Anda di halaman 1dari 7

“AKTUALISASI PERAN MAHASISWA SEBAGAI SOLUSI TERHADAP

KONDISI BANGSA DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM


BERDARAH DENGUE (DBD) DI ERA GLOBALISASI”

Oleh : Ilvi Maghfiroh

Penulis adalah Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Stikes Surya Global Yogyakarta

Email: Chalista019@gmail.com

PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini Indonesia memerlukan suatu usaha untuk membentuk


karakter para generasi mudanya. Telah banyak diketahui bahwa di era sekarang ini
banyak sekali hal-hal yang berbau asing yang masuk ke Indonesia sehingga
menimbulkan berbagai macam penyakit terutama penyakit menular. Pemuda
sebagai agent of change (agen perubahan) adalah aset bangsa yang menentukan
harapan dan masa depan bangsa. Selain itu pemuda juga berperan sebagai generasi
penerus yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya. Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan, Pemuda
adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun, berbagai
hal yang berkaitan dengan kepemudaan adalah potensi, tanggung jawab, hak,
karakter, kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-cita pemuda.

Dalam bidang kesehatan sendiri kemajuan Teknologi Informasi sudah sangat


menunjang pelayanan, apalagi di dunia medis, dengan perkembangan pengetahuan
yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran
dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak memanfaatkan
berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru, tidak hanya itu teknologi
informasi juga memiliki kemampuan dalam memfilter data dan mengolah menjadi
informasi.
Di sisi lain, ilmu kesehatan semakin hari semakin berkembang. Tenaga kesehatan
perlu menerapkan ilmu kesehatannya sebagai upaya peningkatan status kesehatan
masyarakat. Kiranya Sumber Daya kesehatan ini perlu diberdayakan dan didukung
dalam hal mengembangkan pelayanan kesehatan berbasis teknologi. Hal ini tentu
bertujuan untuk melibatkan peran aktif segenap subsistem yang berada dalam
naungan sektor kesehatan untuk mengupayakan perubahan sebuah sistem
pelayanan kesehatan yang merata, tepat sasaran dan terjangkau di masa yang akan
datang. Teknologi memang bukan satu-satunya solusi untuk permasalahan di
berbagai instansi pemberi jasa layanan kesehatan. Tetapi perlu diperhatikan,
pentingnya keseriusan dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah
diharapkan mampu membuat perubahan sistem kesehatan yang lebih baik ke
depannya. Tujuan dari literature review ini untuk melihat manfaat teknologi dalam
bidang kesehatan.

Di era globalisasi ini banyak sekali dampak negatif dan positif yang dirasakan oleh
masyarakat Indonesia.Salah satu dampak negatifnya yaitu timbulnya penyakit yang
sangat bervariasi terutama penyakit menular akibat kemajuan alat teknologi ini,
sehingga membuat perusahaan-perusahaan menghasilkan berbagai limbah pabrik
yang sangat berdampak bagi kesehatan masyarakat Indonesia,apalagi di era
sekarang ini banyak masyarakat yang terkena penyakit menular terutama penyakit
demam berdarah dangue (DBD).

Penyakit DBD (demam berdarah dangue) sendiri adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegeypti Betina.
Penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang terjadi di daerah
tropis dan subtropis di dunia. Untuk demam berdarah ringan, maka ia akan
menyebabkan demam tinggi dan gejala seperti flu. Gejala yang umum terjadi
adalah demam tinggi pada beberapa hari, sakit pada persendian, munculnya bintik-
bintik merah, turunnya trombosit secara drastis, dan bisa terjadi pendarahan.

Wabah ini pertama kali terjadi di dunia pada 1780-an, tepatnya di Asia, Afrika, dan
Amerika Utara. Pada awal kemunculannya, penyakit ini dinamakan Dengue Fever.
Seiring bergulirnya waktu, pada 1950-an penyakit DBD mulai muncul dan menjadi
wabah besar di kawasan Asia Tenggara, yakni di Filipina. Kemudian, wabah ini
terus mengalami ekspansi geografis ke beberapa negara lainnya, salah satunya
Indonesia.

