Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Demam bedarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue, sampai saat ini merupakan salah satu penyakit

menular yang telah menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Penyakit ini

dapat menyerang semua orang/semua golongan umur, tetapi angka tertinggi

dari penderita DBD adalah anak-anak dan tidak ada perbedaan jenis kelamin.

Penyakit ini biasanya berjangkit didaerah perkotaan karena kepadatan

penduduk yang tinggi. Seiring dengan makin lancarnya transportasi

menyebabkan masyarakat yang tinggal di pedesaan juga menerima limpahan

kenaikan kasus DBD dari kota besar.1,2

Aedes aegypti merupakan vektor utama Dengue di Indonesia. Vektor

ini banyak terdapat di tempat-tempat yang biasanya berisi air jernih dan tawar,

misalnya bak mandi, drum penampungan air, kaleng bekas, dan lain

sebagainya. Perkembangan vektor tersebut berhubungan erat dengan

kebiasaan masyarakat yang menampung air untuk kebutuhan sehari-hari,

kebersihan lingkungan yang kurang baik dan penyediaan air bersih yang

langka. Sampai saat ini vaksin atau obat untuk membasmi DBD secara efektif

belum ditemukan. Namun ada cara yang memadai untuk memutuskan rantai

1
penularan vektor tersebut. Adapun beberapa cara untuk memberantas vektor

tersebut, yaitu:3

 Menggunakan Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa.

Biasanya penyemprotan dilakukan didalam rumah dan

halaman rumah.

 Memasukkan bubuk abate ketempat penampungan air untuk

membunuh jentik-jentik Aedes aegypti.

 Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air

minimal satu kali seminggu karena daur hidup nyamuk 7-10

hari.

 Mengubur kaleng-kaleng bekas, botol-botol bekas dan benda-

benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

 Memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah)

Penyakit DBD pertama kali dicurigai ada di Indonesia pada tahun

1968 tepatnya di kota Surabaya, tetapi konfirmasi virologisnya baru

diperoleh pada tahun 1970. Di Sulawesi Utara penyakit ini petama kali di

temukan pada tahun 1973. Saat ini jumlah penderita DBD di kabupaten

Minahasa pada tahun 2008 sebanyak 101 penderita, yang meninggal 3 orang.

Tahun 2009 sebanyak 115 penderita. Tahun 2010 sebanyak 264 penderita,

yang meninggal 4 orang, dan menurut data dari Puskesmas Langowan pada

tahun 2010 terdapat 5 kasus DBD dan 1 orang yang meninggal.4

2
Dengan melihat tingginya kasus penderita DBD maka penulis ingin

mengangkat masalah Demam Berdarah Dengue yang dihubungkan dengan

perilaku masyarakat di desa Waleure kecamatan Langowan Timur dalam

mencegah penyakit DBD.

B. MASALAH

Sejauhmana perilaku masyarakat terhadap pencegahan penyakit

demam berdarah dengue di desa Waleure kecamatan Langowan Timur?

C. TUJUAN PENELITIAN

Umum :

Mendapatkan gambaran tentang perilaku masyrakat di desa Waleure

kecamatan Langowan Timur terhadap pencegahan penyakit Demam Berdarah

Dengue.

Khusus :

1. Mengetahui tentang bagaimana pengetahuan masyarakat desa Waleure

kecamatan Langowan Timur terhadap pencegahan penyakit Demam

Berdarah Dengue..

2. Mengetahui tentang bagaimana tindakan masyarakat desa Waleure

kecamatan Langowan Timur terhadap pencegahan penyakit Demam

Berdarah Dengue.

3
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai bahan masukan atau informasi kepada pihak yang

berkepentingan, dalam hal ini pemerintah dan dinas kesehatan daerah atau

kepala pukesmas setempat, agar dapat merencanakan kebijakan-kebijakan

yang berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam mencegah penyakit

Demam Berdarah Dengue..

2. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada warga masyarakat desa

Waleure kecamatan Langowan Timur atau masyarakat yang tinggal di

daerah yang angka kejadian DBD-nya masih tinggi, untuk mengurangi

angka kejadian Demam Berdarah Dengue.

3. Sebagai latihan bagi penulis untuk menggunakan atau menerapkan

pengetahuan tentang pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue di

masyarakat dalam rangka menekan angka penyakit tersebut

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Pengertian5,6

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang

terutama terdapat pada anak dan remaja atau pada orang dewasa,

disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti,

dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot / nyeri sendi yang

disertai leukopenia, dengan atau tanpa ruam, dan limfadenopati, demam

bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerkan bola mata,

gangguan rasa mengecap, trombositopenia ringan,petekie spontan, dan

yang biasanya memburuk setelah pada dua hari pertama. Sindrom renjatan

dengue (dengue shock syndrom, disingkat DSS).

2. Epidemiologi 7

Penyakit DBD pertama kali dicurigai ada di Indonesia pada

tahun 1968 tepatnya di kota Surabaya, tetapi konfirmasi virologisnya baru

diperoleh pada tahun 1970. Di Sulawesi Utara penyakit ini petama kali di

temukan pada tahun 1973. Pada saat ini penyakit Demam Berdarah

Dengue sudah endemis di banyak kota-kota besar, bahkan penyakit ini

sudah berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus penyakit

Demam Berdarah Dengue, Indonesia menempati tempat kedua setelah

5
Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata Demam Berdarah

Dengue di Indonesia terus meningkat dari 0.05% (1968), menjadi 8.14

(1973), 8.65 (1983), dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu

35.19 per 100.000penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133

orang. Pada saat ini Demam Berdarah Dengue sudah menyebarluas di

kawasan Asia Tenggara, Pasific Barat dan Karibia. Morbiditas dan

mortalitas Demam Berdarah Dengue yang dilaporkan diberbagai Negara

beberapa Negara bervariasi disebabkan beberapa faktor, antara lain status

umur penduduk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus Dengue,

prevalensi serotipe virus Dengue dan kondisi meteorologis. Secara

keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin, tetapi kematian

lebih sering ditemukan pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.

