Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PROGRAM TB PARU

DINAS KESEHATAN KAB OGAN ILIR

TAHUN 2010

DISUSUN OLEH

KELOMPOK IV

KETUA : HEVIYANZAH

ANGGOTA : ZULDEFNI

SYARIFAH

MAKNUN

YUSMIATI

MITHMAINAH

DINAS KESEHATAN KABUPATAN OGAN ILIR

TAHUN 2010
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit TB Paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan olehbakteri


Mikobakterium tuberkulosa yang bersifat sistemis (menyeluruh) sehinggadapat mengenai
hampir seluruh organ tubuh, dengan lokasi terbanyak  di paru-paru yang  biasanya merupakan
lokasi infeksi yang pertama kali terjadi.(WHO,2009)

Insidensi Tuberculosis TB Paru dilaporkan meningkat secara drastis padadekade terakhir


ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia.Penyakit inibiasanya banyak terjadi pada
negara berkembang atau yang mempunyai tingkatsosial ekonomi menengah ke bawah.TB
Paru merupakan penyakit infeksipenyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi,angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup
lama.Di Indonesia TB Paru merupakan penyebab kematian utama dan angkakesakitan dengan
urutan teratas setelah ISPA.Indonesia menduduki urutan ketigasetelah India dan China dalam
jumlah penderita TB Paru di dunia.Jumlahpenderita TB Paru dari tahun ke tahun di Indonesia
terus meningkat.Tiap tahunterdapat 583.000 kasus TB Paru di Indonesia.Setiap tahun TB
Paru membunuh140.000 orang.Setiap hari 425 orang meninggal akibat TB Paru di
Indonesia.Tingkat resiko untuk terserang TB Paru di Indonesia berkisar antara 1,7 % - 4,4%.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TB paru, dan setiap dua menitmuncul satu
penderita baru TB paru yang menular.Bahkan setiap empat menitsekali satu orang meninggal
akibat TB Paru di Indonesia.

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosialekonomi, belum
optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,meningkatnya jumlah penduduk yang
tidak mempunyai tempat tinggal danadanya epidemi dari infeksi HIV. Di samping itu daya
tahan tubuh yanglemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang
memegangperanan penting dalam terjadinya infeksi TB Paru.(Nurhadi, 2009)

B. Cara penularan
o Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman ke udaradalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei)
Sekali batuk dapatmenghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
o Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahakberada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlahpercikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuhkuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaanyang gelap dan lembab.

o Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kumanyang dikeluarkan


dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasilpemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.

o Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukanoleh


konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udaratersebut

Risiko penularan

o Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari
pasien TB paru dengan BTA negatif.

o Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis


Infection (ARTI)yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10(sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi
setiap tahun.

o ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan


reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

Risiko menjadi sakit TB

o Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.

o Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun.
Sekitar 50 diantaranya adalah pasienTB BTA positif.

o Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya


tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
o HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi
HIV mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga
jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV
meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB dimasyarakat
akan meningkat pula.

o I. Analisis Situasi

Epidemiologi

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium


tuberkulosis.Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasienTB baru dan 3 juta kematian
akibat TB diseluruh dunia.Diperkirakan 95%kasus TB dan 98% kematian akibat TB
didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.Demikian juga, kematian wanita akibat
TB lebih banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.

Gambar 1.1. Insidens TB didunia (WHO,


2004) 

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secaraekonomis (15-50
tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akankehilangan rata-rata waktu kerjanya 3
sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibatpada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya
sekitar 20-30%. Jikaia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar
15tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampakburuk lainnya
secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyaraka

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:

 Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang
sedang berkembang.
 Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh :
- Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
- Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses olehmasyarakat,
penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidakterjamin
penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan danpelaporan yang
standar, dan sebagainya).
- Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obatyang tidak
standar, gagal menyembuhkan kasus yang telahdidiagnosis)
- Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.
- Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yangmengalami krisis
ekonomi atau pergolakan masyarakat
 Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia danperubahan struktur
umur kependudukan.
 Dampak pandemi HIV
Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat danbanyak yang
tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yangdikelompokkan dalam 22
negara dengan masalah TB besar (high burden countries)Menyikapi hal tersebut, pada
tahun 1993, WHO mencanangkanTB sebagai kedaruratan dunia(global emergency).
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB.Koinfeksi
dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secarasignifikan. Pada saat yang
sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obatanti TBmultidrug resistance = MDR)
semakin menjadi masalah akibat kasusyang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan
tersebut pada akhirnya akanmenyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.
TUBERKULOSIS DAN KEJADIANNYA
Tuberkulosisadalah penyakit menular langsung yang disebabkan olehkuman
TB(Mycobacterium Tuberculosis)Sebagian besar kuman TBmenyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
Data Epidemiologi Kab. Ogan Ilir Sumatera Selatan