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah masalah kesehatan yang cukup serius bagi
masyarakat dunia. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dengue. Dari aspek
penyebaran, virus ini ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang juga terinfeksi oleh virus dengue. Sejarah penyebaran demam
berdarah di Indonesia juga menjadi catatan yang cukup panjang. Hal itu ditengarai
oleh jumlah kasus DBD yang fluktuatif hingga kini. Demam
Berdarah Dengue (DBD) terus mengalami perluasan penyebaran ke negara-negara
baru bahkan dalam sekup yang lebih kecil, yakni dari perkotaan ke perdesaan.

Di negara tropis seperti Indonesia, demam berdarah (DBD) masih menjadi momok
yang menakutkan. Indonesia masih tercatat sebagai negara nomor satu di Asia
Tenggara terkait kasus demam berdarah. Sedangkan di dunia, Indonesia menempati
peringkat dua setelah Brasil. Jangan biarkan demam berdarah menjadi komplikasi
lanjut. Jika ditangani dengan benar, penyakit ini bisa disembuhkan.

PEMBAHASAN

Sejak awal kemunculannya, kasus DBD di Indonesia terus mengalami peningkatan


kasus dan perluasan wilayah penyebaran. Demam Berdarah Dengue (DBD)
menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia, terutama pada saat memasuki
masa peralihan musim, baik dari musim penghujan ke kemarau maupun musim
kemarau ke penghujan. Oleh karena itu, kita sebagai generasi masa depan harus
menjadi agent of health dalam penanggulangan penyakit menular dengan
melakukan pencegahan sedini mungkin.

Pada kasus ini kita sebagai pemuda harus tau bagaimana cara pencegahan agar tidak
terjadi penyakit demam berdarah,menurut peneliti Universitas Gajah Mada telah
menemukan cara terbaru untuk mengurangi penularan virus Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Indonesia dengan mengembangkan metode Wolbachia.
Sedangkan Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada sel tubuh serangga
dan ditemukan di 60 persen spesies serangga seperti ngengat, lalat buah, capung,
kumbang hingga nyamuk. Namun bakteri ini tidak ada pada nyamuk Aedes
aegypti yang selama ini dikenal sebagai vektor penular virus Dengue.

Adapun metode Wolbachia.ini menggunakan nyamuk Aedes aegypti yang sudah


mengandung bakteri Wolbachia untuk menghambat perkembangan replikasi virus
Dengue pada nyamuk tersebut.Dan sudah diteliti bahwa bakteri Wolbachia tidak
bisa tertular ke seseorang melalui gigitannya karena sangat kecil kemungkinan
nyamuk bisa menularkan Wolbachia ke manusia. Pasalnya diameter Wolbachia
lebih besar dari proboscis nyamuk. Secara teori tidak mungkin menular apalagi
Wolbachia tidak bisa hidup di sel mamalia.

Dalam pencegahan penyakit demam berdarah (DBD) ini pemuda harus bisa
merubah pola kebiasaan hidup masyarakat menjadi lebih baik lagi dengan
menerapkan pola hidup bersih dan sehat baik di rumah maupun di lingkungan
sekitarnya.

Beberapa langkah pencegahan secara umum yang dilakukan, di antaranya


menerapkan hidup bersih dengan melakukan kebiasaan 3M (Menutup, Menguras,
dan Mengubur), memastikan kondisi badan tetap sehat, dan melakukan vaksin.
Langkah pencegahan ini harus senantiasa dilakukan agar tidak terjadi lonjakan
kasus DBD yang semakin besar di Indonesia.

Kebiasaan 3M tersebut secara terinci yaitu:

1. Menguras

Bersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air seperti: ember air, bak
mandi, penampungan air minum, penampung air lemari es, tong air, dan lain-lain.