Wilayah Indonesia mempunyai dua iklim yaitu kemarau dan penghujan.

Hasil pengamatan kasus DBD selama 5 tahun terakhir di Indonesia

menunjukan peningkatan kasus biasanya pada musim hujan, yakni bulan

november sampai dengan maret. Di beberapa kota, puncak penularan

pertama penularan penyakit DBD terjadi bulan januari hingga februari,

puncak kedua muncul pada bulan april sampai juni.8

3. Etiologi dan Vektor Penular

Penyebab penyakit DBD adalah virus Dengue, virus Dengue

yang termasuk dalam grup B Antropod Borne Virus (Arboviruses) adalah

virus RNA, genus Flavivirus, termasuk family Flacviridae. Sampai saat

ini dikenal ada 4 serotipe: DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4. infeksi

6
dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibodi protektif seumur

hidup untuk serotype yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotype yang

lain. Ke-4 serotype virus tersebut ditemukan diberbagai daerah di

Indonesia. Serotype DEN-3 merupakan serotype yang dominan di

Indonesia dan ada hubungannya dengan kasus-kasus berat pada saat

terjadi kejadian luar biasa.9

Virus Dengue ini dibawah oleh nyamuk Aedes aegypti yang

mempunyai ciri belang hitam-putih diseluruh tubuhnya. Selain nyamuk

Aedes aegypti ada juga jenis nyamuk Aedes albopictus yang merupakan

vector penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui

gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan faktor penting di daerah

perkotaan (daerah urban) sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural)

kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan.

Nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak di tempat lembab dan genangan

air bersih. Sedangkan Aedes albopictus berkembangbiak di lubang-lubang

pohon dalam potongan bambu, dalam lipatan daun dan dalam genangan

air lainnya.1 Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-tempat

penyimpanan air di dalam atau di sekitar rumah, atau di tempat-tempat

umum, biasanya berjarak tidak lebih 500 meter dari rumah. Nyamuk ini

tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang berhubungan langsung

dengan tanah.10 Jenis-jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:

7
a. Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari seperti

drum, tangki air, tempayan, bak mandi/WC, ember dan lain-lain.

b. Tempat penampungan Air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:

tempat minum burung, vas bunga, dan barang-barang bekas (ban, kaleng,

botol, plastic dan lain-lain).

c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu,

pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu dan lain-lain.

Hanya nyamuk Aedes aegypti betina saja yang mengigit dan

mengisap darah sedangkan yang jantan hidup dari sari bunga tumbu-

tumbuhan. Nyamuk Aedes aegypti betina mempunyai dua periode

penghisapan darah manusia, pertama dipagi hari selama beberapa jam

setelah matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap.

Nyamuk dewasa memiliki rata-rata hidup berkisar antara 2 minggu - 3

bulan, atau rata-rata 1 ½ bulan, tergantung dari suhu dan kelembapan

udara disekeliling.10

4. Cara Penularan

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan

infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus

dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan

sumber penular penyakit DBD. Virus Dengue berada dalam darah selama

4-7 hari dimulai pada saat 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita

tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut

8
terhisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan

memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk

termasuk dalam kelenjar liurnya.11

Virus Dengue di dalam tubuh manusia mengalami masa

inkubasi selama 4-7 hari (viremia) yang disebut dengan masa inkubasi

intrinsik. Di dalam tubuh nyamuk, virus berkembang setelah 4-7 hari

kemudian nyamuk siap untuk menularkan kepada orang lain yang disebut

masa inkubasi ekstrinsik. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh

nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang

menghisap virus Dengue ini menjadi penular (infektif) sepanjang

hidupnya. Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit,

sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat

tusuknya (probocis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama

air liur itulah virus Dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.

Nyamuk Aedes aegypti betina umurnya dapat mencapai 2-3 bulan.12

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penularan Penyakit DBD

1. Lingkungan6

Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular

penyakit Demam Berdarah Dengue dengan manusia yang dapat

mengakibatkan terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue. Hal-hal

yang diperhatikan di lingkungan yang berkaitan dengan vektor penularan

Demam Berdarah Dengue antara lain:

9
a. Sumber air yang digunakan

Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah

merupakan tempat perindukan yang potensial bagi vektor Demam

Berdarah Dengue.

b. Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA)

Tempat penampungan air yang berjentik, lebih besar kemungkinan

terjadinya Demam Berdarah Dengue dibandingkan dengan tempat

penampungan air yang tidak berjentik.

c. Kebersihan lingkungan

Lingkungan yang tidak bersih dari kaleng/ban bekas, tempurung, dan

lain-lain juga merupakan faktor terbesar terjadinya Demam Berdarah

Dengue.

B. Perilaku

1. Defenisi Perilaku

Perilaku merupakan tindakan atau perbuatan suatu organisme

yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari, Robert Kwick (1974).

Skinner menyatakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara

perangsang, (stimulus), tanggapan dan respon. Aspek perilaku yang

dikembangkan dalam proses pendidikan meliputi tiga ranah yaitu: ranah

kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotor

(ketrampilan). Bloom (1908)

10
Dari uraian diatas, Notoadmodjo (2007) mengambil

kesimpulan bahwa perilaku manusia secara operasional dapat di

kelompokkan menjadi tiga macam, yaitu perilaku dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan nyata atau perbuatan.13

2. Bentuk Operasional Perilaku13

Menurut Notoatmodjo (2007) bentuk operasional dari pada

perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

b. Perilaku dalam bentuk sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.

Atau dengan kata lain bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup.

c. Perilaku dalam bentuk tindakan (practice) adalah suatu sikap belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas.

11
3. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku.