Prevalensi Tuberkulosis (MDG)

Prevalensi TB Paru BTA+ di Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2010 adalah sebesar 101 per-100.000
penduduk, dengan rincian prevalensi penderita laki-laki sebesar 117 per-100.000penduduk dan
penderita perempuan sebesar 84 per 100.000 penduduk. Tahun 2009, TB Paru BTA+ di Kabupaten
Ogan Ilir adalah 72,94 per-100.000 penduduk sedangkan tahun 2008 sebesar 84,13 per-100.000
penduduk.
PREVALENSI TB PARU BTA+ PER-100,000 PENDUDUK

DI KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2008-2010

Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+


Angka penemuan kasus TB Paru BTA+ di Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2010 digambarkan
pada grafik di bawah ini

PERSENTASE PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+


DI KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2010

Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+


Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA+ di Kabupaten Ogan Ilir tahun 2010 adalah
sebesar 95,38% dengan rincian kesembuhan penderita laki-laki sebesar 95,16% dan
kesembuhan penderita perempuan sebesar 95,73%. Pada tahun 2009, angka kesembuhan
penderita TB Paru BTA+ sebesar 99,01% dari totalpenderita sebanyak 304 orang yang
sembuh adalah sebanyak 301 penderita. Sedangkan tahun 2008, jumlah penderita TB Paru
BTA + adalah sebesar 343 orang dengan tingkat kesembuhan sebesar 98,54% atau ada
sebanyak 338 orang penderita yang sembuh. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan
minum obat, perilaku hidup bersih dan sehat, serta cakupan sanitasi dasar
PERSENTASE KESEMBUHAN PENDERITA TB PARU BTA+

DI KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2008-2010


Tahun 2010 angka kesembuhan pasien TB Paru menurun dari 99,01% menjadi 95,38 %, hal
ini disebabkan oleh tingkat kepatuhan pasien dalam menelan obat menurun dan peran
Pengawas Makan Obat (PMO) terhadap penderita sehingga kesembuhan dan pengendalian
dan keteraturan berobat tidak berjalan efektif.

Dijelaskannya, upaya penemuan kasus TB Paru di Kabupaten Ogan Ilir dilakukan dengan
mencari kasus yang ada di masyarakat, yang berdasarkan target nasional diperkirakan dari
1.000 penduduk ada 1,6 penderita TB Paru.

Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya upaya pencarian penderita TB Paru di lapangan


tidak dilakukan secara optimal, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
dahak secara rutin ke laboratorium di Puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Untuk pemeriksaan penyakit ini, di Kabupaten Ogan Ilir masyarakat dapat memeriksakan diri
dilaboratorium disetiap Puskesmas di Kabupaten Ogan Ilir.Guna meningkatkan luasan
cakupan penemuan penderita Tb Paru di 16 Kecamatan yang ada di daerah itu harus
dilakukan pencarian penderita secara langsung di masyarakat yang beresiko tinggi dan
adanya insentif bagi petugas pengelola program dan laboratorium dalam menjalankan
tugasnya.

