PNEUMONIA
2. Etiologi
a. Bakteri Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri
penyebabnya yaitu
1. Typical organisme Penyebab pneumonia berasal dari gram
positif berupa :
- Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob
facultatif. Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%,
sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU
sebanyak 33%.
- Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif. Pada
pasien yang diberikan obat secara intravena (intravena
drug abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar
secara hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju
ke paru-paru. Kuman ini memiliki daya taman paling kuat,
apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul
tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan antibiotik
dimana kuman ini resisten terhadap beberapa antibiotik.7
- Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme
streptococcus grup D yang merupakan flora normal usus
pembentukan abses.
- Methicillin-resistant S. Aureus (MRSA) memiliki dampak
yang besar dalam pemilihan
3. Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan
yang ada di orofaring, kebocoran melalui mulut saluran
endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen yang mengalami
kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi
yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan
tindakan invansif pada saluran nafas. Faktor resiko kritis adalah
ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU. Faktor
predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien
menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen
akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi.
Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran
nafas bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme
pertahanan inang berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia, dan
mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan
seluler (leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi
menyebabkan peradangan membran paru ( bagian dari sawar-
udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari
kapiler masuk.
Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun,
saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui
bahwa paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk membunuh patogen,
akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru menurun akan
mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis, asidosis
respiratorik dan kematian.
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis :
1. Oksigen 1-2 liter/hari
2. pemberian obat melalui intra vena
3. jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan
makanan entral bertahap memulai selang nasogastric
dengan feding drip
4. jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis memperbaiki
transpormukossiller.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
eksudat pada alveoli akibat infeksi
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli.
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar-capiler
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologikal
e. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Bersihan jalan Setelah diberikan Respiratory 1.mengetahui tingkat
nafas tidak askep selama ... monitoring gangguan yang terjadi
efektif x ... jam, diharapkan 1) Pantau rate, dan membantu dalam
berhubungan bersihan jalan nafas irama, kedalaman, menetukan intervensi
dengan klien kembali efektif dan usaha respirasi yang akan diberikan.
adanya dengan kriteria 2) Perhatikan 2.menunjukkan
eksudat pada hasil: gerakan dada, keparahan dari
alveoli akibat Respiratory status: amati simetris, gangguan respirasi
infeksi airway patency penggunaan otot yang terjadi dan
(status pernapasan: aksesori, retraksi menetukan intervensi
kepatenan jalan otot supraclavicular yang akan diberikan.
napas) dan interkostal 3.Suara napas
- Frekuensi 3) Monitor tambahan dapat
pernapasan suara napas menjadi indikator
dalam batas tambahan gangguan kepatenan
normal (16- 4) Monitor pola jalan napas yang
20x/mnt) (skala 5 napas : bradypnea, tentunya akan
= no deviation tachypnea, berpengaruh terhadap
from normal hyperventilasi, kecukupan pertukaran
range) napas kussmaul, udara.
- Irama pernapasn napas cheyne- 4.mengetahui
normal (skala 5 = stokes, apnea, permasalahan jalan
no deviation from napas biot’s dan napas yang dialami
normal range) pola ataxic dan keefektifan pola
- Kedalaman Airway suctioning napas klien untuk
pernapasan 5) Putuskan memenuhi kebutuhan
normal (skala 5 = kapan dibutuhkan oksigen tubuh
no deviation from oral dan/atau trakea 5.waktu tindakan
normal range) suction suction yang tepat
- Klien mampu 6) Auskultasi membantu
mengeluarkan sura nafas sebelum melapangan jalan
sputum secara dan sesudah nafas pasien
efektif (skala 5 = suction 6.Mengetahui adanya
no deviation from 7) suara nafas
normal range) tambahan dan
- Tidak ada Informasikan kefektifan jalan nafas
akumulasi kepada keluarga untuk memenuhi O2
sputum (skala 5 mengenai tindakan pasien
= none) suction 7.memberikan
8) Gunakan pemahaman kepada
universal keluarga mengenai
precaution, sarung indikasi kenapa
tangan, goggle, dilakukan tindakan
masker sesuai suction
kebutuhan 8.untuk melindungai
9) Gunakan tenaga kesehatan dan
alat disposible pasien dari
steril setiap penyebaran infeksi
melakukan tindakan dan memberikan
suction trakea pasien safety
10) Pilihlah 9.jalan nafas merupakn
selang suction area steril sehingga
dengan ukuran alat digunkan juga
setengah dari steril untuk mencegah
diameter penularan infeksi.
endotrakeal, 10. penggunaan
trakheostomy, atau dimater yang lebih
saluran nafas kecil agar tidak
pasien menyumbat jalan
11) Gunakan nafas dan
aliran rendah untuk memberikan ruang
menghilangkan agar pasien mampu
sekret (80-100 melakukan respirasi
mmHg pada 11. aliran tinggi bisa
dewasa) mencederai jalan
12) Monitor nafas
status oksigen 12. Mengetahui adanya
pasien (SaO2 dan perubahan nilai SaO2
SvO2) dan status dan satus
hemodinamik (MAP hemodinamik, jika
dan irama jantung) terjadi perburukan
sebelum, saat, dan suction bisa
setelah suction dihentikan.
13) Lakukan 13. melancarkan jalan
suction pada nafas sehingga SaO2
oropharing setelah menjadi optimal
selesai suction
pada trakea
Pola nafas Setelah diberikan Monitoring a. Ketidakefektifan pola
tidak efektif askep selama ... respirasi napas dapat dilihat
berhubungan x ... jam diharapkan a) Pantau RR, irama dari peningkatan atau
dengan proses pola napas klien dan kedalaman penurunan RR, serta
inflamasi efektif dengan pernapasan klien. perubahan dalam
dalam alveoli. kriteria hasil: b) Pantau adanya irama dan kedalaman
Status pernapasan: penggunaan otot pernapasan
ventilasi bantu pernapasan b. Penggunaan otot
- Kedalaman dan retraksi bantu pernapasan dan
pernapasan dinding dada pada retraksi dinding dada
normal (skala 5 = klien menunjukkan terjadi
no deviation from Memfasilitasi gangguan ekspansi
normal range) ventilasi paru
-Tidak tampak a) Berikan posisi c. Posisi semifowler
penggunaan otot semifowler pada dapat membantu
bantu pernapasan klien. meningkatkan
(skala 5 = no b) Pantau status toleransi tubuh untuk
deviation from pernapasan dan inspirasi dan ekspirasi.
normal range) oksigen klien. d. Kelainan status
-Tidak tampak c) Berikan dan pernapasan dan
retraksi dinding pertahankan perubahan saturasi O2
dada (skala 5 = no masukan oksigen dapat menentukan
deviation from pada klien sesuai indikasi terapi untuk
normal range) indikasi klien
Tanda-tanda vital e. Pemberian oksigen
- Frekuensi sesuai indikasi
pernapasan diperlukan untuk
dalam batas mempertahankan
normal (16- masukan O2 saat klien
20x/mnt) (skala 5 mengalami perubahan
= no deviation status respirasi.
from normal
range)
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Setiadi (2012), Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di
mana perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak
langsung terhadap klien.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien. Sumber: Potter & Perry. (2009)