Menurut Green faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku,

yaitu:

a. Faktor prediposisi (predisposing factors) : pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, nilai dan sebagainya.

b. Faktor yang mendukung(enabling factors) : ketersediaan sumber-

sumber/fasilitas.

c. Faktor memperkuat atau mendorong (reinforcing factors) : sikap dan

perilaku

4. Klasifikasi perilaku

Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (Health

related behavior) menurut Becker (1979, dikutip dari Notoadmodjo, 2007)13

sebagai berikut:

a. Perilaku kesehatan

b. Perilaku sakit

c. Perilaku peran sakit

5. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoadmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku kesehatan

pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus

yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, serta lingkungan.133

12
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana

manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi

penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun aktif

(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan

tingkat-tingkat pencegahan penyakit14, yakni:

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,

(health promotion behavior).

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respon

untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya: tidur memakai kelambu

untuk mencegah gigitan nyamuk aedes aegepty. Termasuk juga perilaku

untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.

c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking

behavior). Yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan,

misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari

pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri,

dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional

(dukun, sinshe dan sebagainya).

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation

behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan

kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.

13
2. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor

dianggap cara paling memadai saat ini. Vektor Dengue khususnya aedes

aegypty yang mempunyai ciri-ciri berupa belang hitam putih sebenarnya

mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air

bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor

tersebar luas, untuk keberhasilan pemberantasan diperlukan total coverage

(meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.

Pencegahan wabah penyakit Demam Berdarah Dengue didasarkan pada

pengendalian vektor, karena vaksin belum tersedia. Saat ini satu-satunya

cara yang efektif untuk menghindari infeksi virus Dengue adalah

menghindari gigitan dari nyamuk yang terinfeksi. 5, 11

3. Perilaku masyarakat terhadap pencegahan penyakit DBD

Dalam masalah ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya

pencegahan penyakit DBD dengan memutus mata rantai penularannya

dengan pemberantasan vektor penyakit demam berdarah dengue. Namun

yang terdepan dan strategis dalam pelaksanaan pencegahan DBD ini adalah

perilaku keluarga dalam memutuskan mata rantai penularan penyakit DBD

di lingkungannya. 11

Perilaku keluarga yang dimaksud dalam pencegahan penyakit

DBD adalah keterlibatan tanggung jawab mental dan emosional.

14
Keterlibatan tanggung jawab meliputi penyediaan sarana kesehatan

lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan misalnya penyediaan tong

sampah, pengelolaan sarana yang diadakan agar tetap terjamin dan

terpelihara sehingga tidak menjadi perindukan vektor penyakit DBD

misalnya memelihara parit dengan tidak membuang sampah kedalamnya,

pemantauan dan pengawasan lingkungan rumah tangga dan halaman erat

kaitannya dalam pencegahan penyakit DBD. Keterlibatan emosional

menyangkut berbagai anjuran-anjuran kepada anggota keluarga dengan

berbuat sesuatu dalam kaitannya dengan penyediaan sarana dan upaya

pemberantasan penyakit DBD .

Menurut Soedarmo (2005), dalam melakukan pencegahan penyakit DBD ini

keluarga perlu melakukan beberapa metode yang tepat yaitu 5:

a. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain

dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,

modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk, sebagai contoh keluarga

dapat melakukan:

1) Menguras bak mandi/penampungan air satu kali seminggu.

2) Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minuman burung

seminggu sekali.

3) Menutup rapat tempat penampungan air.

4) Mengubur kaleng bekas, botol-botol, ban, pelastik, kulit kerang,

bekas pembungkus makanan yang ada disekitar rumah.

15
b. Biologi

Pencegahan penyakit DBD secara biologi antara lain dengan

menggunakan ikan pemakan jentik jika mempunyai kolam di sekitar

rumah.

c. Kimiawi

Cara pencegahan menurut Depkes (2005), antara lain11:

1) Pengasapan/fogging berguna untuk mengurangi kemungkinan

penularan sampai batas waktu tertentu.

2) Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan seperti

gentong air, bak mandi, vas bunga, dan kolam sesuai dengan

dosis/takaran yaitu 1 gram bubuk abate untuk 10 liter air.

d. Cara lain yang dapat dilakukan masyarakat, misalnya:

(a) Pakaian sebagai pelindung dapat mengurangi resiko gigitan

nyamuk jika pakaian cukup tebal atau longgar dan gunakanlah

baju lengan panjang dan celana panjang.

(b) Gunakan racun nyamuk boleh obat nyamuk bakar, gosok,

maupun yang semprot.

(c) Hindari tidur siang, terutama di pagi hari antara jam 9-10 atau

sore hari sekitar jam 3-5, karena nyamuk aedes aegepty

mempunyai kebiasaan menggigit pada pada jam-jam tersebut.

16
(d) Gunakan kelambu saat tidur atau gunakan kipas angin di kamar

tidur karena nyamuk pada umumnya tidak suka dilingkungan

berangin.

(e) Singkirkan pakaian-pakaian yang tergantung di balik pintu di

dalam kamar, karena nyamuk aedes aegepty senang berada

ditempat gelap dan istirahat di pakaian yang bergantungan.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa cara yang paling efektif

yang dapat dilakukan keluarga dalam pencegahan penyaki Demam Berdarah

Dengue adalah dengan 3M, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu

juga melakukan beberapa cara pencegahan yang lain seperti memelihara ikan

pemakan jentik, memberikan bubuk abate, menggunakan kelambu pada

waktu tidur, memasang kelambu, menyemprot dengan insektisida,

memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dan lain-lain sesuai

dengan kondisi setempat.10,11

17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian :

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dengan menggunakan

metode survei.

B. Lokasi dan Waktu penelitian :

Lokasi : Desa Waleure kecamatan Langowan Timur

Waktu : 3 bulan ( November 2011 – Januari 2012)

C. Populasi dan Sampel :

Populasi : Dalam penelitian ini dalah seluruh kepala keluarga

yang ada di desa Waleure kecamatan Langowan Timur yang berjumlah

625 kepala keluarga yang terbagi dalam 6 lingkungan/jaga.