2. Menutup
Tutup rapat tempat penampungan air
3. Mendaur Ulang Barang Bekas
Daur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas. Hal tersebut karena barang
bekas dapat berpotensi menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

Adapun cara lain dalam mencegahnya adalah:

1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit


dibersihkan.
2. Menggunakan kelambu saat tidur
3. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
4. Menanam tanaman pengusir nyamuk
5. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah.
6. Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan.

KESIMPULAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah masalah kesehatan yang cukup serius bagi
masyarakat dunia. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dengue. Dari aspek
penyebaran, virus ini ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang juga terinfeksi oleh virus dengue. Sejarah penyebaran demam
berdarah di Indonesia juga menjadi catatan yang cukup panjang. Hal itu ditengarai
oleh jumlah kasus DBD yang fluktuatif hingga kini. Demam
Berdarah Dengue (DBD) terus mengalami perluasan penyebaran ke negara-negara
baru bahkan dalam sekup yang lebih kecil, yakni dari perkotaan ke perdesaan.
Sanitasi lingkungan kurang dan tidak melakukan tindakan pemberantasan sarang
nyamuk cenderung menderita DBD sedangkan sanitasi lingkungan baik dan
melakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk tidak menderita DBD.
kemudian kejadian DBD tersebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran
masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan upaya dalam
pencegahan DBD. Sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara sanitasi
lingkungan dan tindakan pemberantasan sarang nyamuk dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD).Jadi kita sebagai generasi emas bukan hanya sekedar
mengedukasikan kepada masyarakat tapi seorang pemuda harus mengubah
kebiasaan perilaku hidup masyarakat tersebut,karena pengaruh besar dalam
perubahan dunia adalah generasi mudanya.

DAFTAR PUSTAKA

 UUD nomor 40 tahun 20009 tentang kepemudaan.

 Gusti.(2014).Cara Baru Atasi Demam Berdarah, UGM Perluas Pelepasan


Nyamuk Ber-Wolbachia. https://www.ugm.ac.id/id/berita/9319-cara-baru-
atasi-demam-berdarah-ugm-perluas-pelepasan-nyamuk-ber-wolbachia, 25
September 2014.

 Dinkes,Jatim.Informasi Penyakit DBD.


https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/PPID_DINKES_PROVJA
TIM_DBD.pdf

 Khoerul anam.2016.Internalisasi Nilai-Nilai Local Wisdom Dalam


Membangun Pendidikan 2025.
https://www.slideshare.net/KhoerulAnwar3/essay-nasional-lomba-essay-
lpm-paradigma.19 mei 2016

 Anonim,2015.Informasi Kesehatan.30 Jenis Penyakit Menular, Penyebab


dan Pencegahannya.
https://dinkes.agamkab.go.id/?agam=informasi&se=detil&id=513.15 Juni
2016.

 Sodik, M. A., & Nzilibili, S. M. M. (2017). The Role Of Health Promotion


And Family Support With Attitude Of Couples Childbearing Age In
Following Family Planning Program In Health. Journal of Global Research
in Public Health, 2(2), 82-89.
 Wanda,Pratiwi.PERSATUAN DAN KESATUAN ”Peran Pemuda” DI
ERA GLOBALISASI.
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/WANDA%20PUJAKA%20ADE%
20PRATIWI_2121B0004_Tugas%20PKN.pdf
 Ahmad Yani.2018.PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM BIDANG
KESEHATAN MASYARAKAT.Jurnal Kesehatan Masyarakat,8.1-7.1 juni
2018.

 Utami, Asih. (2018). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Program


3M-Plues Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Memberantas Jentik Nyamuk
Aedes Aegypti Di Candi Karang Slema Yogyakarta. Skripsi
https:/repository. unjaya.ac.id/2660/ diakses tanggal 03 Maret 2019 Pukul
18:00 WITA

 Priesley, Reza dan Rusdji. (2018). Hubungan Perilaku Pemberantasan


Sarang Nyamuk dengan Menutup, Menguras dan Mendaur Ulang Plus
(PSN M Plus) Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Keluarahan Andalas Volume 7 No 1.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/ view/790 diakses tanggal
01 Maret 2019, 18:00 WITA

Anda mungkin juga menyukai