melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
tertinggi di Asia Tenggara.Penyakit DBD masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk.Pengetahuan tentang penyakit DBD serta pencegahannya menjadi hal yang
penting diketahui oleh masyarakat terutama dalam lingkup keluarga. Upaya yang
paling efektif untuk pencegahan DBD adalah melakukan pemutusan mata rantai
penularan yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk membasmi jentik nyamuk
dengan kegiatan yang sering disebut 3M plus (DEPKES, 2008). Bentuk kegiatan 3M
plus, yaitu: menguras dan menyikat tempat penampungan air (TPA) (M1), menutup rapat
TPA (M2), memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air (M3),
selain itu ditambah (plus) dengan cara lain, seperti memakai obat anti nyamuk untuk
mencegah gigitan nyamuk.
Sekarang sudah memasuki bulan November, bulan musim penghujan sehingga banyak
nyamuk Aedes yang berkeliaran dan dapat menyebabkan DBD. Masih banyak warga PKL
Srengseng yang belum mengetahui cara pencegahan DBD padahal mortalitas DBD cukup
tinggi sehingga perlu memberikan edukasi kepada warga tanda dan gejala DBD juga
cara pencegahannya.
Dilakukan pengecekkan pada penampungan air, pasien menampung air di ember di kamar
mandi tidak ditutup, airnya bersih bening tidak ada jentik. Pasien tidak mempunyai
dispenser minum dari teko. Tidak ditemukan jentik nyamuk di rumah pasien, dilakukan
edukasi mengenai penyakit DBD, tanda dan gejala, serta pencegahannya yaitu 3M plus.
Keluarga pasien antusias saat akan dilakukan pengecekkan jentik nyamuk di rumahnya,
keluarga juga mendengarkan edukasi mengenai penyakit DBD dan pencegahannya dengan
3M. Keluarga pasien diharapkan akan menerapkan 3M plus untuk pencegahan DBD dan
pasien setuju akan menerapkan 3M.