Sampel : Penentuan besar sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus menurut Lemeshow.15

18
Besar sampel dapat dihitung sebagai berikut

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d2 = Derajat ketepatan yang digunakan 10%

maka dengan menggunakan rumus diatas, didapatkan :

Maka jumlah sampel minimal yang akan diambil adalah 86 sampel

kemudian dibulatkan menjadi 90 sampel. Selanjutnya untuk menentukan

sampel terpilih digunakan cara proportional random sampling, sesuai dengan

jumlah KK untuk tiap jaga yang ada. Jumlah responden untuk tiap-tiap dusun

adalah:

Tabel 01. Distribusi Kepala Keluarga Desa Waleure

19
NO Jaga N Sampel yang akan
diambil
1 I 106 16
2 II 98 13
3 III 102 14
4 IV 104 15
5 V 102 14
6 VI 113 18
JUMLAH 625 90

Kriteria inklusi :

1. Warga yang tinggal di desa Waleure kecamatan Langowan Timur,

sekurang-kurangnya 1 tahun.

2. Warga berusia 18-70 tahun (dewasa)

3. Sehat jasmani dan rohani

4. Berada di rumah saat wawancara dilakukan

5. Bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi :

20
1. Warga desa yang belum dewasa

2. Warga desa yang tidak sehat secara jasmani atau rohani

D. Variabel :

1) Karakteristik responden :

 Usia

 Jenis kelamin

 Pendidikan

 Pekerjaan

 Agama

2) Pengetahuan responden :

 Informasi tentang Demam Berdarah Dengue

 Cara penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue

 Tempat berkembang biak nyamuk Demam Berdarah

Dengue

 Kebiasaan mengigit dari nyamuk Demam Berdarah Dengue

 Bahaya penyakit Demam Berdarah Dengue

 Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue

 3M sebagai salah satu pencegahan penyakit Demam

Berdarah Dengue

21
 Bubuk abate sebagai salah satu pencegahan penyakit

Demam Berdarah Dengue

3) Tindakan responden

 Pengurusan tempat penampungan air

 Penguburan sampah

 Penutupan tempat penampungan air

 Penggunaan obat anti-nyamuk

 Penggunaan lotion anti-nyamuk

 Pennggunaan bubuk abate

 Penggunaan kelambu

 Penggunaan kawat pada ventilasi rumah

 Pembersihan pekarangan dan halaman rumah

 Pengasapan atau fogging

E. Teknik pengumpulan data :

1. Mengadakan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang

berisi pernyataan yang telah disusun sebagai alat pengumpulan

data

F. Pengelohan dan analisis data16, 17 :

Data diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan teks, kemudian

dianalisis berdasarkan persentase.

22
Penilaian terhadap variable pengetahuan didasarkan pada rata-rata

jawaban yang benar sesuai dengan skala pengukuran Guttman. Skala Guttman

yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas. Skala Guttman hanya memiliki

2 interval penilaian yaitu baik dan buruk. Untuk jawaban positif seperti setuju,

benar, pernah dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban

negatif seperti tidak setuju, salah, tidak, tidak pernah, dan semacamnya diberi

skor 0.

Jumlah jawaban yang benar dibagi jumlah pertanyaan dikali dengan

100%. Pengetahuan dianggap baik apabila hasil yang didapatkan lebih besar

dari Mean. Mean adalah rata-rata jumlah jawaban yang benar dibagi jumlah

pertanyaan benar dikali 100%/.

Interpretasi penilaian pengetahuan berdasarkan pada skala Guttman:

0 – 50% : buruk

51 – 100% : baik

G. Definisi Operasional :

a. Pengetahuan keluarga terhadap pencegahan DBD

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui keluarga tentang penyakit DBD,

dengan tingkat pengetahuan tahu (C1), memahami (C2) dan mengaplikasikan

(C3) yang meliputi:

 Tahu (Know) mengetaui pengertian penyakit DBD, penyebab, DBD serta

tanda dan gejala DBD.

23
 Pemahaman (Comperhansion) memahami cara pencegahan penyakit DBD itu

sendiri.

4. Mengamplikasikan, yaitu cara penganan penyakit DBD.

b. Tindakan keluarga terhadap pencegahan DBD

Tindakan dalam penelitian ini apakah keluarga melaksanakan program

pencegahan penyakit DBD dalam hal ini meliputi :

a). 3M :
1. Menguras bak air
2. Menutup penampungan air

3. Mengubur barang-barang bekas

b). Menggunakan bubuk abate pada tempat penampungan air

c). Menggunakan kawat pada ventilasi rumah.

d). Penggunaan obat dan lotion anti-nyamuk.

e). Pembersihan pekarangan dan halaman rumah.

f). Melakukan pengasapan / fogging.

g). Penggunaan kelambu.

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis

Desa Waleure adalah suatu desa yang berada di kecamatan

Langowan Timur Kabupaten Minahasa. Luas wilayah ± 73,40 Ha.

Terletak pada ketinggian sekitar 850-1100 meter dari permukaan laut.

Suhu rata-rata berkisar antara 23-28 derajat Celcius.

Batas wilayah Desa Waleure yaitu :

Utara : Desa Karumenga

Timur : Desa Amongena 1 / Desa Sumarayar

Selatan : Desa Wolaang

Barat : Desa Walantakan

b. Keadaan Penduduk

25
Jumlah penduduk Desa Waleure Kecamatan Langowan Timur

adalah sebanyak 2658 jiwa, terdiri dari pria berjumlah 1311 jiwa dan

wanita berjumlah 1347, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 625.