PATOGENESIS TB PARU

TB paru terdiri dari primer dan post primer, TB paru primer adalah infeksi yang menyerang
pada orang yang belum mempunyai kekebalan spesifik, sehingga tubuh melawandengan cara
tidak spesifik. Pada fase ini kuman merangsangtubuh membentuk sensitized cell yang khas
sehingga uji PPD (Purified Protein Derivative) akan positif. Di paru terdapatfokus primer
dan pembesaran kelenjar getah bening hilus atauregional yang disebut komplek primer.Pada
infeksi primer inibiasanya masih sulit ditemukan kuman dalam dahak.TB paru post primer
adalah TB paru yang menyerangorang yang telah mendapatkan infeksi primer dan dalam
tubuhorang tersebut sudah ada reaksi hipersensitif yang khas. Infeksiini berasal dari reinfeksi
dari luar atau reaktivasi dari infeksi se-selumnya. Proses awal berupa satu atau lebih
pnemonia lobuler yang disebut fokus dari Assman. Fokus ini dapat sembuh sendiriatau
menjadi progresif (meluas), melunak, pengejuan, timbul kavitas yang menahun dan
mengadakan penyebaran ke beberapa
tempat.
Gejala penting TB paru post primer adalah :
1)Batuk lebih dari 4 minggu, gejala ini paling dini dan palingsering dijumpai, biasanya ringan
dan makin lama makin berat.
2)Batuk darah atau bercak saja.
3)Nyeri dada yang berkaitan dengan proses pleuritis di apikal.
4)Sesak nafas yang berkaitan dengan retraksi, obstruksi, thrombosis, atau rusaknya
parenkhim paru yang luas.
5)Wheezing yang berkaitan dengan penyempitan lumen endo-bronkhial.
6)Gejala umum yang tidak khas yaitu lemah badan, demam,anoreksia, berat badan turun.
WHO merekomendasikan gejala penting TB paru berturut-turut adalah batuk lebih dari 4
minggu, batuk darah, nyeri dada,dan demam

BAB II

PENCENGAHAN DAN PENANGGULANGAN TB PARU

Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) adalahupaya untuk


menurunkan dan mengurangi angka kesakitan dan angka kematianakibat penyakit menular.
Secara epidemiologis, pemberantasan penyakit menular harus memperhatikan factor -faktor:
host, agent, environment dan time, place,person sehingga upaya pemberantasannya
harus dapat memutuskan rantaipenularan penyakit. Program penanggulangan tuberkulosis
adalah salah satuindikator kinerja pada program P2M. Program penanggulangan tuberculosis
adalah upaya untuk menurunkan dan mengurangi angka kesakitan dan angkakematian akibat
penyakit menular tuberkulosis. Kegiatan pengendalian TB parudapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu (Depkes RI, 2007):

Promotif

1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TB paru


2.Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TB paru,carapenularan, cara
pencegahan, faktor resiko

3. Mensosialisasiklan BCG di masyaraka

Preventif

1. Vaksinasi BCG

2. Menggunakan isoniazid (INH)

3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.

4.Bila ada gejala-gejala TB paru segera ke Puskesmas/RS, agar dapatdiketahui secara dini

A. UPAYA PENANGGULANGAN TB

Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan


strategipenanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS(Directly Observed
Treatment Short-course)dan telah terbukti sebagai strategi penanggulanganyang
secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Strategi inidikembangkan dari berbagi
studi, uji coba klinik (clinical trials),pengalaman-pengalaman terbaik(best practices),
dan hasil implementasi programpenanggulangan TB selama lebih dari dua dekade.
Penerapan strategi DOTSsecara baik, disamping secara cepat menekan penularan,
juga mencegahberkembangnya MDR-TB.Fokus utama DOTS adalah penemuan dan
penyembuhan pasien, prioritasdiberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini
akan memutuskanpenularan TB dan dengan demkian menurunkan insidens TB di
masyarakat.Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik
dalamupaya pencegahan penularan TBWHO telah merekomendasikan strategi DOTS
sebagai strategi dalampenanggulangan TB sejak tahun 1995. Bank Dunia menyatakan
strategiDOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif.Integrasike
dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi danefektifitasnya.
Satu studicost benefit yang dilakukan oleh WHO di Indonesiamenggambarkan bahwa
dengan menggunakan strategi DOTS, setiap dolar yang digunakan untuk membiayai
program penanggulangan TB, akanmenghemat sebesar US$ 55 selama 20
tahun.Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci:

1) Komitmen politis

2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.

3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB


dengantatalaksanakasus yang tepat, termasuk pengawasan langsungpengobatan.

4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu.

5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaianterhadap


hasilpengobatan pasien dan kinerja program secarakeseluruhan

Strategi DOTS di atas telah dikembangkan oleh Kemitraan global


dalampenanggulangan tb (stop TB partnership)dengan memperluas strategi
dotssebagai berikut :

1) Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS

2) Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya

3) Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan

4) Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintahmaupun swasta.

