TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Menurut Murwani A (2011) pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan
oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan.
Menurut Bruner dan Sudarth (2003) pneumonia adalah proses inflamasi dari parenkin paru yang
umumnya disebabkan oleh preparat infeksius. Sedangkan menurut Dahlan (2007) pneumonia
adalah peradangan yang mengenai parenkin paru, distal dan bronkiolus respiratorius dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Sedangkan Menurut WHO (2014), pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang
mempengaruhi paru-paru, dimana alveoli paru-paru terisi dengan cairan sehingga membuat
asupan oksigen terbatas untuk bernafas.
2.2 Etiologi
2.2.1 Bakteri
a. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada pasien
defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di rawat di rumah sakit, di
rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan pemasangan endotracheal
tube. Contoh akteri gram negatif dibawah adalah :
ü Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau yang
sangat khas.
b. Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp. ,chlamedia sp. , Legionella
sp.
2.2.2 Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet biasanya menyerang
pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah
cytomegalovirus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
2.2.3 Fungi
2.3 Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring,
kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen yang mengalami
kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik,
penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas. Faktor resiko kritis
adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada
pasien dengan imunodefisien menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman
pathogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi. Proses infeksi dimana
patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme
pertahanan inang berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral
(antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian
infeksi menyebabkan peradangan membran paru ( bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga
cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi
perfusi menurun, saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa
paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh
untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru menurun akan
mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis, asidosis respiratorik dan kematian.
Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau
produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena
pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang
sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau
penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil
fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura,
ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.
2.5 Klasifikasi
Pneumonia yang melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus
paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenalsebagai pneumonia bilateral atau ganda.
Terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak kosolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
2.6 Komplikasi
26.1 Bacteremia
Bacteremia adalah suatu kondisi dimana ada sejumlah besar bakteri dalam aliran
darah. Hal ini dianggap komplikasi parah yang mungkin timbul dari pneumonia dan bias
berakibat fatal jika tidak segera diobati. Bacteremia harus ditangani dengan cepat atau
infeksi dapat menyebar dengan cepat keseluruh tubuh dan meyebabkan mematikan ogan
utama.
Efusi pleura terjadi ketika penumpukan kelebihan cairan dan dahak memenuhi lapisan
dinding dada, kantung udara paru-paru dan ruangan-ruangan diantaranya. Ini adalah
komplikasi umum yang timbul dari pneumonia.
2.6.3 Endocarditis
Endocarditis adalah infeksi lapisan dalam jantung kondisi ini berkembang diseluruh
membran disebut endocardium daerah yang mengelilingi ruang dan katup jantung. Ketika
kuman dan bakteridari paru-paru dan bagian tubuh lainnya mulai menyebar kedalam aliran
darah mereka dapat mulai menyerang wilayah yang rentan ini. Jika endocarditis tidak
diobati dapat menyebabkan katup irreversible atau gagal jantung.
Kondisi ini disebabkan karena beberapa alas an, salah satu yang menjadi komplikasi
parah dari pneumonia. Hal ini dikarenakan otot-otot di paru-paru atau otot ventilator,
bekerja sangat keras untuk memompa paru-paru naik turun.
Komplikasi lain yang berat dari pneumonia adalah hypoxemic kegagalan pernafasan.
Kondisi ini terjadi ketika ada peradangan parah pada dinding patu-paru menyebabkan aliran
udara ke shunt off atau membatasi darah dan aliran udara. Hasilnya adalah hilangnya
oksigen keparu-paru dan akhirnya aliran darah terhambat.
2.7.2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
Pasien yang sebelumnya sehat dan tidak menggunakan antibiotika pada 3 bulan
terakhir
Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Pneumonia Tanpa Faktor Resiko Multi-
Pemberian antibiotik secara empiris pada pneumonia dengan faktor resiko multi-
Kriteria Hasil : peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, bebas dari
tanda-tanda distress pernafasan, tidak ada sianosisdan dypsneu
NIC
2.9.2 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
Kriteria Hasil : klien tidak merasa tercekik, irama, frekuensi dalam batas
normal, tidak ada bunyi abnormal.
NIC :
2.9.3 Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh,
deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom
hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal
NIC :
4) Berikan bronkodilator
2.9.4 Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam, kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan
NOC : fluid balance, Hidration, Status Nutrisi; intake nutrisi dan
cairan
NIC :
2.9.5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau
imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan
kebutuhan.
NIC :
NIC :