Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“KESEHATAN LINGKUNGAN”

Di susun oleh :

ARISUPU MAULITHA (21281068)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA


ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN
MASYARAKAT
TAHUN 2022/2023
A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Dahlgren dan Whitehead pada tahun 2006 menyebutkan bahwa ada tiga
faktor utama meliputi umur, jenis kelamin dan genetik yang menjadi faktor
timbulnya penyakit pada masyarakat
2. Ansari (2003) menyebutkan bahwa terdapat 4 faktor utama yang
memengaruhi timbulnya penyakit pada masyarakat yaitu, status sosial,
pelayanan kesehatan, perilaku timbulnya penyakit dan status kesehatan
3. WHO Commission on Social Determinants of Health (WHOCSDH) (2007)

B. MASALAH KESEHATAN

1. Menurut Dahlgren Dan Whitehead 2006


- Penyakit thypoid

Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan penyakit akut
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi. Bakteri ini biasanya ditemukan di
air atau makanan yang terkontaminasi. bakteri ini juga bisa ditularkan dari orang
yang terinfeksi.

Anak-Anak Lebih Rentan Terkena Tifus dibandingkan dengan orang


dewasa, anak-anak lebih rentan terkena penyakit tifus. bakteri yang menyebabkan
penyakit ini sangat mudah dijumpai di air atau makanan kotor. aAnak-anak yang
senang membeli makanan sembarangan inilah yang rentan terserang penyakit tifus.

Tidak hanya berasal dari minuman atau makanan yang tidak higienis, tifus
juga bisa terjadi pada seseorang akibat sanitasi lingkungan yang buruk. Anak kecil
suka memasukkan tangan atau benda lain ke dalam mulut. Apabila tangannya tidak
berada dalam keadaan bersih, bakteri akan sangat mudah menginfeksi tubuh.

Demam tifoid adalah suatu penyakit yang disebabkan karena adanya infeksi
akut oleh bakteri, yaitu Salmonella typhi. Data dengan kasus tifus di dunia kurang
lebih mencapai 21 juta gejala dari 128 ribu sampai 161ribu korban setiap tahun,
data penyakit terbanyak berada di Asia Selatan dan Asia Tenggara (WHO,
2018).Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia (2010) bahwa penyakit demam
tifoid dan para tifoid berada diurutan nomor 3 dari sekian penyakit terjadi pada
pasien rawat inap dengan total angka kejadian 80.850 dengan angka kejadian
meninggal sebanyak 1.013 kasus. Berdasarkan analisis Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Tengah (2015), tifoid menjadi penyakit nomor 1 pada 10 pola
kasus besar klinik atau rumah sakit khususnya Kota Praya dengan jumlah kasus
sebanyak 9721 kasus pada tahun 2014 dan tahun 2015 mencapai 9748 kasus
(Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah, 2015).Demam tifoid memiliki
riwayat kasus terbanyak pada RS di Indonesia dimana terdapat kasus pada tahun
2010 yaitu 41 ribu kasus pada angka cost and freight 0,67% sedangkan pada tahun
2011 terdapat 55.098 kasus dengan angka cost and freight 2,06%. Menurut Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon kementrian kesehatan dibagian Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2PL), kasus tifoid di Lombok Tengah pada 2 tahun
berturut-turut sehingga berada diurutan ke-5. Pada ditahun 2014 terjadi 17.606
kasus, pada tahun 2015 terjadi 13 ribu kasus, dan di tahun 2016 berjumlah 244 ribu
kasus mengungguli kasus penyakit pneumonia, leptospirosis, dan penyakit lainnya.

-Tuberkulosis (TBS)

Tuberkulosis (TBC) atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri.


TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh
lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.

Mitos: Penyakit masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah

Fakta: Setiap orang berisiko terkena TBC

Status sosial adalah salah satu yang sering dikaitkan dengan penyakit ini.
Nyatanya, TBC tidak memandang bulu dan dapat menyerang siapa saja, mampu
atau kurang mampu dan berpendidikan ataupun tidak.

beberapa kondisi yang memungkinkan seseorang terkena TBC:

 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pengidap diabetes,


pasien kemoterapi, atau pengidap HIV/AIDS.
 Mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi.
 Aktif merokok.
 Menggunakan alkohol dan obat terlarang.
 Aktif berhubungan langsung dengan pengidap TBC dalam jangka waktu
yang cukup panjang.
 Tinggal di lingkungan yang lembab dan tidak terpapar sinar matahari.