Tabel 01. Distribusi Kepala Keluarga Desa Waleure

NO Jaga N Jumlah sampel

1 I 106 16

2 II 98 13

3 III 102 14

4 IV 104 15

5 V 102 14

6 VI 113 18

Jumlah 625 90

Sesuai dengan tabel diatas jaga VI memiliki jumlah penduduk paling

banyak dengan jumlah 113 KK (18,08%), jaga I memiliki 106 KK

(16,96%), jaga VI memiliki 104 KK (16,64%), jaga III dan V memiliki

102 KK (16,32%), dan jaga II 98 KK (15,68%).

c. Keadaan Pendidikan

Tidak Sekolah : 83

26
SD : 201

SMP : 1012

SMA :1267

Diploma / S1 : 95

d. Mata Pencaharian

Petani : 20 %

Pedagang : 30 %

Pegawai :5%

Peternak :5%

Tukang kayu : 17 %

Penjahit : 1,5 %

Pensiunan : 10 %

Swasta : 10 %

Industri kecil : 1,5 %

2. Uraian Penelitian

Jumlah responden yang telah diambil datanya adalah 90 responden

yang memenuhi kriteria inklusi.

27
a. Karakteristik Responden

Tabel 02. Distribusi Berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok N Persentase (%)


Umur
1 18-29 10 11,1
2 30-39 23 25,6
3 40-49 33 36,7
4 50-59 20 22,2
5 60-69 4 4,4

Jumlah 90 100

Menurut tabel diatas kelompok umur responden yang paling banyak

berada pada urutan ke 3 yaitu yang berumur 40-49 tahun sebanyak 33

responden (36,7%), 30-39 tahun 23 responden (25,6%), 50-59 tahun 20

responden (22,2%), 18-29 tahun 10 responden (11,1%), dan 60-69 tahun 4

responden (4,4%).

Tabel 03. Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin responden


Jawaban N Persentase (%)
Laki-laki 45 50.0
Perempuan 45 50.0

28
Total 90 100

Berdasarkan tabel 03 diatas responden laki-laki dan perempuan sama


banyaknya yaitu laki-laki 45 responden (50%), dan perempuan 45
responden (50%).

Tabel 04. Distribusi Responden Berdasarkan Agama


Agama N Persentase (%)
  Kristen Protestan 79 88.0
Kristen Katolik 4 4,3
Islam 7 7,7
Budha 0 0
  Hindu 0 0

Jumlah 90 100.0

Be

Berdasarkan tabel 04 diatas agama yang paling banyak dipeluk oleh

responden adalah Kristen Protestan 79 responden (88,0%), Islam 7

responden (7,7%), dan Kristen Katolik 4 responden (4,3%). Tidak ada

responden yang beragama Budha atau Hindu.

29
Tabel 05. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan N Persentase (%)
Wiraswata 37 41.1
PNS 2 2.2
IRT 35 38.9
petani 16 17.8

Total 90 100

Berdasarkan tabel 05 di atas maka pekerjaan responden yang paling

banyak adalah Wiraswasta 37 responden (41,1%), IRT 35 responden

(38,9%), petani 16 responden (17,8%), dan PNS 2 responden (2,2%).

30
Tabel 06. Distribusi Berdasarkan Pendidikan
Jenis Pendidikan N Persentase (%)
SD 8 8.9
SMP 25 27.8
SMA 55 61.1
S1 2 2.2

Total 9 100

Pada tabel 06 di atas menunjukan pendidikan terakhir responden yang


terbanyak adalah SMA 55 responden (61,1%), SMP 25 responden (27,8%),
SD 8 responden (8,9%), dan S1 2 responden (2,2%)

b. Gambaran Perilaku Masyarakat Desa Waleure

Tabel 07. Apakah Responden Pernah Mendapat Informasi Tentang


Penyakit Demam Berdarah Dengue
Jawaban
N Persentase (%)
Ya 81 90.0

Tidak 9 10.0

90

Total 90 100

31
Berdasarkan tabel 07 di atas dapat diketahui bahwa hampir seluruh

warga Desa Waleure pernah mendapatkan informasi tentang penyakit

Demam Berdarah Dengue yaitu 81 responden (90%) dan sisanya yang tidak

pernah mendapat informasi tentang penyakit Demam Berdarah Dengue ada 9

responden (10%).

Tabel 08. Pengetahuan Responden tentang cara penyebaran


penyakit Demam berdarah Dengue
Jawaban N Persentase (%)
Ya 87 96,6
Tidak 3 3,4

Total 90 100

Dari jawaban responden pada tabel 08 dapat dilihat bahwa

pengetahuan reponden terhadap cara penyebaran penyakit Demam Berdarah

Dengue sudah sangat baik, 87 responden (96,6%) menjawab tahu tentang

cara penyebaran penyakit ini sedangkan sisanya 3 responden (3,4%)

menjawab tidak tahu.

32
Tabel 09. Pengetahuan Responden terhadap bahaya penyakit
Demam Berdarah Dengue
Jawaban N Persentase (%)
Ya 61 67.8

Tidak 29 32.2

Total 90 100

Dari jawaban yang diberikan responden pada tabel 09 dapat diketahui

bahwa lebih dari 60% menjawab mengetahui bahaya penyakit Demam Berdarah

Dengue 61 responden (67,8%) dan sisanya menjawab tidak 29 responden (32,2%).

Tabel 10. Pengetahuan responden tentang tempat berkembang


biak nyamuk demam berdarah
Jawaban N Persentase (%)
Ya 35 38.9

Tidak 55 61.1

Total 90 100

Tabel 10 menujukan bahwa responden yang tidak mengetahui tempat

berkembang biak nyamuk Demam Berdarah Dengue ada 55 responden

33
(61,1%) dan yang menjawab mengetahui tempat berkembang biak nyamuk

Demam berdarah Dengue 35 responden (38,9%).

Tabel 11. Pengetahuan responden tentang waktu nyamuk demam


berdarah biasa menggigit
Jawaban N Persentase (%)
Ya 28 31.1

Tidak 62 68.9

Total 90 100

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa 62 responden (68,9%) tidak

mengetahui tentang waktu nyamuk Demam Berdarah Dengue menggigit dan

sisanya 28 responden (31,1%) menjawab mengetahui tentang waktu nyamuk

Demam Berdarah Dengue.

