berbagai kelemahan dan
kekurangan yang ada dalam KUHP yang berlaku sekarang, yang merupakan
peninggalan zaman penjajahan Belanda, yang ternyata banyak pengaturan di
dalamnya yang sudah tidak sesuai lagi dengan UUD 1945 maupun situasi dan kondisi
masyarakat saat ini 1. Sebagai salah satu Negara yang pernah berada di bawah
jajahan Belanda, Indonesia mengikuti sistem hukum yang berlaku bagi Belanda, yaitu
civil law system, dengan sumber hukum utama adalah hukum yang tertulis, dan
peraturan-peraturan hukum disusun secara sistematis dan menyeluruh ke dalam
kodifikasi. Salah satu kodifikasi yang masih berlaku di Indonesia adalah KUHP
sebagai sumber hukum dalam bidang hukum pidana dan KUHPerdata sebagai sumber
hukum bidang hukum perdata. Pada kedua aturan tersebut juga telah pengatur terkait
dengan penghinaan/pencemaran nama baik(Ali 2010) .
Tindak pidana pencemaran nama baik ataupun penghinaan yang dibentuk oleh
pembentuk undang-undang, baik yang bersifat umum, maupun yang bersifat khusus
ditujukan untuk memberi perlindungan bagi kepentingan hukum mengenai rasa harga
diri kehormatan maupun nama baik orang. Pengaturan hukum tindak pidana
penghinaan dan pencemaran nama baik diatur dalam KUHP maupun undang-undang
lain di luar KUHP, yang meliputi Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2002 Tentang
Penyiaran, Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, dan beberapa undang-undang khusus lain. Hal ini mengindikasikan terjadi
beberapa pengaturan tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama baik yang
diatur dalam beberapa undang-undang (Rohmana 2017).
Seperti halnya pengaturan penghinaan dalam KUHP diatur dalam Pasal 310
KUHP, diatur pula dalam Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang RI No 19 Tahun 2016
perubahana atas UU RI No 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, dan diatur pula di Pasal 36 ayat 5 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2002
Tentang Penyiaran. Apabila demikian akan terjadi tumpang tindih pengaturan
rumusan tindak pidana, dan tentunya akan terjadi konflik aturan hukum baik antara
KUHP dan undang-undang khusus di luar KUHP, maupun antara sesama undang-
undang khusus misalnya antara Undang-Undang RI No 19 Tahun 2016 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dan Undang-Undang RI No 32 Tahun 2002
Tentang Penyiaran(Sartana and Afriyeni 2017).
2. jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan
atau di tempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empa bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah
Diatas dalam praktiknya seringkali dijadikan jerat pidana bagi pihak yang ingin
mengungkapkan suatu kebenaran, namun terganjal dengan ketentuan perumusan
aturan hukum tentang pencemaran nama baik tersebut. Hal ini disebabkan oleh tidak
adanya konsep yang jelas dan pasti arti dari kepentingan umum dan terpaksa untuk
membela diri sebagaimana tercantum dalam Pasal 310 ayat 3 KUHP yang digunakan
sebagai alasan penghapus pidana khusus. Pasal 310 ayat 1 KUHP yang merupakan
pasal pencemaran nama baik secara lisan dan Pasal 310 ayat 2 KUHP yang
merupakan pasal pencemaran nama baik secara tertulis akan membelenggu kebebasan
berpendapat disebabkan. tidak adanya batas batas yang jelas terkait dengan konsep-
konsep dalam Pasal tersebut. Rumusan konsep-konsep yang tidak memenuhi lex certa
dan lex scripta dalam hukum pidana dapat menimbulkan aturan hukum yang kabur.
Selain itu, terdapat kekosongan aturan hukum terhadap adanya alasan penghapus
pidana khusus yang tidak diatur dalam KUHP. Pada Pasal 310 ayat 3 KUHP di atas
hanya terdapat alasan penghapus pidana khusus berupa demi kepentingan umum dan
terpaksa membela diri(Ali 2015).
