PENDAHULUAN
Tuberculosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan
sampai saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Prevalensi TB di
Indonesia dan Negara –negara berkembang lainnya cukup tinggi, pada tahun 2006
kasus baru di Indonesia berjumlah > 600.000 dan sebagian besar diderita oleh
masyarakat yang berada dalam usia produktif (15-55 tahun) .angka kematian karena
infeksi TB berjumlah sekitar 300 orang per hari dan terjadi > 100.000 kematian per
tahun.
Hal tersebut merupakan tantangan bagi semua pihak untuk terus berupaya
mengendalikan infeksi ini, salah satu upaya penting untuk menekan penularan TB di
masyarakat adalah dengan melakukan diagnosis dini yang defenitif. (Depkes RI
2015).
1
Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevelensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan WHO tahun 2012
sepertiga populasi di dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap
tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian
berasal dari Negara berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI,2012).
Laporan WHO 2013, diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tehun 2012
dimana 1,1 juta orang diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Tahun 2012
diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TBMDR dan 170.000 orang
diantaranya meninggal dunia. (Kemkes RI,2014).
2
penatalaksanaan, dan tantanggan dalam upaya melibatkan kemitraan yang luar dan
program penanggulanagan TB penting untuk dilakukan (PPTI,2014).
Angka penemuan TBC kasus baru sejak tahun 2008 hingga tahun 2013
terdapat peningkatan. Tahun 2008 ditemukan BTA (+) sebanyak 2206 kasus, tahun
2009 BTA (+) sebanyak 2880 kasus, tahun 2010 BTA (+) sebanyak 3157 kasus,
tahun 2012 BTA (+) sebanyak 3355 kasus, dan pada tahun 2013 ditemukan 3561
kasus TB Paru BTA (+) yang menjadi sumber penularan di masyarakat. (Dinkes Prov
Riau,2013).
3
Cara penularan yang menjadi sumber penularan adalah pasien TB BTA positif
pada waktu batuk atau bersin. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana
percikan dahak berada dalam waktu yang lama ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan sementara dan sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan
dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab, daya
penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dekeluarkan dari
parunya. Semakin tinggi hasil derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak makin
menular pasien tersebut. (Depkes RI,2015).
Tes kulit tuberkulin adalah metode setandar untuk menemukan orang yang
terinfeksi TB, tetapi tes tuberkulin yang tersedia sekarang ini mempunyai sensitivitas
dan sefesivisitas yang kurang dari 100% dalam mendeteksi TB. untuk itu perlu
pengetahuan tentang reaksi positif palsu dan reaksi negative palsu pada tes
tuberkulin. Tes tuberkulin yang tersedia dan direkomendasikan oleh WHO adalah
PPD RT-23 yang dibuat oleh Biological standartd staten, serum institute,
Copenhagen, Denmark.
4
Reaksi tes tuberkulin yang dilakukan secara intradermal akan menghasilkan
reaksi hipersensitivitas tipe lambat, reaksi ini akan mencapai maksimal dalam 48-72
jam setelah menyuntikan. Pada petugas kesehatan reaksi indurasi lebih kurang 10 mm
di anggap positif maka perlu dilakukan pemeriksaan poto thoraks untuk melihat
apakah ada kelainan yang mengarah pada TB aktif.
Secara etimologis epidemiologi berasal dari : epi yang berarti atas ( pada =
upon ), dan demos yang berarti masarakat, serta logos atau ilmu. Dengan demikan
epidemiologi berarti “ pengetahuan yang mempelajari apa yang terjadi di masarakat “
suatu pengertian yang cukup luas. Dahulu epidemiologi di beri arti yang sempit yaitu
ilmu yang mempelajari suatu penyakit menular ( epidemic ).
Dari survei di Jakarta tahun 2012 dan hasil run-test jumlah penderita TB di
beberapa daerah nampak bahwa golongan masyarakat berpenghasilan rendah
merupakan sasaran kuman-kuman TB. Dalam hal ini Tjipto heriyanto menyatakan
bahwa tuberculosis merupakan penyakit rakyat, Angka kematiannya menduduki
urutan ketiga.Penyebab utama berkembangnya penyakit ini oleh karena masih
rendahnya pendapatan ekonomi masyarakat.
5
Saat ini jumlah penderita TB di Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah
India dan China. Laporan dari WHO tahun 2000, jumlah penderita TB di India
sebanyak 1,85 juta jiwa, di China 1,36 juta jiwa di Indonesia 0,59 juta jiwa. Dengan
Angka kekerapan masing-masing untuk india 184/100.000 penduduk dan di
Indonesia 280/100.000 penduduk. Bagaimana keadaan penyakit TB di kalangan
masyarakat saat ini (tahun 2005-2007). Berkat ketekunan dan kerja keras terutama
tenaga kesehatan yang ada di puskesmas-puskesmas serta dukungan tenaga kesehatan
di program nasional Tuberkulosis Departemen Kesehatan RI, serta bantuan berbagai
pihak seperti WHO, LSM-LSM minsalnya PPTI, KNCV dan USAID serta beberapa
Negara penyandang dana yang bergabung dalam GF-ATM (Global Fund to AIDS,
TB and Malaria) Angka kejadian TB dapat diturunkan secara bermakna. Di jawa dan
Bali Angka kekerapan pasien dengan BTA(+) kira-kira 1 orang diantara 1000 orang
6
Mengingat kompleksnya masalah yang terjadi pada klien dengan
penyakit TB Paru.Maka penulis tertarik untuk merawat klien dengan judul
Manajemen Asuhan Keperawatan Sistem Pernapasan Pada Pasien TB Paru
Dengan Hemaptoe di Ruang Melati RSUD Sidikalang Tahun 2019.
1.3 Tujuan Praktek Belajar Lapangan
1.3.1 TujuanUmum
7
Sebagai masukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien yang
menderita TB Paru.