34
Tabel 12. Pengetahuan responden tentang gejala penyakit demam
berdarah
Jawaban N Persentase (%)
Ya 70 77.8

Tidak 20 22.2

Total 90 100

Dari tabel 12 diketahui bahwa 70 responden (77,8%) mengetahui

tentang gejala Demam Berdarah Dengue dan sisanya 20 responden (22,2%)

tidak mengetahui gejala penyakit Demam berdarah Dengue.

Tabel 13. Apakah menurut responden penyakit demam berdarah bisa


dicegah
Jawaban N Persentase (%)
Ya 90 100

Tidak 0 0

Total 90 100

35
Menurut tabel 13, 90 responden (100%) menjawab bahwa penyakit

Demam Berdarah Dengue bisa dicegah.

Tabel 14.Apakah anda responden mendapatkan informasi tentang


pencegahan demam berdarah

Jawaban N Persentase (%)


Ya 77 85.6

Tidak 13 14.4

Total 90 100

Tabel 14 menunjukan bahwa 77 responden pernah mendapat informasi

tentang pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue dan sisanya 13

responden (14,4%) tidak pernah mendapat informasi tentang pencegahan

penyakit Demam Berdarah Dengue.

36
Tabel 15. Pengetahuan responden tentang 3M
Jawaban N Persentase (%)
Ya 83 92.2

Tidak 7 7.8

Total 90 100

Dari tabel 15 diketahui bahwa kebanyakan responden mengetahui

tentang 3M (92,2%) dan sisanya tidak tahu (7,8%).

Tabel 16. Tindakan responden tentang melakukan pengurasan bak


mandi / tempat penampungan air
Jawaban N Persentase (%)
Ya 78 86.7

Tidak 12 13.3

Total 90 100

37
Tabel 16 menunjukan tindakan responden yang melakukan pengurasan

bak mandi / tempat penampungan air 78 responden (86,7%) dan tidak

melakukan ada 12 responden (13,3%).


Jawaban N Persentase (%)
Tabel
Ya17. Tindakan responden51
yang sering melakukan
56.7 penguburan
sampah
Tidak 39 43.3
Jawaban N Persentase (%)
Ya 22 24.4
Total 90 100
Tidak 68 75.6

Total 90 100

Dari hasil yang ditunjukan tabel 17 diketahui bahwa kebanyakan dari

responden tidak mengubur sampah mereka 68 responden (75,6%) dan hanya

22 responden (24,4) yang mengubur sampah mereka.

Table 18, Tindakan responden yang sering menutup tempat


penampungan air

38
Dari tabel 18 diatas diketahui bahwa responden yang sering menutup

tempat penampungan airnya ada 51 responden (56,7%) dan yang tidak sering

menutup tempat penampungan airnya ada 39 responden (43,3%).

Tabel 19. Pengetahuan responden bubuk abate


Jawaban N Persentase (%)
Ya 56 62.2

Tidak 34 37.8

Total 90 100

Responden yang mengetahui tentang bubuk abate berjumlah 56


responden dan yang tidak mengetahui tentang bubuk abate berjumlah 34
responden (37,8%).

Tabel 20. Tindakan responden yang pernah memberikan


bubuk abate di tempat penampungan air
Jawaban
N Persentase (%)
Ya 27 30.0

Tidak 63 70.0

39

Total 90 100
Dari tabel 20 diatas diketahui bahwa 63 responden (70%) tidak pernah

menaruh bubuk abate pada tempat penampungan airnya dan sisa 27

responden (30%) yang pernah memberikan bubuk abate pada tempat

penampungan airnya.

Tabel 21 Tindakan responden yang memakai kelambu di


tempat tidur / tempat tidur anak anak responden
jawaban N Persentase (%)
Ya 62 68.9

Tidak 28 31,1

Total 90 100

Responden yang menggunakan kelambu ditempat tidur mereka/ ditempat

tidur anak-anak mereka ada 62 responden (68,9%) dan yang tidak ada 28

responden (31,1%).

40
Tabel 22. Tindakan responden yang menggunakan obat anti-
nyamuk
Jawaban N Persentase (%)
Ya 73 81.1

Tidak 17 18.9

100.0

Total 90 100

Tabel 22 menunjukan 73 responden (81,1%) menggunakan obat anti-

nyamuk dan sisanya 17 responden (18,9%) tidak menggunakannya.

Tabel 23. Tindakan responden yang menggunakan lotion anti


nyamuk
Jawaban N Persentase (%)
Ya 39 43.3

Tidak 51 56.7

Total 90 100

41
Tabel 24. Tindakan responden yang ventilasi rumahnya telah
dipasangi kawat
Jawaban
N Persentase (%)
Ya 66 73.3

Tidak 24 26.7

Total 90 100

Dari hasil yang didapatkan pada tabel 23 ada 51 responden (56,7%)

menggunakan lotion anti-nyamuk dan 39 responden (43,3%) yang tidak

menggunakan lotion anti-nyamuk.

Enam puluh enam responden (73,3%) menggunakan kawat pada ventilasi

rumahnya dan sisanya 24 responden (26,7%) tidak menggunakan kawat pada

ventilasi rumahnya.

42
Tabel 25. Tindakan responden yang membersihkan
pekarangan rumah / halaman untuk mencegah perkembang
biakan nyamuk demam berdarah
Jawaban N Persentase (%)
Ya 90 100.0

Tidak 0 0

Total 90 100

Dari tabel 25 didapatkan bahwa responden 100% membersihkan

pekarangan rumah / halamanya untuk mencegah perkembang biakan

nyamuk Demam Berdarah Dengue.

Tabel 26. Lingkungan responden yang pernah dilakukan


pengasapan / fogging
Jawaban
N Persentase (%)
Ya 90 100.0

Tidak 0 0

Total 90 100

Tabel 26 menunjukan ditiap lingkungan yang dihuni oleh responden

telah dilakukan pengasapan.

