Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

TB PARU

Oleh : dr. Muhammad Nanda Firdaus


Pembimbing : dr. Siti Rahmaniah

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh


Periode 19 Juni 2021 – 18 Agustus 2021

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2021
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kondisi TB di Indonesia

Beberapa tahun terakhir, upaya Pengendalian TB di Indonesia mengalami


kemajuan yang cukup pesat, hal ini antara lain dibuktikan dengan tercapainya indikator
penting dalam Program Pengendalian TB. Faktor keberhasilan tersebut antara lain: akses
pelayanan kesehatan yang semakin baik, adanya pendanaan dan dukungan pemerintah
pusat dan daerah, peran serta masyarakat dan swasta semakin meningkat, semakin
berkembangnya teknologi pengendalian TB, serta banyak kegiatan terobosan yang
diinisiasi baik dalam skala global maupun nasional.

1.2 Epidemiologi TB

TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat didunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah
diterapkan di banyak negara sejak tahun 1995.

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-
rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan
tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga
memberikan dampak buruk lainnya secara sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan oleh
masyarakat.

Dalam laporan WHO tahun 2013:

 Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang
(13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien
tersebut berada di wilayah Afrika.

 Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TBMDR dan
170.000 orang diantaranya meninggal dunia.
 Meskipun kasus dan kematian karena TB sebagian besar terjadi pada pria tetapi
angka kesakitan dan kematian wanita akibat TB juga sangat tinggi. Diperkirakan
terdapat 2,9 juta kasus TB pada tahun 2012 dengan jumlah kematian karena TB
mencapai 410.000 kasus termasuk di antaranya adalah 160.000 orang wanita dengan
HIV positif. Separuh dari orang dengan HIV positif yang meninggal karena TB pada
tahun 2012 adalah wanita.

 Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB anak diantara seluruh kasus TB
secara global mencapai 6% (530.000 pasien TB anak/ tahun). Sedangkan kematian
anak (dengan status HIV negatif) yang menderita TB mencapai 74.000 kematian/
tahun, atau sekitar 8% dari total kematian yang disebabkan TB.

 Meskipun jumlah kasus TB dan jumlah kematian TB tetap tinggi untuk penyakit
yang sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan tetap fakta juga menunjukkan
keberhasilan dalam pengendalian TB. Peningkatan angka insidensi TB secara global
telah berhasil dihentikan dan telah menunjukkan tren penurunan (turun 2% per tahun
pada tahun 2012), angka kematian juga sudah berhasil diturunkan 45% bila
dibandingkan tahun 1990.

1.3 Kuman Penyebab TB

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. leprae dsb.
yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).

Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa


menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium
Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan
pengobatan TB. Untuk itu pemeriksaan bakteriologis yang mampu melakukan
identifikasi terhadap Mycobacterium tuberculosis menjadi sarana diagnosis ideal untuk
TB.

Secara umum sifat kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) antara lain adalah


sebagai berikut:
 Berbentuk batang dengan panjang 1 – 10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron. • Bersifat
tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen.
 Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa.
 Kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah
mikroskop.
 Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu
lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C .
 Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet.
 Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan mati dalam
waktu beberapa menit.
 Dalam dahak pada suhu antara 30 – 37°C akan mati dalam waktu lebih kurang 1
minggu.
 Kuman dapat bersifat dormant (”tidur” / tidak berkembang)

1.4 Cara Penularan

 Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan
BTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja
terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji ≤ dari 5.000
kuman/cc dahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.

 Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan


penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA
negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil
kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.

 Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percik
renik dahak yang infeksius tersebut.

 Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak
1.5 Perjalanan Alamiah TB Pada Manusia

Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit. Tahapan tersebut meliputi tahap


paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia yang dapat dilihat pada tabel
berikut:

Paparan

Peluang  Jumlah kasus menular di masyarakat


peningkatan
 Peluang kontak dengan kasus menular
paparan terkait
dengan:  Tingkat daya tular dahak sumber penularan

 Intensitas batuk sumber penularan

 Kedekatan kontak dengan sumber penularan

 Lamanya waktu kontak dengan sumber penularan

 Faktor lingkungan: konsentrasi kuman diudara (ventilasi, sinar


ultra violet, penyaringan adalah faktor yang dapat menurunkan
konsentrasi)

Catatan: Paparan kepada pasien TB menular merupakan syarat untuk terinfeksi.


