● Rapikan
referensinya ke libturnitin5@ukrida.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab II ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep dasar medis dan
asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia. Konsep dasar medis yang
akan diuraikan terdiri dari definisi, etiologi dan penanganan secara medis. Asuhan
2.1.1 Pengertian
biasanya terjadi dari suatu infeksi saluran nafas bawah akut atau yang biasa
disingkat dengan INSBA dan ditandai dengan beberapa gejala seperti batu yang
disertai sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri,
dan substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
disebabkan oleh bermacam-maca tanda dan gejala seperti bakteri virus, fungi
2.1.2 Klasifikasi
1. Pneumonia lobarlobal,
terkena dengan akumulasi cepat. Cairan edema karena terjadi respons imun
dan inflamasi, RBC dan neutrofil, merusak sel epitel, dan fibrin
dibatukkan keluar.
makrofag, dan sel plasma meng infiltrasi septa alveolar. Ketika alveoli
melalui aliran darah. Pneumonia milier umumnya terlihat pada orang yang
mengalami luluh imun berat. Sebagai akibatnya, respons imun buruk dan
2016):
ini terletak di saluran napas atas pada hingga 70% orang dewasa.
Bakteri ini dapat menyebar secara langsung dari kontak orang ke orang
melalui droplet.
2. Penyakit Legionnaire.
ditemukan dalam air, terutama air hangat. Perokok, lansia, dan orang
Legionnaire.
1. Pneumonia Virus.
dewasa.
2. Pneumonia Pneumosis
3. Pneumonia Aspirasi.
2.1.3 Etiologi
Penyebab pneumonia antara lain adalah pada orang dewasa dan usia
lanjut pada umumnya yaitu bakteri. Pneumonia yang disebabkan oleh virus
2016).
a. Bakteri
1. Typical organisme
Pneumonia bakterial dari gram positif berupa:
a) Streptococcus pneumonia
b) Staphylococcus aureus
c) Enterococcus
2. Atipikal organisme
b. Virus
c. Fungi
d. Lingkungan
bercak darah), sakit di dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya
yaitu pasien lebih suka berbaring pada sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri
pada dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada
1. Batuk
2. Sputum produktif
3. Sesak nafas
4. Ronki
5. Demam tidak stabil
6. Leukositosis
2.1.5 Komplikasi
Menurut Muttaqin, Arif (2014), kKomplikasi yang dapat terjadi pada pneumonia
yaitu:
hilang.
4. Abses paru: Penyakit yang menyerang organ paru-paru karena adanya infeksi
5. Edema pulmonary: Suatu keadaan yang dimana cairan merembes keluar dari
pembuluh darah kecil paru ke dalam kantong udara dan daerah sekitarnya
a) Nares Anterior
b) Rongga Hidung
mengandung sel cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu membuat
konka, selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Tiga
c) Faring
(Syaifuddin, 2016).
d) Laring
kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligmen dan membran.
yaitu sebelah depan leher. Laring ini terdiri atas dua lempengan atau
sebelah belakang krikoid, kanan dan juga kiri tulang rawan kuneifrom
e) Trakea
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama
belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea
dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel
cangkir. Silia ini bergerak menuju ke atas ke arah laring, maka dengan
gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang larut masuk
f) Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
g) Paru-paru
Paru-paru itu ada dua dan merupakan alat utama untuk bernapas. Paru-
terletak di sisi kiri dan kanan di tengah terpisah oleh jantung, terdapat
Dibagian atas dan tampak sedikit lebih tinggi dari pada klavikula di
sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang
Fisiologi
Menurut (Pearce, 2011) fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen
masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan
erat dengan darah didalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapisan membran,
menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan
di bawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.
Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada
tingkat ini hemoglobin 95% jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, CO2, salah
kapiler-kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea,
dilepaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan
Proses ini sudah diatur sedemikian rupa sehingga darah yang meninggalkan-
paru-paru menerima jumlah CO2 dan O2. Pada gerak badan, lebih banyak
darah datang ke dalam paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan lebih
sedikit O2, jumlah CO2 ini tidak dapat dikeluarkan, maka dari itu konsistensi
dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam
2011).
yaitu terjadinya fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman pada
deposisi fibrin semakin meningkat, terdapat fibrin dan leukosit di alveoli dan
terjadinya sebuah proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium
hepatisasi kelabu. Kemudian, makrofag meningkat pada alveoli, sel akan
kemudian masuk ke dalam alveoli, setelah itu diikuti oleh leukosit dalam
bakteri. Pada proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke lobus yang sama atau
bisa jadi ke bagian yang lain dari paru-paru melalui cairan bronkal yang sudah
terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai pada aliran
maka dari itu kapasitas vital dan compliancecomaliance paru menurun, serta
hipoksia. Kerja jantung mungkin saja meningkat oleh sebab itu, saturasi
oksigen yang menurun dan hipertakpinea. Pada situasi yang berat bisa terjadi
Pneumonia
Terhirup
Suplai O2
Masuk ke alveoli
Proses peradangan
Compliance paru
(kata pengantar)
1) Gambaran radiologi
peningkatan corakan bronkovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar
di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah
(Bennete, 2013).
2) Pemeriksaan laboratorium.
Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/ ) dengan
kiri serta peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan
mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga
adalah:
organisme khusus
2.5 Penatalaksanaan
Medis:
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan tampak pada
antibiotik yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram.
ketokonazol.
Kusuma, 2015).
Keperawatan:
per-oral, dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita
dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru lainnya, harus
cairan.
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
4. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan netral bertahap
Kusuma, 2015).
2.6.1 Pengkajian
Menurut Muttaqin (2016), data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan
1. 1. Anamnesis:
a. Identitas kKlien
b. Keluhan utama:
- Riwayat penyakit saat ini: yang terjadi pada pasien yaitu tanda
c. Pemeriksaan fisik:
pada daerah yang terkena. - Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya
(Nursalam, 2016).
pada pasien terhadap masalah kesehatan atau suatu proses kehidupan yang
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI PPNI,
2018).
muncul yaitu:
tertahan
alveolus-kapiler
c) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai suatu
Edukasi:
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik dan
ekspektora, jika perlu.
Terapeutik:
Edukasi:
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik. Jika perlu.
Terapeutik:
Edukasi:
Kolaborasi:
1. Kolaborasikan dalam
pemberian analgetik
Terapeutik:
1. Melakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu.
Edukasi:
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (misalkan pereda
nyeri, antlemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, dan
aksila)
7. Berikan oksigen, jika
perlu.
Edukasi:
Kolaborasi:
1. Kolaborasikan
pemberian cairan dan
elektrolit intervena, jika
perlu.
Edukasi:
Kolaborasi:
1. Anjurkan memberikan
asupan cairan oral.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate).
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi dan
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap perencanaan dan
2012).
2.6.5 Evaluasi
Amin, & Hardi. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
Nanda nic, noc. Yogyakarta: Medi Actuion.
Bennete M.J. (2013). Pediatric pneumonia.
https://emedicine.medscape.com/article/967822-overiview. Diakses pada
tanggal 20 mei 2021.
Kemenkes RI. (2011). Universitatis acta agriculturae et silviculturae mendelianae
brunensis (vol. 16, issue 2). https://doi.org/10.1377/hlthaff.2013.0625.
Muttaqin, Arif. (2014). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Ningtiyah. (2015). Perawatan anak sakit ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
(EGC).
Nugroho T. (2011). Asuhan keperawatan maternitas, anak bedah dan penyakit dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif AH & Kisuma AH. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis, Yogyakarta: Penerbit Medication.
Nursalam. (2016). Metodelogi penelitian ilmu keperawatan edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika.
Pearce. C. Evelyn. (2011). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. Pokja S.D.K.I (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Indikasi
dan indikator Diagnostik (Cetakan II). Jakarta
Robinson & Saputra. (2014). Buku ajar visual nursing (medical-bedah). Jilid 1.
Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
Setiadi. (2012). Konsep dan penulisan dokumentasi asuhan keperawatan teori dan
praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syaifudin. (2016). Ilmu Biomedik Dasar. Jakarta : Salemba Medika.
Tarwoto, Wartonah. (2015). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi
5. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.
Wahid. A. Imran. (2013). Keperawatan medikal bedah. Asuhan keperawatan pada
gangguan sistem respirasi. Jakarta: Trans Info Media.
M.J. Wilkinson. (2014). Buku saku diagnosa keperawatan, Jakarta: EGC