TBC merupakan penyakit menular dan berbahaya. Fakta seputar TBC


penting dipahami secara benar oleh masyarakat agar kepedulian terhadap penyakit
ini dapat semakin ditingkatkan, demikian pula pencegahannya. Jika Anda memiliki
keluarga atau teman yang mengidap TBC, beri dukungan terhadap mereka untuk
berobat hingga tuntas. Jangan lupa untuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri
serta lingkungan.

 Penyebab TBC dan Faktor Risikonya

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, TBC disebabkan oleh infeksi


bakteri. Bakteri penyebab TBC ini umumnya menyerang paru-paru dan bisa
menyebar ke orang lain melalui percikan air liur yang dilepaskan ke udara saat
penderitanya bersin, batuk, atau meludah.

Meski dapat menyebar melalui udara, penularan penyakit TBC tidak


semudah penyebaran flu atau batuk. Proses penularan bakteri TBC membutuhkan
kontak yang cukup dekat dan lama dengan penderita. Misalnya, tinggal atau kerja
bersama dan sering melakukan interaksi dalam kesehariannya.

Kemungkinan Anda tertular TBC jika sekadar duduk di sebelah orang yang
terinfeksi, misalnya di bus atau kereta, akan sangat kecil. Selain itu, penderita TBC
yang telah mengonsumsi obat antituberkulosis setidaknya selama 2 minggu juga
berisiko lebih kecil menularkan penyakitnya ke orang lain.

 ada beberapa kelompok orang yang lebih mudah tertular TBC, di


antaranya: Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti bayi,
anak-anak, lansia, atau penderita HIV/AIDS, diabetes, kanker, dan
gagal ginjal stadium akhir, Perokok aktif.
 Orang yang tinggal atau bekerja di lingkungan berisiko tinggi,
misalnya panti jompo atau tempat penampungan tunawisma
 Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh
 Petugas medis yang merawat pasien TBC
 Orang yang tinggal dengan penderita TBC
 Orang dengan gaya hidup buruk, seperti menyalahgunakan narkoba
atau mengonsumsi alcohol
 Orang yang sedang menjalani pengobatan yang dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh, seperti kemoterapi
 Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan, misalnya penderita
kanker, lupus, rheumatoid arthritis, dan penyakit Crohn

Pada sebagian besar kasus, penyakit TBC memang dapat sembuh selama
obat yang diresepkan dokter digunakan dengan benar dan sesuai arahan. Namun,
penting bagi kita untuk mengetahui penyebab TBC dan faktor risikonya, sehingga
Anda bisa lebih waspada terhadap penyebaran penyakit TBC.

Umumnya, pengobatan TBC memerlukan waktu setidaknya 6 bulan agar


bisa sembuh total. Tanpa pengobatan yang rutin dan tepat, akan jauh lebih sulit
bagi penderita untuk sembuh.

Jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter apabila Anda berisiko tinggi


terkena TBC, terlebih jika sudah mengalami beberapa gejalanya. Dokter akan
menyarankan beberapa pemeriksaan, termasuk tes Mantoux, untuk mendeteksi
apakah Anda menderita TBC atau tidak. Semakin cepat penyebab TBC terdeteksi,
semakin cepat pula Anda untuk bisa sembuh.

Fase laten terjadi ketika tubuh sudah didiami bakteri TB namun sistem
kekebalan tubuh sedang baik, sehingga sel darah putih dapat melawan bakteri.

Dengan demikian, bakteri tidak menyerang dan tubuh tidak terinfeksi TBC.
Anda pun tidak mengalami gejala-gejala penyakit TBC dan tidak berpotensi
menulari orang lain. Meski begitu, bakteri dapat aktif dan menyerang Anda
kembali sewaktu-waktu, terutama saat sistem kekebalan tubuh sedang melemah.

