Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Disusun oleh :

Lastri (21281089)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA MATARAM

2022/2023
Tinjauan pustaka

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue
melalui gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Demam dengue merupakan penyakit akibat akibat
nyamuk yang berkembang paling pesat disunia. World Health Organization (WHO) melaporkan pada
tahun 2015 bahwa 3.9 miliar orang di dunia di negara tropis dan suptropis 128 negara beresiko tertular
penyakit dengue dengan 96 juta kasus. Demam berdarah dangue (DBD) merupakan masalah utama di
Asia Tenggara, karena dalam kurun wktu 40 tahun terdapat 67.295 kematian dari total 67.977 kematian
diseluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat angka kematian rata-rata 1682/tahun akibat DBD.
a. Dahlgren dan whitehead

Angka kejadian DBD yang terus meningkat ditambah dengan siklus hidup aedes sebagai vektor DBD
yang cepat adalaha alasan pentingnya melakukan tindakan pengendalian vektor. Tindakan tersebut
dimaksud untuk menciptakan kondisi yang tidak Sesuai bagi perkembangan vektor. Hal ini dikarenakan
vektor berperan sebagai media transmisi penyakit DBD yang menghantarkan virus denfue ke tubuh
manusia sebagai host sehingga terjadinya penyakit DBD. Apabila jumlah Aedes sebagai vekyor DBD
ditekan, maka jumlah mefia transmisi DBD menjadi minimal. Hasil yang diharapkan adalah penurunan
jumlah kejadian DBD.

Pada tahun 2014 tercatat penderita demam berdarah terbanyak pada kelompok umur 1-14 tahun
dengan jumlah penderita 1065 orang, anak-anak umur 6-12 sebanyak 336a anak, dan pendetita DBD
kelompok umur 6-12 tahun pada tahun 2016 tertinggi yaitu 173 anak dan pada tahun 2017 dari semua
kelompk usia 6-12 tahun adalahtertinggi menderita DBD yaitu sebanyak 58 anak. Hasil penelitian
menyatakan bahwa frekuensi Laki-laki lebih banyak terkena DBD dibandingkanperempuan. Terdapat
beberapa faktor yang berkemungkinan berhubungan dengan hasil penelitian tersebut misalnya fakyir
laki-laki yang terkena lebih aktif dibandingkan perempuan sehingga mungkjn pula menjakau tempat
perindukan nyamuk lebih sering dibandingkan perempuan.

b. Ansari

Faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit berdasarkan segitiga epidemiologi dipengaruhi oleh
faktor manusia sebagai host dan nyamuk aedes aegypti sebagai vektor penular DBD. Lingkungan secara
siknifikan mempengaruhi kesakitan bagi setiap individu termasuk sosial, ekonomi dan lebih utamanya
perilaku masyarakat,menjngkatkan mobilitas penduduk, kepadatan hunian, semakin baiknya sarana dan
masih terdapat tempat perindukannyamuk penular DBD.
Faktor perilaku pencegahan yang seharusnya secara rutun dilakukan tetapi masih kurang
diperhatikan dan diabaikan meliputi kebiasaan memakai pakaian panjang, kebiasaan memakai obat anti
nyamuk, kebiasaan menggantung pakaian di dalam ruangannya partisipasi masyarakat dengan ljngkungan
juga merupakan faktor yang dalat meningkatnya kejadian penyakit DBD. Selain faktor imunitas
seseorang, strain virus yang menginfeksi, riwayat dan usia juga berpengaruh. C. WHO Commission On
Social Determinants Of Health (WHOCSDH)