43
B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini didapatkan 90 KK yang bersedia menjadi

responden yang telah memenuhi kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi

sebagai berikut; warga yang tinggal di desa Waleure kecamatan Langowan

Timur, sekurang-kurangnya 1 tahun, berusia 18-70 tahun, sehat jasmani dan

rohani, berada di rumah pada saat wawancara dilakukan, dan bersedia

menjadi responden.

44
Seperti yang terlihat pada tabel 02 dapat diketahui bahwa kelompok

umur responden yang terbanyak adalah yang berumur 40-49 tahun yaitu

sebanyak 33 responden (36,7%), umur 30-39 tahun 23 responden (25,6%),

umur 50-59 tahun (22,2%), umur 18-29 tahun (11,1%), dan umur 60-69

tahun (4,4%).

Jenis kelamin responden laki-laki maunpun perempuan sama banyak

yaitu 45 responden (50%).

Dilihat dari tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah tamat

SMA yaitu 55 responden (61,9%), tamat SMP 25 responden (27,8%), tamat

SD 8 responden (8,9%), dan yang bergalar S1 2 responden (2,2%). Dapat

dilihat disini bahwa tingkat pendidikan responden sudah cukup baik. Hal ini

sangat berguna dalam penyerapan informasi yang dilakukan dilapangan,

khususnya yang berkaitan dengan pencegahan penyakit Demam Berdarah

Dengue.

Dari segi agama responden kebanyakan beragama Kristen Protestan 79

responden (87,8%), Islam 7 responden (7,8%), dan Kristen Katolik 4

responden (4,4%). Dari segi pekerjaan 37 responden (41,1%) berprofesi

sebagai wirausahawan, 35 responden (38,9%) berprofesi sebagai ibu rumah

tangga, 16 responden (17,8%) berprofesi sebagai petani, dan 2 responden

(2,2%) berprofesi sebagai pegawai negeri sipil.

2. Pengetahuan Responden

45
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang informasi yang

pernah diterima oleh responden tentang penyakit Demam Berdarah Dengue

sudah baik, ada 81 responden (87,1%) yang pernah mendapat informasi

tentang penyakit Demam Berdarah Dengue ini. Kebanyakan dari responden

mendapatkan informasi tersebut dari media elektronik dan media cetak, juga

dari petugas-petugas kesehatan setempat. Ini menunjukan keaktifan petugas-

petugas kesehatan daerah setempat dan peran serta media cetak dan

elektronik dalam memberi pengetahuan dan informasi kepada warga

masyarakan tentang penyakit Demam Berdarah Dengue ini.

Pengetahuan tentang cara penyebaran penyakit Demam Berdarah juga

sudah sangat baik, dimana dari 90 responden yang di wawancara 87

responden (96,6%) menjawab tahu tentang cara penyebaran penyakit ini,

sedangkan sisanya 3 responden (3,4%) menjawab tidak tahu.

Umumnya pengetahuan responden tentang bahaya penyakit Demam

Berdarah Dengue sudah cukup baik, hal ini di buktikan dengan jawaban dari

responden. 61 responden (67,8%) menjawab mengetahui tentang bahaya

penyakit Demam Berdarah Dengue, dan sisanya 29 responden (32,2%).

Untuk pengetahuan responden tentang tempat berkembang biak

nyamuk Demam Berdarah Dengue masih rendah, 61,1% responden tidak

mengetahui tempat perkembang biakan nyamuk Demam Berdarah,

sedangkan yang tahu hanya 37,6% saja. Ini menunjukan bahwa para

46
petugas-petugas kesehatan harus lebih aktif dalam memberikan informasi

tentang tempat nyamuk Demam Berdarah berkembang biak kepada

masyarakat.

Pengetahuan responden tentang gejala penyakit Demam Berdarah

Dengue juga sudah cukup baik, 70 responden (77,8%) menjawab

mengetahui gejala penyakit Demam Berdarah Dengue, dan sisanya 20

respoden (22,2%) menjawab tidak tahu. Ini menunjukan kesiapan responden

dalam menghadapi penyakit Demam Berdarah Dengue.

Untuk pengetahuan tentang bisa atau tidaknya penyakit Demam

Berdarah Dengue dicegah, para responden umumnya menjawab bisa

(100%). Responden yang menjawab pernah mendapatkan informasi tentang

pencegahan Demam Berdarah ada 77 responden (85,6%) dan sisanya 13

responden (14,4%) tidak pernah mendapatkan informasi tentang pencegahan

penyakit Demam Berdarah Dengue. Hal ini menunjukan responden

kebanyakan sudah mengetahui informasi tentang cara pencegahan penyakit

ini.

Delapan puluh tiga responden (92,2%) mengetahui tentang 3M dan

sisanya 7 responden (7,8%) tidak mengetahui tentang 3M. Lima puluh enam

responden (62,2%) menjawab pernah mendapat informasi atau tahu tentang

bubuk abate, dan sisanya 34 responden (37,8%) tidak pernah mendapat

informasi tentang bubuk abate.

47
Secara keseluruhan tingkat pengetahuan responden tentang penyakit

Demam Berdarah dan cara pencegahannya sudah cukup baik. Pengetahuan

tersebut sangat berguna untuk dapat mencegah penularan penyakit Demam

Berdarah Dengue.

3. Tindakan Responden

Dari data yang didapatkan tentang tindakan responden dalam hal ini

untuk menguras bak penampungan air milik mereka, 78 responden (86,7%)

sering membersihkan bak tempat penampungan air mereka, dan sisanya 12

responden (13,3%) jarang melakukannya atau ada beberapa responden yang

tidak mempunyai bak penampungan air dirumahnya sehingga tidak pernah

melakukanya.

Kebanyakan responden tidak mengubur sampah mereka dalam tanah,

68 responden (75,6%) lebih memilih membakar sampah atau membuang

sampah ke tempat pembuangan sampah terdekat, hal ini disebabkan

kurangnya tempat untuk mengubur sampah-sampah tersebut. Sisanya 22

responden (23,7%) lebih memilih mengubur sampah mereka.

