Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ESSAY

“Pneumonia”

Nama : Lalu Muhammad Farros Fikri

NIM : 021.06.0051

Blok : RESPIRASI II
Kelas :B

Dosen : dr. Risky Irawan Sp.P.,MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR MATARAM
TAHUN 2023
LATAR BELAKANG

Pada masa yang lalu pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia tipikal yang
disebabkan oleh Str. pneumoniae dan atipikal yang disebabkan kuman atipik seperti halnya
M. pneumoniae. Kemudian ternyata manifestasi dari patogen lain seperti H. influenzae, S.
aureus dan bakteri Gram negatif memberikan sindrom klinik yang identik dengan pneumonia
oleh Str. Pneumoniae, dan bakteri lain dan virus dapat menimbulkan gambaran yang sama
dengan pneumonia oleh M. pneumoniae. Sebaliknya Legionella spp. dan virus dapat
memberikan gambaran pneumonia yang bervariasi luas. Karena itu istilah tersebut tidak lagi
dipergunakan.

Pada perkembangannya pengelolaan pneumonia telah dikelompokkan pneumonia


yang terjadi di rumah sakit-Pneumonia Nosokomial (PN) kepada kelompok pneumonia yang
berhubungan dengan pemakaian ventilator (PBV) (ventilator associated pneumonia-VAP)
dan yang didapat di pusat perawatan kesehatan (PPK) (healthcare-associated pneumonia-
HCAP) (2005). Dengan demikian pneumonia saat ini dikenal 2 kelompok utama yaitu
pneumonia di rumah perawatan (PN) dan Pneu- monia Komunitas (PK) (2001) yang didapat
di masyarakat. Di samping kedua bentuk utama ini terdapat pula pneumonia bentuk khusus
yang masih sering dijumpai
PEMBAHASAN

Definisi

Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam
berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Pneumonia ini dapat terjadi
secara primer atau merupakan tahap lanjutan manifestasi ISNBA lainnya misalnya sebagai
perluasan bronkiektasis yang terinfeksi.

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pada pemeriksaan
histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan
eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka
waktu yang bervariasi. Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses
infeksi akut yang merupakan penyebabnya yang tersering, sedangkan istilah pneumonitis
sering dipakai untuk proses non infeksi. Bila proses. infeksi teratasi, terjadi resolusi dan
biasanya struktur paru normal kembali. Narnun pada pneumonia nekrotikans yang
disebabkan antara lain oleh staphylococcus atau kuman gram negatif terbentuk jaringan parut
atau fibrosis. Diagnosis pneumonia harus didasarkan kepada pengertian patogenesis penyakit
hingga diagnosis yang dibuat mencakup bentuk manifestasi, beratnya proses penyakit dan
etiologi pneumonia. Cara ini akan mengarahkan dengan baik kepada terapi empiris dan
pemilihan antibiotik yang paling sesuai terhadap mikroorganisme penyebabnya.

PK adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar RS, sedangkan PN adalah
pneumonia yang terjadi >48 jam atau lebih setelah dirawat di RS. baik di ruang rawat umum
ataupun ICU tetapi tidak sedang memakai ventilator. PBV adalah pneumonia yang terjadi
setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal. Pada PPK termasuk pasien yang
dirawat oleh perawatan akut di RS selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses
infeksi, tinggal dirumah perawatan (nursing home atau long-term care facility), mendapat AB
intravena, kemoterapi, atau perawatan luka dalam waktu 30 hari proses infeksi ataupun
datang ke klinik RS atau klinik hemodialisa. Di bawah ini disampaikan uraian pneumonia
secara umum yang kemudian diikuti dengan uraian dari kedua kelompok pneumonia tersebut.
Kemudian disampai uraian mengenai pneumonia bentuk khusus.
Epidemiologi

Insidensi Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan
yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (PK) atau di dalam
rumah sakit/ pusat perawatan (pneumonia nosokomial/PN atau pnuemonia di pusat
perawaatan/PPP). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut di
parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%. Kejadian PN di ICU lebih sering
daripada PN di ruangan umum, yaitu dijumpai pada hampir 25% dari semua infeksi di ICU,
dan 90% terjadi pada saat ventilasi mekanik. PBV didapat pada 9-27% dari pasien yang
diintubasi. Risiko PBV tertinggi pada saat awal masuk ke ICU. Pneumonia dapat terjadi pada
orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa
yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu
daya tahan tubuh.

Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang orang lanjut usia (lansia) dan sering
terjadi pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Juga dapat terjadi pada pasien dengan
penyakit lain seperti diabetes mellitus (DM), payah jantung, penyakit arteri koroner,
keganasan, insufisiensi renal, penyakit syaraf kronik, dan penyakit hati kronik. Faktor
predisposisi lain antara lain berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, Diabetes mellitus,
keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan penurunan
kesadaran. Juga adanya tindakan invasif seperti infus, intubasi, trakeostomi, atau pemasangan
ventilator. Perlu diteliti faktor lingkungan khususnya tempat kediaman misalnya di rumah
jompo, penggunaan antibiotik (AB) dan obat suntik IV, serta keadaan alkoholik yang
meningkatkan kemungkinan terinfeksi kuman gram negatif. Pasien-pasien PK juga dapat
terinfeksi oleh berbagai jenis patogen yang baru.

Anamnesis epidemiologi haruslah mencakup keadaan lingkungan pasien, tempat yang


dikunjungi dan kontak dengan orang atau binatang yang menderita penyakit yang serupa.
Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu
dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur,
mikobakterium atau parasite

Etiologi dan Klasifikasi

Berdasarkan letak terjadi dan cara didapat, pneumonia dibedakan menjadi yaitu:
1) Pneumonia Komunitas (Community Acquired Pneumonia/CAP)
Pneumonia CAP merupakan pneumonia yang terjadi/didapat di
komunitas/masyarakat. Penularannya melalui inhalasi atau aspirasi mikroba patogen
ke dalam paru- paru (lobus paru). Penyebabnya 85% disebabkan oleh Streptococcus
pneumonia, Haemophylus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.
2) Pneumonia Nosokomial
a. Hospital Acquired Pneumonia (HAP) adalah pneumonia yang terjadi 48 jam
atau lebih setelah pasien masuk rumah sakit, dan tidak dalam masa inkubasi
atau diluar suatu infeksi yang ada saat masuk rumah sakit.
b. Ventilator Acquired Pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi lebih
dari 48 jam sesudah pemakaian endotracheal intubasi. Kondisi ini dapat terjadi
karena pemakaian ventilasi mekanik.

Berdasarkan anatomi, pneumonia dibedakan menjadi yaitu:

1) Broncho Pneumonia

Broncho pneumonia meruapakan sumbatan yang dimulai dari cabang akhir


bronkiolus atau terminal bronkiolus. Pada pemeriksaan radiologi ditemukan adanya
bercak- bercak infiltrat. Pneumonia ini dapat disebabkan bakteri maupun virus dan
sering terjadi pada bayi dan orang tua.

2) Lobar Pneumonia
Lobar Pneumonia Adalah peradangan terjadi pada satu lobus atau segmen,
dapat diakibatkan adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing pada anak
atau proses keganasan pada orang dewasa. Dan jarang terjadi pada bayi dan lansia.

3) Interstisial Pneumonia

Interstisial Pneumonia merupakan adanya proses inflamasi yang lebih banyak


mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki.

Patogenesis
Proses patogenesis pneumoni terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan (imunitas) inang,
mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan bentuk manifestasi dari pneumonia, berat
ringannya penyakit, diagnosis empirik, rencana terapi secara empiris serta prognosis dari
pasien. Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui
droplet sering disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui slang infus oleh
Staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan
Enterobacter. Pada masa kini terlihat perubahan pola mikroorganisme penyebab ISNBA
akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik,
polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat yang menimbulkan perubahan
karakteristik kuman. Dijumpai peningkatan patogenitas/jenis kuman akibat adanya berbagai
mekanisme, terutama oleh S. aureus, B. catarrhalis, H. influenzae dan Enterobacteriacae. Juga
oleh berbagai bakteri enterik gram negatif.