Setelah terinfeksi, ada beberapa faktor yang menentukan seseorang akan terinfeksi
saja, menjadi sakit dan kemungkinan meninggal dunia karena TB.

Infeksi

Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6-14 minggu setelah infeksi

 Reaksi immunologi (lokal)


Kuman TB memasuki alveoli dan ditangkap oleh makrofag dan kemudian
berlangsung reaksi antigen – antibody.

 Reaksi immunologi (umum)


Delayed hypersensitivity (hasil Tuberkulin tes menjadi positif

 Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam lesi
tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali.

 Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi

Sakit TB

Faktor risiko  Konsentrasi / jumlah kuman yang terhirup


untuk menjadi
 Lamanya waktu sejak terinfeksi
sakit TB adalah
tergantung dari :  Usia seseorang yang terinfeksi

 Tingkat daya tahan tubuh seseorang. Seseorang dengan daya


tahan tubuh yang rendah diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan berkembangnya TB
aktif (sakit TB). Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat,
maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian
penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

Catatan: Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Namun bila
seorang dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB melalui proses reaktifasi.
TB umumnya terjadi pada paru (TB Paru). Namun, penyebaran melalui aliran darah
atau getah bening dapat menyebabkan terjadinya TB diluar organ paru (TB Ekstra
Paru). Apabila penyebaran secara masif melalui aliran darah dapat menyebabkan
semua organ tubuh terkena (TB milier).

Meninggal Dunia

Faktor risiko  Akibat dari keterlambatan diagnosis


kematian karena
 Pengobatan tidak adekuat
TB:
 Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit
penyerta

Catatan: Pasien TB tanpa pengobatan, 50% akan meninggal dan risiko ini meningkat
pada pasien dengan HIV positif

Setelah inhalasi, nukleus percik renik terbawa menuju percabangan trakea-bronkial


dan dideposit di dalam bronkiolus respiratorik atau alveolus, di mana nukleus percik
renik tersebut akan dicerna oleh makrofag alveolus yang kemudian akan memproduksi
sebuah respon nonspesifik terhadap basilus. Infeksi bergantung pada kapasitas virulensi
bakteri dan kemampuan bakterisid makrofag alveolus yang mencernanya. Apabila
basilus dapat bertahan melewati mekanisme pertahanan awal ini, basilus dapat
bermultiplikasi di dalam makrofag.

Tuberkel bakteri akan tumbuh perlahan dan membelah setiap 23- 32 jam sekali di
dalam makrofag. Mycobacterium tidak memiliki endotoksin ataupun eksotoksin,
sehingga tidak terjadi reaksi imun segera pada host yang terinfeksi. Bakteri kemudian
akan terus tumbuh dalam 2-12 minggu dan jumlahnya akan mencapai 103-104, yang
merupakan jumlah yang cukup untuk menimbulkan sebuah respon imun seluler yang
dapat dideteksi dalam reaksi pada uji tuberkulin skin test. Bakteri kemudian akan
merusak makrofag dan mengeluarkan produk berupa tuberkel basilus dan kemokin yang
kemudian akan menstimulasi respon imun.

Sebelum imunitas seluler berkembang, tuberkel basili akan menyebar melalui


sistem limfatik menuju nodus limfe hilus, masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke
organ lain. Beberapa organ dan jaringan diketahui memiliki resistensi terhadap replikasi
basili ini. Sumsum tulang, hepar dan limpa ditemukan hampir selalu mudah terinfeksi
oleh Mycobacteria. Organisme akan dideposit di bagian atas (apeks) paru, ginjal, tulang,
dan otak, di mana kondisi organ-organ tersebut sangat menunjang pertumbuhan bakteri
Mycobacteria. Pada beberapa kasus, bakteri dapat berkembang dengan cepat sebelum
terbentuknya respon imun seluler spesifik yang dapat membatasi multiplikasinya.

1.6 Strategi DOTS

Dengan semakin berkembangnya tantangan yang dihadapi program dibanyak


negara. Pada tahun 2005 strategi DOTS di atas oleh Global stop TB partnership strategi
DOTS tersebut diperluas menjadi “Strategi Stop TB”, yaitu:

 Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS.

 Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya.

 Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan.

 Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.


 Memberdayakan pasien dan masyarakat.

 Melaksanakan dan mengembangkan penelitian

1.7 Penemuan Pasien TB

Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui serangkaian


kegiatan mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB, pemeriksaan fisik dan
laboratoris, menentukan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB,
sehinga dapat dilakukan pengobatan agar sembuh sehingga tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain.