5) Memberdayakan pasien dan masyarakat

6) Melaksanakan dan mengembangkan riset

B. Pencegahan Penularan TB Paru

a. Jika batuk, mulut ditutup dengan sapu tangan

b. Dahak ditampung pada tempat kemudian diberi lysol atau pembunuh kuman

c. Anggota keluarga dan orang yang sering bergaul dengan penderita sebaiknya
memeriksakan diri kelaboratorium

d. Pada bayi jangan lupa diimunisasi BCG


e. Secara dini dilakukan pengobatan dan memeriksakan kesehatannya bila batuk lebih
dari 2 minggu

f. Ventilasi rumah harus ada dan memenuhi syuarat kesehatan dan sinar matahari
dapat masuk ke ruangan, terutama pada pagi hari sehingga dapat membunuh
kuman TB paru

g. Meningkatkan daya tahan tubuh antara lain dengan memakan makanan bergizi

C. Media Promosi Kesehatan Pencegahan Penularan TB Paru

Promosi kesehatan pada tatananan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, untuk mencapai perilaku sehatmasyarakat, maka
harus memulai pada tatanan masing-masing keluarga.Dariteori pendidikan dikatakan, bahwa
keluarga adalah tempat persemaian manusiasebagai anggota masyarakat. Karena itu, bila
persemaian itu jelek maka akan jelasberpengaruh pada masyarakat. Agar masing-masing
keluarga menjadi tempatyang kondusif untuk tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak
sebagai calon anggota masyarakat, maka promosi kesehatan akan sangat berperan.
Dalampromosi kesehatan, keluarga ini sasaran utamanya adalah orang tua terutama
ibu.Karena ibulah dalam keluarga yang berperan dalam meletakkan dasar perilakusehat pada
anak-anak mereka sejak lahir

Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah  merupakan  perpanjangan  tangan  keluarga,  artinya  sekolahmerupakan tempat


lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak, termasuk perilaku kesehatan, peran guru
dalam promosi kesehatan disekolah sangat penting,karena guru pada umumnya lebih dipatuhi
oleh anak-anak daripada orang tuanya.

Promosi kesehatan pada tatanan tempat kerja

Promosi kesehatan di tempat kerja ini dapat dilakukan oleh pimpinanperusahaan atau tempat
kerja dengan memfasilitasi tempat kerja yang kondusif bagi perilaku sehat karyawan atau
pekerjanya, misalnya tersedianya air bersih,tempat pembuangan kotoran, tempat sampah,
kantin, ruang istirahat, dansebagainya.

Promosi kesehatan di tempat-tempat umum

Tempat-tempat umum adalah tempat dimana orang-orang berkumpul padawaktu-waktu


tertentu.Ditempat-tempat umum juga perlu dilakukan promosikesehatan dengan menyediakan
fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilakusehat bagi pengunjungnya.

Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan

Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas, balaipengobatan,


poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya adalah tempat yangpaling strategis untuk
promosi kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan diinstitusi pelayanan kesehatan dapat
dilakukan baik secara individual oleh parapetugas kesehatan kepada pasien atau keluarga
pasien
BAB III

KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN TB BERBASIS MASYRAKAT DI


DINAS KESEHATAN KAB.OGAN ILIR

A. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat/Komunitas terhadap
Penanggulangan TB
2. Tujuan Khusus
 Untuk membangun, mengembangkan dan memperkuat komitmen
dalam penanggulangan TB dengan stakehoder terkait.
 Untuk menyamakan persepsi yang sama tentang kebijakan program TB
Round B
 Untuk mendapatkan dukungan lintas sektor, swasta dan Organisasi
masyarakat terhadap program penanggulangan TB.
 Untuk mengembangkan informasi guna meningkatkan pengetahuan
dan perilaku masyarakat mengenai penyakit TB.

B. PLAN
1. Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan dengan cara :
- Observasi
- Wawancara dengan masyarakat / penderita TB
- Data secunder