Patogenesis PK

Gambaran interaksi dari ketiga faktor tersebut tercermin pada kecendrungan terjadi
infeksi oleh kuman tertentu oleh perubahan ( modifying factor) yang dapat dilihat pada tabel
1 dibawah ini
Patogenesis PN

Patogen yang sampai ke trakhea terutama berasal dari aspirasi bahan orofaring,
kebocoran melalui mulut saluran endotrakheal, inhalasi, dan sumber bahan patogen yang
mengalami kolonisasi di pipa endotrakheal. PN terjadi akibat proses infeksi bila patogen yang
masuk saluran napas bagian bawah tersebut mengalami kolonisasi setelah dapat meliwati
hambatan mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik (epitel cilia dan mukus),
humoral (antibodi dan komplemen) dan selular (lekosit polinuklir, makrofag, limfosit dan
sitokinnya).

Kolonisasi terjadi akibat adanya berbagai faktor inang dan terapi yang telah dilakukan
yaitu adanya penyakit penyerta yang berat, tindakan bedah, pemberian antibiotik, obat-obatan
lain dan tindakan invasif pada saluran pernapasan. Mekanisme lain adalah pasasi bakteri
pencernaan ke paru, penyebaran hematogen, dan akibat tindakan intubasi. Faktor risiko
terjadinya

PN dapat dikelompokkan atas 2 golongan yaitu yang tidak bisa dirubah yaitu
berkaitan dengan inang (seks pria, penyakit paru kronik, atau gagal organ jamak), dan terkait
tindakan yang diberikan (intubasi atau slang nasaogastrik). Pada faktor yang dapat dirubah
dapat dilakukan upaya berupa mengontrol infeksi, disinfeksi dengan alkohol, pengawasan
patogen resisten (multidrug resistent -MDR), penghentian dini pemakaian alat yang invasif,
dan pengaturan tatacara pemakaian AB. Faktor risiko kritis adalah ventilasi mekanik > 48
jam, lamanya perawatan di ICU, skor APACHE, adanya ARDS (acute respi- ratory distress
syndrome). PN dan PBV onset dini terjadi dalam 4 hari pertama masuk RS, biasanya
disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap AB, kecuali bila telah pernah sebelumnya
mendapat AB atau dirawat di RS dalam waktu 90 hari. PN dan PBV onset lanjut (hari ke 5
atau lebih) lebih mungkin disebabkan oleh patogen MDR yang berkaitan dengan mortalitas
dan morbiditas yang tinggi. Faktor risiko terjadinya infeksi pada PBV dapat dilihat pada tabel
2 dibawah ini

Menifestasi Klinis

Gejala khas dari pneumonia adalah demam mendadak disertai menggigil, berkeringat
yang dirasakan di awal penyakit atau selamat sakit. Batuk mula-mula mukoid dan berubah
menjadi purulen (berdahak) dan dapat terjadi hemoptisis (batuk berdarah). Nyeri dada
pleuritik ringan hingga berat dan sesak napas. Gejala umum lainnya adalah pasien pneumonia
lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda dan
gejala lain yang tidak spesifik dapat terjadi seperti myalgia, pusing, anoreksia, malaise, diare,
mual dan muntah.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik paru dapat dilakukan dalam mendiagnosis pneumonia, yang terdiri dari
yaitu:
1 Inspeksi, ditemukan bentuk dada tidak simetis , saat bernafas terlihat bagian yang
sakit tertinggal, adanya retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat
bernapas
2 Palpasi, fremitus taktil meningkat pada bagian yang sakit
3 Perkusi, ditemukan suara redup hingga pekak pada bagian yang sakit
4 Auskultasi, terdengar suara napas bronchovesikuler sampai bronkial yang dapat
disertai ronkhi kasar serta kadang terdengar pleural friction rub
5 Tanda konsolidasi, akan ditemukan pada pasien pneumonia dalam tahap hepatisasi
merah dan kelabu

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam mendiagnosis pneumonia, yang terdiri
dari yaitu:

1 Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologis dapat melalui foto rontgen thoraks anteroposterior (AP) atau
posteroanterior (PA) dan lateral. Akan ditemukan:
 Bayangan opasitas/infiltrate fokal maupun difus
 Air bronchogram
 Efusi pleura (parapneumonic effusion)
 Komplikasi pneumonia terlihat gambaran abses paru dan atelectasis
 Efusi pleura bilateral, pneumonia multilobar
2 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat melalui:
 Pemeriksaan darah lengkap yang ditandai dengan peningkatan leukosit
 Pemeriksaan mikrobiologi melalui pengecatan gram
 Pemeriksaan kultur sputum (dahak)
 Tes cepat : PCR (Polymerase Chain Reaction)

Diagnosis Pneumonia

Penentuan pneumonia dapat dilakukan dengan kriteria dibawah ini:

 Foto thoraks ditemukan infiltrat baru atau infiltrat yang bertambah secara
progresif
 Ditambah dengan dua atau lebih gejala di bawah ini:

- Batuk bertambah berat

- Perubahan karakteristik dahak/sputum purulent

- Suhu tubuh >37,5oC atau riwayat demam

- Pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda konsolidasi dan ronkhi kasar

- Leukosit > 10.000 atau < 4.500

Skor PSI (Pneumonia Severity Index)

Skor PSI adalah skor dengan 20 variabel yang mengklasifikasikan pasien ke dalam 5
kategori risiko. Skor PSI menggunakan 3 variabel demografis (usia, jenis kelamin dan tempat
tinggal panti jompo), 5 variabel komorbiditas (gagal jantung kongestif, penyakit
serebrovaskular, kanker, penyakit ginjal dan penyakit hati), 5 variabel pemeriksaan fisik
(takipnea, takikardia, tekanan darah, kesadaran dan suhu tubuh) dan 7 variabel dari tes
laboratorium dan radiologis. Tujuan dari sistem skoring ini adalah untuk mengidentifikasi
pasien dengan risiko kematian dan rencana perawatan pasien untuk rawat jalan atau rawat
inap. Penilaian beratnya pneumonia menggunakan skor PSI seperti yang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Angka kematian pneumonia komunitas dalam 30 hari sejak terdiagnosis, risiko
kematian dan pertimbangan untuk rawatan pasien berdasarkan jumlah poin dan kelas risiko
dalam skor PSI seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Kelas Angka
Total Poin Risiko Perawatan
Risiko Kematian
Tidak diprediksi Rendah I 0,1 % Rawat Jalan
< 70 Rendah II 0,6 % Rawat Jalan
Rawat Inap/
71 – 90 Rendah III 2,8 %
Rawat Jalan
91 – 130 Sedang IV 8,2 % Rawat Inap
> 130 Berat V 29,2 % Rawat Inap

Skor CURB-65

Skor CURB-65 adalah skor klinis yang lebih sederhana daripada PSI karena hanya
menggunakan lima variabel: kebingungan, urea, laju pernapasan, tekanan darah dan usia yang
lebih tua dari 65 tahun. Skor CURB-65 adalah penilaian terhadap setiap faktor risiko yang
diukur. Setiap nilai faktor risiko dinilai satu. Faktor-faktor risiko tersebut adalah:

Faktor-Faktor Skor
Confusion
 Uji mental < nilai 8 Skor 1
 Uji mental > nilai 8 Skor 0
Urea
 Urea > 19 mg/L Skor 1
 Urea < 19 mg/L Skor 0
Respiratory Rate
 RR > 30 kali/menit Skor 1
 RR < 30 kali/menit Skor 0
Tekanan Darah
 TD < 90/60 mmHg Skor 1
 TD > 90/60 mmHg Skor 0
Umur
 Umur < 65 tahun Skor 1
 Umur > 65 tahun Skor 0

Tata laksana
Pemberian terapi empiris pada pasien pneumonia komunitas menurut PDPI dibagi
berdasarkan pasien dengan rawat jalan, pasien dengan rawat inap non ICU, pasien dengan
rawat ruang intensif, dan pasien dengan pertimbangan khusus. Berikut penjelasan pemberian
terapi empiris pada pasien pneumonia berdasarkan status perawatan.