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan terduga pasien, diagnosis,


penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien
yang memahami dan sadar akan keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas
kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan
terhadap gejala dan keluhan tersebut. Penemuan pasien merupakan langkah pertama
dalam kegiatan tatalaksana pasien TB.

Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular secara bermakna akan dapat


menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB serta sekaligus merupakan
kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat. Keikutsertaan
pasien merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pengendalian TB.

1.8 Gejala Klinis TB Paru

Gejala Utama Gejala Lain

 Batuk ≥ 2 minggu  Malaise

 Batuk berdahak  Penurunan berat badan

 Batuk berdahak dapat bercampur  Menurunnya nafsu makan


darah
 Menggigil
 Dapat disertai nyeri dada
 Demam
 Sesak napas
 Berkeringat di malam hari
1.9 Diagnosis TB Paru

 Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan
pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah
pemeriksaan mikroskopis, tes cepat molekuler TB dan biakan.

 Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan


pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
Terduga TB

 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.


Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga
dapat menyebabkan terjadi over diagnosis ataupun under diagnosis.

 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.


1.10 Pengobatab TB Paru

1. Tujuan Pengobatan

 Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan

 produktivitas pasien

 Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan

 Mencegah kekambuhan TB

 Mengurangi penularan TB kepada orang lain

 Mencegah perkembangan dan penularan resistan obat


2. Prinsip Pengobatan

Obat anti-tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam


pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk
mencegah penyebaran lebih lanjut dari bakteri penyebab TB.

Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:

 Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung


minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi

 Diberikan dalam dosis yang tepat

 Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (pengawas
menelan obat) sampai selesai masa pengobatan.

 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.

3. Tahapan Pengobatan

a. Tahap Awal

Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini


adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang
ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil
kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan
pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan
selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa
adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan
selama 2 minggu pertama

b. Tahap Lanjutan

Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa kuman yang


masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persisten sehingga pasien dapat
sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Durasi tahap lanjutan selama
4 bulan. Pada fase lanjutan seharusnya obat diberikan setiap hari, namun
pemberian 3 x/minggu sudah dinilai efektif.
Dosis Rekomendasi 3 Kali Per Minggu
Harian
Obat
Dosis Maksimum Dosis Maksimum
(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)

Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900

Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600

Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -

Etambutol 15 (15-20) - 30 (25-35) -

Streptomisin 15 (12-18) - 15 (12-19) -


BAB 2
LAPORAN KASUS
Dokter Internsip : dr. Muhammad Nanda Firdaus
Pembimbing : dr. Siti Rahmaniah

2.1 Identitas
Nama : Tn. A / 458832
Umur : 47 tahun
Diagnosa : TB Paru
Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 20 Mei 2021

2.2 Anamnesa

KU Sesak napas.

RPS Sesak napas sejak 3 hari SMRS (+) Batuk berdahak sejak 7 hari SMRS (+)
Demam sejak 3 hari SMRS (+) Penurunan nafsu makan (+) Penurunan BB
10 kg dalam 1 bulan (+) Keringat malam (+)
Nyeri kepala (+) Nyeri otot (+).
Nyeri dada (-) Batuk darah (-) Mual (-) Muntah (-) BAB cair (-)
BAB dbn. BAK dbn.

RPD HT (-) DM (-) Alergi (-) TB (-)

RPK HT (-). DM (-).

Riwayat Pasien bekerja serabutan.


Sosial Pasien tinggal di daerah padat penduduk. Rokok (+)

2.3 Pemeriksaan Fisik

TTV TD 110/70 mmHg. HR 103 x/menit. T 37,3 oC. RR 24 x/menit.


SpO2 87% free air. SpO2 96% NRM 15 lpm.

K/L Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-) Dyspneu (-) Sianosis (-)
Pembesaran KGB leher (+) Sumbatan jalan napas atas (-)
Faring (dbn) Laring (dbn)

Thorax Cor
S1S2 tunggal. Murmur (-) Gallop (-)

Pulmo

Dextra Sinistra

Inspeksi Simetris Simetris


Jejas (-) Jejas (-)

Palpasi Fremitus raba (dbn) Fremitus raba (dbn)

Perkusi Redup Redup


Redup Redup
Sonor Sonor

Auskultasi Ves (+++) Ves (+++)


Rh (++-) Rh (++-)
Wh (---) Wh (---)

Abdomen BU (+) Soepel (+) Organomegali (-)

Ekstremitas Akral hangat kering merah.