Contoh kasus lainnya yaitu Polisi menangkap Jamil Adil karena menghina
Presiden dan Kapolri. Dia ditangkap pada 29 Desember 2016, pukul 08.30 WIB . atas
tindakannya tersebut. JA sendiri merupakan warga Bantaeng, Jalan Kebon Baru,
Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara (Jakut). Sekitar pukul 06.00 WIB, saat
anggota Polri protap pagi untuk melaksanakan atur lalin, menemukan adanya tulisan
penghinaan dan caci-maki kepada Presiden Jokowi dan Kapolri. Kemudian dilakukan
foto dan di-share ke grup Polsek Cilincing," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara
AKBP Yuldi Yuswan saat dikonfimasi, Jakarta Utara, Kamis 29 Desember 2016.
Polisi mengejar dan menangkap Jamil di pinggir jalan dekat rumahnya yang ada di
Jalan Kebon Baru Nomor 24 RT 10 RW 10, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara.
Dari penggeladahan di rumahnya, polisi menyita barang bukti, satu buah cat pilox
merek Diton warna hitam ukuran 300 cc, dua buah cat pilox merek Acrylic Epoxy
warna putih ukuran 150 cc, dan 1 buah cat pilox merek Acrylic Epoxy warna hitam
ukuran 85 cc.Diduga cat itu yang digunakan pelaku untuk mencoret tadi. Belum
diketahui apakah pria ini pura-pura gila, apa memang gila beneran. Ini masih
diselidiki.
Sebagai warga negara yang baik kita harus ikut membantu dalam upaya
menanggulangi tindak pidana penghinaan terhadap setiap orang . Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah menanamkan nilai-nilai/norma-norma baik sehingga
norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang itu, contohnya dengan
memberikan perhatian ataupun teguran yang mengandung nilai norma yang baik, dan
juga kita seharusnya sebagai manusia hendaknya saling menghargai sesama dan
menghargai hak-hak asasi manusia dalam diri seseorang supaya terciptanya
kedamaian dan terhindakan dari permasalahan penghinaan(S. Hukum et al. 2019).
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang menjadi keterkaitan antara penghinaan dengan HAM berdasarkan
Undang-Undang?
b. Bagaimanakah kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana
penghinaan/pencemaran nama baik Indonesia?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui keterkaitan antara tindak pidana penghinaan dengan
Undang-Undang yang mengaturnya
b. Untuk mengetahui kebijakan hukum tindak pidana penghinaan terhadap
seseorang .
BAB II
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Undang-Undang
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Afriana, Anita, Artaji Artaji, Elis Rusmiati, Efa Laela Fakhriah, and Sherly Putri.
2018. “Contempt of Court: Penegakan Hukum Dan Model Pengaturan Di
Indonesia / Contempt of Court: Law Enforcement and Rule Models in
Indonesia.” Jurnal Hukum Dan Peradilan 7(3):441.
Ali, Achmad. 2015. “Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) Dan Teori
Peradilan (Judicialprudence) , Jakarta; Kencana Prenada Media Grup, 2010, Hal.
20 1.” 3:1–8.
Ali, Mahrus. 2010. “Pencemaran Nama Baik Melalui Sarana Informasi Dan Transaksi
Elektronik.” Jurnal Konstitusi 7(6):120–46.
Hukum, Sarjana, Pada Fakultas, Hukum Universitas, and Sumatera Utara. 2019.
“ANALISIS HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENGHINAAN
PRESIDEN DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI (Studi Putusan
Mahkamah Agung No. 153/PK/PID/2010) JURNAL.” (153).
Sartana and Nelia Afriyeni. 2017. “Perundungan Maya (Cyber Bullying) Pada
Remaja Awal.” Jurnal Psikologi Insight 1(1):25–39.
Tinambunan, Hezron Sabar Rotua and Dicky Eko Prasetio. 2019. “Rekonstruksi
Konstitusi Dalam Regional Representative Dewan Perwakilan Daerah Terhadap
Fungsi Legislatif.” Masalah-Masalah Hukum 48(3):266.
Widyati, Lidya Suryani. 2017. “Tindak Pidana Penghinaan Terhadap Presiden Atau
Wakil Presiden: Perlukah Diatur Kembali Dalam Kuhp? (Defamation Against
the President or Vice President: Should It Be Regulated in the Criminal Code?).”
Negara Hukum: Membangun Hukum Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan
8(2):215–34.