a. Pendidikan ibu rendah

Ada pengaruh faktor pendidikan ibu rendah terhadap kejadian DBD pada anak usia 6- 12 tahun.
Sebab faktor pendidikan merupakan unsur yang sangat penting karena dengan pendidikan seseorang dapat
menerima lebih banyak informasi, memperluas cakrawala berpikir dapat mempengaruhi pola pikir dan
daya cerna seseorang terhadap informasi yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
semakin tinggi pula informasi yang dapat diserap, sehingga dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang. Kurangnya pengetahuan penduduk dalam kaitannya dengan penyakit demam berdarah dapat
disebabkan oleh banyak faktor, sebagaimana telah dikemukakan salah satu di antaranya adalah rendahnya
tingkat pendidikan. Di samping itu, mungkin sikap masa bodoh dan kurangnya penyuluhan yang efektif
menyebabkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit menjadi rendah. Pendidikan yang relatif rendah
melatarbelakangi sulitnya penduduk untuk mengetahui konsep kejadian penyakit DBD.

b. Kebiasaan tidak memakai pakaian panjang

Pemakaian pakaian panjang merupakan salah satu upaya mencegah gigitan nyamuk. dan
meminimalkan potensi gigitan nyamuk Aedes aegypti, karena pakaian panjang menutupi anggota badan,
seperti tangan dan kaki. Pemahaman bahwa penyakit DBD dapat dicegah dengan pemakaian pakaian
panjang, maka orang tua dengan penuh kesadaran akan membiasakan anak-anak mereka untuk selalu
memakai pakaian panjang baik di rumah maupun di sekolah.

c. Kebiasaan memakai obat anti nyamuk

Penggunaan obat anti nyamuk merupakan faktor risiko tinggi untuk menghindari gigitan nyamuk.
Sebagian orang tidak pernah menggunakan anti nyamuk pada siang hari, tetapi sebaliknya menggunakan
anti nyamuk seperti menyemprot atau menggunakan kelambu hanya pada malam hari saja, anggapan
mereka bahwa pada siang hari lebih banyak beraktivitas sehingga perlindungan terhadap gigitan nyamuk
tidak perlu dilakukan. Menurut WHO penolak serangga merupakan sarana perlindungan diri terhadap
nyamuk dan serangga yang umum digunakan. Benda ini secara garis besarnya dibagi menjadi dua
kategori, penolak alami dan kimiawi. Hal ini sesuai dengan teori Handrawan Nadesul bahwa cara lain
untuk menghindari gigitan nyamuk adalah dengan membaluri kulit badan dengan obat anti nyamuk
(repellent)

Uraian kasusnya

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan studi kasus kontrol yang
dilaksanakan pada bulan November 2017 salpai Desember 2017 dikelurahan Andalas. Sampel penelitian
terdiri dari 28 responden sampel kasus dan 56 responden sampel kontrol yang di ambil secara purposive
sampling. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung yanh dipadu kuesioner. Data yang
diperoleh diola dengan tahapan editing, codding, tabulating dan dilakukan analisis bivarat untuk
menentukam nilai Rasio Odd (RO).

Adapun karakteristik responden responden berjumlah 84 responden yanh didominasi oleh


perempuan,kelompok umur 40-49 tahun, tingkat pendididkan tamat SMA dan sehari hari sebagai ibu
rumah tangga. Karakteristik pasien DBD pada bulan Januari 2015 - Oktober 2017 pasien DBD di
kelurahan Andalas sebagian besar adalah laki-laki dengan kelompok umur 10-19 tahun.menunjukkan
bahwa usia 10-19 tahun adalah usia terbanyak yang terkena kasus DBD. Kelompok usia tersebut
merupakan kelompok usia sekolah yang sebagian besar berada di lingkungan sekolah pada pukul
08.0010.00 dan 15.00-17.00. Hal ini berarti terdapat kemungkinan penularan DBD bukan berasal dari
rumah, karena waktu efektif nyamuk Aedes mencari mangsa adalah diwaktu tersebut.

Daftar pustaka

http://jurnal.fk.unand.ac.id https://herminahospitals.com/id/articles/mengenal-demam-berdarah-dengue-

dbd.html
https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/2545-faktor-faktor-yangmempengaruhi-
terjadinya-demam-berdarah-dengue-pada-anak-usia-6-12-tahun

Anda mungkin juga menyukai