Edema (-/-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Lab HGB 12,9 / HCT 36,5 / RBC 4,3


(17/5/21) WBC 14,97 / EO 0,8 / BASO 0,1 / NEUT 73,0 / LYMPH 18,2 / MONO
7,9
TCM: MTB high. Rifampicin resistance (-)
Swab PCR Covid 19: Negatif

CXR Cor dbn


Pulmo tampak infiltrat pada apex paru D et S, mengarah ke TB Paru
2.5 Tata Laksana
 O2 NRM 15 lpm
 Inf NaCL drip NB 12 tpm
 Inf Resfar 1 flash dalam NaCl 100 mL
 Inj Lansoprazole 2x1
 Inj Vit C 500 mg dalam NaCl 100 mL
 Inj Ceftazidime 1000 mg 3x1
 Inf Levofloxacin 750 mg 1x1
 Nebul Combivent + Pulmicort 6x1
 Tab HRZE (300/450/750/750)
 Tab Vit D 5000 IU 1x1
 Tab Zinc 50 mg 1x1
 Tab Codein 10 mg 3x1
 Syr Curvit 3x1
 PDx: VCT

2.6 Follow Up

Tanggal Subjektif, Objektif dan Assesment Planning

21 Mei S. Sesak napas (+) Batuk berdahak (+)  O2 NRM 15 lpm


2021 Demam (+) Penurunan nafsu makan (+)  Inf NaCL drip NB 12
Nyeri kepala (+) Nyeri otot (+).Nyeri dada tpm
09:00
(-) Batuk darah (-) Mual (-) Muntah (-)  Inf Resfar 1 flash
BAB dbn. BAK dbn. dalam NaCl 100 mL
 Inj Lansoprazole 2x1
O. KU baik, GCS 456  Inj Vit C 500 mg
TD 110/61 / HR 95 / RR 20 / T 36,5 / dalam NaCl 100 mL
SpO2 87% free air. SpO2 96% NRM 15 lpm.  Inj Ceftazidime 1000

K/L: anemis (-) dyspneu (-) ikterik (-) mg 3x1

Cor: S1S2 tunggal, mumur (-), gallop (-)  Inf Levofloxacin 750
Pulmo: ves (+/+) rh (++-/++-) wh (-/-) mg 1x1
Abdomen: BU (+) timpanik (+)  Nebul Combivent +
Ekstremitas: aHKM, CRT < 2”, edema (-) Pulmicort 6x1
 Tab HRZE
(300/450/750/750)
A. TB Paru
 Tab Vit D 5000 IU 1x1
 Tab Zinc 50 mg 1x1
 Tab Codein 10 mg 3x1
 Syr Curvit 3x1
 PDx: VCT

21 Mei S. Henti napas, henti jantung  Pasien dinyatakan


2021 meninggal dunia di
O. TD tidak terukur.
12:10 Nadi tidak teraba. hadapan keluarga dan

Respon tidak ada. tenaga medis.

Gerakan napas tidak ada.


RC (-/-) Pupil midriasis maksimal (+)

A. Asfiksia + Asistol
BAB 3
ANALISIS

TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
didunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah diterapkan di banyak
negara sejak tahun 1995.

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis
(15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan
pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan
dampak buruk lainnya secara sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. leprae dsb. yang
juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).

Pasien termasuk ke dalam golongan kasus baru karena sebelumnya belum pernah
mendapatkan pengobatan. Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil anamnesis ditemukan adanya sesak
napas sejak 3 hari SMRS, batuk berdahak sejak 7 hari SMRS, demam sejak 3 hari SMRS,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan keringat malam. Dikeluhkan pula nyeri
kepala dan nyeri otot. Pada pasien ini, sumber infeksi/kontak tidak diketahui. Namun,
berdasarkan informasi lingkungan tempat tinggal pasien yang padat, sangat mungkin pasien
terpapar dari orang yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal.

Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal kecuali saturasi oksigen perifer senilai
87% dengan oksigen ruangan. Setelah diberikan oksigen NRM 15 lpm, saturasi menjadi naik
96%. Hal ini sesuai dengan hasil gambaran radiologi yang menunjukkan adanya infiltrat pada
apex paru D et S dan lapang tengah paru D et S.

Meskipun telah mendapat terapi oksigen dan obat-obatan yang diberikan, pasien
mengalami perburukan pada hari ke 5 perawatan yang berakhir dengan meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai