PENDAHULUAN
1
2
Menurut data dari WHO Global TB Report, pada tahun 2019 terdapat 10 juta
kasus dengan angka kematian mencapai 1,4 juta penderita TBC. Pada tahun
2020 Corona Virus Disease 2019 menggeser TBC sebagai penyakit menular
penyebab kematian tertinggi secara global, diperkirakan ada 10 juta orang
menderita TBC diseluruh dunia dengan angka kematian 1,5 juta orang (termasuk
214.000 orang dengan HIV).
Pada tahun 2021 penderita TBC dunia diperkirakan sekitar 10,6 juta penderita
yang terdiri dari 6 juta orang laki-laki, 3,4 juta perempuan dan 1,2 juta anak-
anak. Sedangkan angka kematian akibat TBC sebanyak 1,6 juta orang (termasuk
187.000 orang dengan HIV) (WHO, 2022). Berdasarkan data tersebut terdapat
kenaikan pada tahun 2021 dengan kenaikan 600 ribu kasus, pada 2020 data tidak
akurat dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
atau sudah ditemukan namun belum dilaporkan. Indonesia sendiri berada pada
posisi kedua dengan jumlah penderita TBC terbanyak di dunia setelah India,
diikuti oleh China, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Republik
Demokratik Kongo secara berutan. Dari data di atas di dapati peningkatan kasus
TB di Indonesia naik setiap tahunnya.
Menurut data yang disajikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
yang dirilis pada 5 Agustus 2022, pada tahun 2019 tercatat ada sebanyak 7.238
orang pengidap penyakit TBC. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar
622 kasus pada tahun 2020 menjadi sebanyak 6.616 orang, dan kembali
mengalami penurunan 37% yaitu sebanyak 2.476 kasus pada tahun 2021
menjadi 4.140 orang pengidap penyakit TBC. Dari data di atas jumlah pengidap
TB di Provinsi Kalimantan Selatan terjadi penurunan dari tahun ke tahun.
Prevalansi penderita TB Paru tertinggi pada kota Banjarmasin dari tahun 2019
ke tahun 2020 yaitu 1.317 orang dan prevalansi pada tahun 2020 ke 2021
mengalami penurunan drastis dari angka 4.025 kasus menjadi 940 kasus (Dinkes
Prov Kalsel, 2022). Namun kasus yang disajikan tersebut merupakan data yang
terkonfirmasi melakukan pengobatan di fasilitas kesehatan, tidak termasuk kasus
yang tidak terkonfirmasi, tidak terobati dan tidak tercatat. Hal tersebut terjadi
dikarenakan pandemi Covid-19 yang mengakibatkan menurunnya pelaporan dan
pendataan kasus baru TBC, serta enggannya masyarakat untuk melakukan
4
secara tidak langsung akan berdampak pada adanya peningkatan jumlah pasien
aktif TB.
1.5.1 Penelitian pertama yang menjadi dasar dari penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Alif Arditia Yuda dari Universitas
Airlangga Surabaya dengan judul Hubungan Karakteristik, Pengetahuan,
Sikap Dan Tindakan Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan
Minum Obat Di Puskesmas Tanah Kalikedinding pada tahun 2018.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Penelitian Cross-
Sectional dimana ada 32 responden dalam penelitian tersebut. Variabel
Independen adalah karakteristik (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan
dan status pekerjaan) serta variabel dependen yaitu kepatuhan minum
10
obat anti tuberkulosis. Hasil studi dari penelitian ini terbilang cukup kecil
dengan total 32 responden dan masih mencakupi daerah yang kecil.
1.5.2 Penelitian kedua yang menjadi dasar dari penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Maria Ulfah dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis (TBC) di
Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan pada tahun
2011. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
menggunakan desain Cross-Sectional dengan jumlah responden sebanyak
68 pasien tuberkulosis yang sudah menjalani pengobatan selama 3 – 6
bulan. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling.
Variabel Independen adalah dukungan keluarga, sedangkan Variabel
Dependen yaitu kepatuhan minum obat anti tuberkulosis. Hasil studi dari
penelitian ini terbilang cukup kecil dengan variabel independen hanya
terpaku pada satu variabel.
1.5.3 Perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis lakukan adalah terletak
pada jumlah responden, jumlah variabel independen serta lingkup dari
objek penelitian. Jika penelitian yang dilakukan oleh Alif Arditia Yuda
dari Universitas Airlangga Surabaya dilakukan pada tahun 2018 dan
menjadikan objek penelitian berupa Pusat Kesehatan Masyarakat tingkat
Kecamatan maka peneliti kali ini akan melakukan penelitian dengan
lingkup daerah yang lebih besar dan tentunya dengan jumlah responden
lebih besar.