1. Rawat Jalan
 Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa riwayat pemakaian antibiotik 3 bulan
o Golonga β lactam atau β lactam ditambah anti β lactamase
o Makrolid baru (klaritromisin, azitromisin)
 Pasien dengan komorbit pemakaian antibiotik 3 bulan sebelumnya
o Fluorokuinolon respirasi (Levofloksasin 750 mg, Moksifloksasin)
o β lactam ditambah makrolid
2. Rawat Inap Non ICU
 Fluorokuinolon respirasi (Levofloksasin 750 mg, Moksifloksasin)
 β lactam ditambah makrolid
3. Ruang Rawat Intensif
Tidak ada faktor risiko pruodomonas
 β lactam, (sefotaksim, seftriakson, atau ampisilin sulbaktam) ditambah
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi intravena (IV)
4. Pertimbangan Khusus
Bila ada faktor risiko pseudomonas
 Antipneumokokal, antipseudomonas β laktam (piperacilin-tazobaktam,
sefepime, imipenem atau meropenem) ditambah levofloksasin 750 mg atau
 β laktam seperti tersebut di atas di tambah aminoglikosida dan azitromisin
atau
 β laktam seperti tersebut di atas ditambah aminoglikosida dan
antipneumokokal fluorokuinolon (untuk pasien yang alergi penisilin, β laktam
diganti dengan aztreonam)
Komplikasi

Dapat terjadi komplikasi pneumonia ekstrapulmoner, misalnya pada pneumonia


pneumokokkus dengan bakteriemi dijumpai pada 10% kasus berupa meningitis, arthritis,
endokarditis, perikarditis, peritonitis dan empiema. Terkadang dijumpai komplikasi
ekstrapulmoner non infeksius bisa dijumpai yang memperlambat resolusi gambaran radiologi
paru, antara lain gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru atau infark paru, dan infarkmiokard
akut. Dapat terjadi komplikasi lain berupa acute respira- tory distress syndrome (ARDS),
gagal organ jamak, dan komplikasi lanjut berupa pneumonia nosocomial

Prognosis

Pneumonia Komunitas

Kejadian PK di USA adalah 3.4- 4 juta kasus pertahun, dan 20% di antaranya perlu
dirawat di RS. Secara umum angka kematian pneumonia oleh pneumokokkus adalah sebesar
5%, namun dapat meningkat pada orang tua dengan kondisi yang buruk. Pneumonia dengan
influenza di USA merupakan penyebab kematian no. 6 dengan kejadian sebesar 59%.
Sebagian besar pada lanjut usia yaitu sebesar 89%. Mortalitas pasien CAP yang dirawat di
ICU adalah sebesar 20%. Mortalitas yang tinggi ini berkaitan dengan "faktor perubah" yang
ada pada pasien.

Pneumonia Nosokomial

Angka mortalitas PN dapat mencapai 33-50%, yang bisa mencapai 70% bila termasuk
yang meninggal akibat penyakit dasar yang dideritanya. Penyebab kematian biasanya adalah
akibat bakteriemi terutama oleh Ps. Aeruginosa atau Acinobacter spp

KIE

Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan pada pneumonia komunitas adalah
sebagai berikut:

a. Vaksinasi (vaksin pneumokokus dan vaksin influenza) walaupun masih perlu


penelitian lebih lanjut tentang efektifitasnya
b. Berhenti merokok
c. Menjaga kebersihan tangan, penggunaan masker, menerapkan etika batuk
d. Menerapkan kewaspadaan standar isolasi pada kasus khusus.
REFERENSI
dr. Rizky Irawan Putra, Sp.P, MARS, 2023, Pneumonia, Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar, Mataram.
Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2007.
Prawata, C.J., Nurromdhoni, I., dkk, 2018, Pneumonia Lobaris Paru Dextra, Fakultas
Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Bagian Ilmu Paru, RSUD Dr.
Sayidiman Magetan.
Putri, R.M. & Hasan, H., 2020, Tinjauan Imunologi Pneumonia, Jurnal CDK- 212,
Vol. 41, No. 1, Hh. 14-18.
Warganegara, E., 2019, Pneumonia Nosokomial, Jurnal Kedokteran Unila, Vol. 1, No.
3, Hh. 612-818.

Anda mungkin juga menyukai