Meskipun dalam kondisi laten, Anda sebaiknya tetap memeriksakan diri ke


dokter guna mendapatkan pengobatan tuberkulosis. Apabila seseorang yang sedang
berada pada fase TBC laten tidak mendapatkan pengobatan, maka ia berisiko lebih
tinggi untuk mengalami infeksi TB aktif.

Begitu pula jika penderita TB laten memiliki kondisi medis lain, seperti
kekurangan gizi (malnutrisi), aktif merokok, diabetes, atau infeksi HIV.
TBC aktif adalah kondisi ketika seseorang sudah menderita penyakit TBC.
Pada tahap ini, bakteri TBC dalam tubuh telah aktif sehingga penderitanya
mengalami gejala-gejala penyakit tuberkulosis. Penderita TBC aktif inilah yang
bisa menularkan penyakit TBC pada orang lain.

Oleh karena itu, penderita TBC aktif disarankan untuk mengenakan masker,
menutup mulut ketika batuk atau bersin, dan tidak meludah sembarangan.

Penderita TBC aktif juga perlu mendapatkan pengobatan TBC. Pengobatan


ini perlu dilakukan secara rutin selama minimal 6 bulan. Pengobatan yang tidak
selesai atau berhenti di tengah jalan dapat mengakibatkan kekebalan bakteri
terhadap obat TB, atau disebut juga TB MDR.

Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga


setelah India dan Cina dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per
tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. Untuk menemukan dan mengobati
kasus tersebut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berencana melakukan
skrining besar-besaran yang akan dilaksanakan tahun ini.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM)


Kemenkes RI, Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes mengatakan dari estimasi 824 ribu
pasien TBC di Indonesia Baru 49% yang ditemukan dan diobati sehingga terdapat
sebanyak 500 ribuan orang yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber
penularan. “Untuk itu upaya penemuan kasus sedini mungkin, pengobatan secara
tuntas sampai sembuh merupakan salah satu upaya yang terpenting dalam
memutuskan penularan TBC di masyarakat,” katanya pada konferensi pers secara
virtual di Jakarta, Selasa (22/3).

-Diare

Diare adalah kondisi dimana seseorang mengalami buang air besar


(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) lebih
dari 3 kali dalam 24 jam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
determinan kejadian penyakit diare santri pada 4 Pesantren modern kota Makassar
yaitu Pesantren Darul Aman, Ummul Mukminin Putri, IMMIM Putra, Darul
Arqam. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif observasional
dengan jumlah responden sebanyak 149 responden. Karakteristik responden
berdasarkan umur mayoritas terdapat pada umur 14 tahun (43.6%), berdasarkan
jenis kelamin mayoritas laki-laki 90 responden. Kebiasaan jajan cukup berada pada
Pesantren IMMIM Putra (74%) dan kebiasaan jajan kurang pada Pesantren Darul
Arqam (70%). Kebiasaan mencuci tangan cukup berada pada Pesantren IMMIM
Putra (47.1%) dan Kebiasaan mencuci tangan kurang berada pada Pesantren Darul
Arqam (80%). Perilaku membuang sampah cukup berada pada Pesantren Darul
Aman dan Darul Arqam (66.7%) dan perilaku membuang sampah kurang berada
pada Pesantren Darul Arqam (66.7%). Perilaku penggunan jamban cukup berada
pada Pesantren Ummul Mukminin Putri (65.8%) dan perilaku jamban kurang
berada pada Pesantren Darul Arqam (66.7%). Kondisi penyediaan air bersih
Pesantren modern berada pada kriteria memenuhi syarat, kondisi sarana
pembuangan sampah terdapat 2 Pesantren yang memenuhi syarat dan 2 Pesantren
lainnya tidak memenuhi syarat, kondisi sarana pembuangan air limbah (SPAL)
berada pada kategori memenuhi syarat, keadaan jamban.

C. DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemkes.go.id/article/view/21032500001/jadikan-penerus-bangsa-
bebas-tbc-dimulai-dari-diri-sendiri-dan-keluarga.html

https://buleleng.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/36-penyakit-tbc-apa-
penyebab-gejala-dan-pengobatan-yang-tepat

https://blitarkota.go.id/index.php/id/berita/kasus-diare-alami-peningkatan

Anda mungkin juga menyukai