C. Metode dan strategi

a. Melatih Kader-Kader TB ditingkat ditingkat Kecamatan dan desa agar dapat


melakukan perannya untuk melakukan kegiatan AKMS ( Advokasi,
Komunikasi, dan Mobilisasi Sosial). Disamping itu Para kader TB ini juga
memilki peran strategis yaitu merupakan ujung tombak dilapangan dalam
pelaksanaan program penanggulangan TB.Metode /teknik dalam pelaksanaan
Program meliputi :
o Melaksanakan Pelatihan bagi kader – kader TB ditingkat Kecamatan
dengan metode : Presentase, Diskusi Kelompok,Curah pendapat, Tanya
Jawab.
o Penyuluhan Kesehatan atau sosialisasi TB kepada : masyarakat luas
( Kelompok masyarakat,ibu-ibu arisan, PKK, Pengajian) Pasien dan
Suspect TB
o Melaksanakan AKMS (Advokasi, Komunikasi, Mobilisasi dan Sosialisasi)
o Melakukan Homevisit atau kunjungan rumah bagi suspect TB maupun
pasien
TB yang dilakukan oleh petugas kesehatan atau Kader TB.
o Melakukan kampanye media seperti; penyebaran poster, leaflet dan media
KIE (komunikiasi, Informasi dan Edukasi lainnya).

Peran dan tugas Kader TB diantaranya :

- Menemukan suspect TB

-Memotivasi Suspect untuk melakukan pemerikasaan Dahak ke UPK terdekat untuk


memastikan apakah suspect tersebut positive menderita TB atau tidak.
- Bertindak sebagai PMO (Pengawasan Menelan Obat)

- Melakukan kegiatan AKMS (Penyuluhan dan Sosialiasi TB)

b. Pelatihan bagi kader-kader TB dilakukan oleh petugas kesehatan sebanyak 2 kali


pelatihan yaitu ;

- Bulan Desember 2012 Pelatihan Kader TB Komunitas/Tingkat Kecamatan tahap


I jumlah peserta sebanyak 25 orang.

- Bulan Februari 2012 Pelatihan Kader TB Tahap II jumlah peserta 24 orang.

c.Memperluas jaringan penanggulangan TB yang mampu menjangkau seluruh unsur


dalam keluarga (bapak, ibu, anak dan pembantu RT)

d. Memperluas jaringan penanggulangan TB di berbagai komunitas untuk membantu


mensosialisasikan TB ke komunitasnya. Contohnya : komunitas masyarakat peduli,
komunitas PMO, komunitas mantan pasien TB, Komunitas POKMAIR/CBO
Kelompok pemakai air dan lainnya sesuai dengan kondisi wilayah.

eMembudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, melalui upaya pemberdayaan dan
mobilisasi masyarakat secara luas. Dalam rangka mobilisasi masyarakat harus ada
tokoh lokal yang dapat menjadi penarik massa.

f.Memanfaatkan media cetak dan elektronik secara optimaltidak mengikat.

Pembiayaan Kegiatan : APBD Kab Ogan Ilir

D. PERUNDANGAN DAN KEBIJAKAN

Beberapa kebijakan yang terkait dengan pedoman penanggulangan Tuberkulosis


( TB ) adalah :

- Undang – undang no 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular


- Undang – undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
- Undang – undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran
- Undang – undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
- Undang – undang no 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
- PP no 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular
- PP no 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
- PP no 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kab /
kota
- Keputusan Mentri Kesehatan no 23 / Menkes / SK/III/1999 tentang
Gerakan terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
- Keputusan Mentri Kesehatan no 131 / Menkes / SK/II/2004 tentang
Sistim Kesehatan Nasional
- Peraturan Menteri Kesehatan no 1575 / Menkes / Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata kerja Departemen Kesehatan

HASIL YANG INGIN DICAPAI

1. Terbentuknya Kader TB Kabupaten sejumlah 25 orang, kader TB Komunitas dalam 2


angkatan sejumlah 49 orang

2. Terbangunnya Komitmen bersama, dukungan dari berbagai pihak.

3. Terciptanya pemahaman bersama dari peserta terkait tentang pentingnya komitmen


yang kuat dari para peserta sebagai stakeholder terkait dalam program pengelolaan
penanggulangan TB di Indonesia dan Kabupaten Ogan Ilir khususnya

4. Selain itu diperoleh dukungan dari berbagai pihak diharapkan kelak mampu
mengoptimalkan pelaksanaan program TB di Kabupaten Ogan Ilir

MONITORING DAN EVALUASI

Program Penanggulangan TB tidak mungkin berhasil jika hanya ditanggulangi sektor


kesehatan saja, namun diperlukan keterlibatan dan peran serta dari berbagai
sektor.Program penanggulangan TB berbasis masyarakat (komunitas) merupakan
wujud partisipasi masyarakat (civil society) dalam penanggulangan TB.Kader TB
dalam program Community TB Care merupakan ujung tombak di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai