PNEUMONIA
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Disusun Oleh :
I. Konsep Penyakit
I.1 Definisi/deskripsi penyakit
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Infeksi ini menyebabkan paru-paru
meradang dan alveoli dipenuhi nanah serta cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi berkurang (Utama, 2018).
Menurut Lawrence & Moore (2021) pneumonia adalah infeksi pada jaringan
parenkim paru. hal ini sering terjadi, dengan angka kejadian tahunan di komunitas
sebesar 5-11 per 1000 penduduk dewasa. tingkat mortalitas pada pasien dengan
pneumonia yang dirawat di rumah sakit sekitar 5-12% dan sekitar 1,2-10%
memerlukan perawatan intensif.
Sedangkan pneumonia menurut Putri & Iskandar (2021) merupakan infeksi jaringan
paru paru (alveoli) yang bersifat akut yang ditandai dengan adanya infiltrate pada
pemeriksaan radiografik paru.
I.2 Etiologi
Penyakit pneumonia menurut Wulandari & Erawati (2016) disebabkan karena
beberapa faktor, diantaranya yaitu :
I.2.1 Bakteri
Pneumonia bakteri adalah pnemunia yang dapat terjadi pada semua usia dan
lebih sering didapatkan pada usia lanjut. Organism gram positif: Steptococcus
pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negative
seperti: Haemophilus influenza, Klebsiella pneumonia, P. Aeruginosa,
Mycobacterium tuberculosa dan Pneumococcus. Bakteri yang biasanya
menyerang pada balita dan anak-anak yaitu Streptococcus pneumoni.
I.2.2 Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
I.2.3 Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplamosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
I.2.4 Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
I.2.5 Bahan kimia
Aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon (minyak tanah dan
bensin).
Menurut Nurarif & Kusuma (2016) penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan
sering disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh
Staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti
kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang
tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan jika telah
berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru.
I.4 Patofisiologi
Pneumonia disebabkan oleh berbagai agen mikroba seperti virus, bakteri, jamur.
Organisme yang biasa menyebabkan pneumonia antara lain Pseudomonas aeruginosa;
Haemophilus influenzae; Staphylococcus pneumonia dan bakteri batang gram
negative, jamur, virus (paling sering terjadi pada anak-anak). Mikroorganisme masuk
melalui nasofaring dan dapat mencapai paru melalui beberapa jalur seperti ketika
individu yang terinfeksi mengalami batuk, bersin, atau berbicara, mikroorganisme
dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain. Setelah terhirup reaksi
inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat (cairan) yang
mengganggu difusi oksigen dan karbondioksida. Pada proses inflamasi dapat juga
menyebabkan infeksi dan peningkatan suhu tubuh. Pada saat terjadi infeksi produksi
sputum akan meningkat yang mengakibatkan akumulasi sputum dijalan nafas
meningkat dan tidak dapat dikeluarkan akibatnya individu mengalami sesak nafas
(takipneu) sehingga menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas. Infeksi pada paru (alveoli) menyebabkan pertukaran gas di alveoli
menurun sehingga suplai O2 menurun dan meningkatnya CO2 dalam paru (alveoli)
menyebabkan terjadi nyeri dada, sesak, meningkatnya aksesori (otot bantu) nafas dan
masalah keperawatan yang muncul adalah gangguan pertukaran gas. Pada saat
inflamasi juga dapat meningkatkan suhu tubuh atau hipertermi yang dapat
mengakibatkan kehilangan cairan tubuh sehingga menimbulkan masalah keperawatan
resiko kekurangan volume cairan. Saat terjadi inflamasi terdapat penumpukan eksudat
dalam alveoli dan suplai O2 menurun menyebabkan hiperventilasi, dispneu, retraksi
dada/pernafasan cuping hidung sehingga masalah keperawatan yang timbul adalah
gangguan pola nafas (Nurarif & Kusuma, 2016).
I.5 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan anatomi :
I.5.1 Pneumonia lobaris, melibatkan saluran atau satu bagian besar dari satu atau
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral
atau “ganda”.
I.5.2 Pneumonia lobularis (bronkopneumonia), terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia
loburalis
I.5.3 Pneumonia interstitial (bronkiolitis), proses inflamasi yang terjadi dalam
dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :
I.5.4 Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, patogen atipikal pada lansia,
gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit
penyerta kardiopulmonal/jamak, atau paska terapi antibiotiaka spectrum luas.
I.5.5 Pneumonia nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit, adanya resiko untuk jenis
patogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
I.5.6 Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, penumunitas kimia akibat aspirasi bahan
toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung,
edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat
I.5.7 Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat
disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya
nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur, dan cacing (Nurarif
& Kusuma, 2016).
I.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada kasus pneumonia salah satunya hipotensi dan syok,
akan mengenai sistem pernapasan juga klien akan mengalami gagal pernapasan,
ateleksis, efusi pleura, dan terjadi penurunan kesadaran menunjukkan GCS delirium
disertai superinfeksi pada komplikasi lebih lanjut (Nurarif & Kusuma, 2016).
I.8 Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, biasanya diberikan antibiotik
per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita anak yang lebih besar dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung dan paru-paru lainnya,
harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Penatalaksanaan pada
pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan
sputum mencakup :
I.8.1 Oksigen 1-2 l/menit
I.8.2 IVFD dekstrose 10% : Nacl 0,9% = 3:1,+ KC110 mEq/500 ml cairan
I.8.3 Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukolisier
I.8.4 Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
I.8.5 Antibiotik diberikan untuk kasus pneumonia community base :
a. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
b. Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
a. Sefaktosin 100mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
b. Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
I.9 Pathway
Nekrosis hemoragik
Leukosit + fibrin mengalami
Kapasitas vital, compliance
konsolidasi
menurun
Leukositosis
Intoleran Aktivitas
Hipertermi
Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas Ketidakefektifan Pola Napas
II.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan (Nanda-I Diagnosis Keperawatan 2018-2020 Domain 11 Kelas 2 Kode
Diagnosis 00031)
Daftar Pustaka
Lawrence, Hannah & Moore, Tom. (2021). Crash Course Respiratory Medicine, Edisi 5.
Singapore: Elsevier.
Manurung, Nixson. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping dan
NANDA NIC NOC. Jakarta: TIM.
Nugraha, Andri., Komara, Egi., dkk. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah:
Diagnosis Nanda-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:
Mediaction.
Putri, Liza & Iskandar, Siska. (2021). Buku Ajar Keperawatan Anak. Selayo: ICM.
Utama, Saktya Yudha Ardhi. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Respirasi. Yogyakarta: Deepublish.