Tindakan responden dalam mencegah perkembangbiakan nyamuk

demam berdarah dengan cara menutup tempat penampungan air milik

responden juga sudah baik, dimana ada 51 responden (56,7%) yang sering

menutup tempat penampungan air mereka, dan sisanya 39 responden

48
(43,4%) jarang atau tidak pernah sama sekali menutup tempat penampungan

air milik mereka.

Tindakan responden dalam hal ini pernah memberikan bubuk abate

pada bak penampungan air milik responden, dalam hal ini 63 responden

(70%) belum pernah menaruh bubuk abate didalam bak penampungan air

mereka, dan sisanya 27 responden (30%) mengatakan pernah memberikan

bubuk abate pada bak penampungan air mereka. Hal ini disebabkan

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bubuk abate tersebut,dan masih

terbatasnya bubuk abate yang tersedia di tempat tinggal responden.

Untuk tindakan responden memasang kelambu pada tempat tidur

responden atau anak-anak responden sudah sangat baik. 68,9% (62

responden) memasang kelambu pada tempat tidur mereka dan tempat tidur

anak-anak mereka, dan 31,1% (28 responden) tidak memakainya.

Dalam hal pencegahan gigitan nyamuk, para responden lebih memilih

menggunakan obat anti-nyamuk dibandingkan lotion anti-nyamuk. 73

responden (81,1%) memilih obat anti-nyamuk dan sisanya 17 responden

tidak menggunakan obat anti-nyamuk. Sedangkan untuk penggunaan lotion

anti-nyamuk dari 90 responden hanya 39 responden (43,3%) yang

menggunakan lotion anti-nyamuk dan sisamya 51 responden (56,7%) tidak

menggunakan lotion anti-nyamuk. Hal ini dikarenakan harga lotion anti-

nyamuk relatif lebih mahal dibandingkan obat anti-nyamuk yang sering

49
digunakan responden. Disamping itu pemakaian lotion dianggap hanya

untuk menahan gigitan nyamuk, tidak untuk mengusir nyamuk.

Tindakan responden yang ditunjukan lewat pemasangan kawat pada

ventilasi rumah responden untuk menghalangi nyamuk masuk ke dalam

rumah responden sudah sangat baik dimana 66 responden (73,3%) telah

memasang kawat pada ventilasi rumahnya sedangkan 24 responden (26,7%)

belum memasang kawat tersebut.

Tindakan yang dilakukan dalam mencegah perkembangbiakan

nyamuk Demam Berdarah Dengue dengan cara membersihkan pekarangan

rumah dan halaman rumah responden sangat baik, dimana 100% responden

selalu membersihkan pekarangan dan halaman rumah mereka setiap hari,

untuk mencegah nyamuk Demam Berdarah Dengue berkembangbiak.

Berdasarkan hasil penelitian ini, tindakan positif dalam mencegah

penyakit Demam Berdarah Dengue yang telah dilakukan para responden

sudah sangat bagus. Tindakan responden tersebut merupakan kebiasaan yang

telah dilakukan responden setiap hari.

50
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan responden terhadap penyakit Demam Berdarah

Dengue dan pencegahannya sudah baik, karena responden sudah

mendapatkan banyak informasi dari petugas kesehatan setempat,

dan dari media cetak maupun elektronik

2. Tindakan responden terhadap pencegahan penyakit Demam

Berdarah Dengue juga sudah baik, karena responden telah

51
mengetahui cara-cara pencegahan dari penyakit Demam Berdarah

Dengue

3. Perilaku masyarakat dalam mencegah penyakit Demam Berdarah

Dengue sudah baik, karena dari segi pengetahuan dan tindakan

para responden sudah menunjukan hasil yang positif dalam

pencegah terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue ini.

B. SARAN

1. Bagi Pemerintah

Dapat meningkatkan arahan atau penyuluhan tentang perilaku

yang baik dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue

dimasyarakat

2. Bagi masyarakat

Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga

kebersihan lingkungan untuk mencegah perkembangbiakan

nyamuk Demam Berdarah Dengue, dan meningkatkan kerja sama

antar warga masyarakat dalam mencegah penyakit Demam

Berdarah Dengue.

3. Bagi Peneliti

52
Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam

mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue, dan dapat

mengembangkan penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang

lebih sempurna.

4. Bagi Pendidikan

Meningkatkan penelitian dibidang kesehatan khususnya

tentang penyakit tropis yang sering terjadi di desa-desa, sehingga

dapat menjadi bahan acuan pada penelitian yang akan dating.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo S.P. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI; 2005

2. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT; Demam Berdarah Dengue.

Dalam buku: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Idrus A, Simadibrata M, Setiati S,

editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-V. Jakarta: Interna

Publishing; 2009. p. 2773-77

3. Rampengan T, Laurentz R. Penyakit Infeksi Pada Anak. EGC, 2005

4. Dinkes Sulut, jumlah penderita dan kematian DBD di Provinsi Sulawesi Utara

tahun 2008-2010

5. Soedarmo SSP. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI; 2005

53
6. Soegijanto S . Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Surabaya: Airlangga

University Press. 2006

7. Soedarmo SSP, Garna H, Salari HI, Hadinegoro SR. Buku Ajar : Infeksi dan

Pediatri Tropis. Edisi ke-II. Jakarta: IDAI; 2010. P.155-56

8. WHO. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah

Dengue. Penerbit: EGC, 2008

9. Anonym. Seminar Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah. Media

Litbangkes Vol. VIII No. 01. 2008

10. Blondine Ch. P, Rendro. W, Sukarno. Pengendalian Jentik Nyamuk Vektor

Demam Berdarah. Jakarta: Buletin Penelitian Kesehatan; 2007

11. Depkes RI. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan. Jakarta 2005

12. Suhardiono. Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam

Berdarah Dengue Oleh Puskesmas di Kabupaten/Kota Endemis Sumatera

Utara Tahun 2002. Tesis. USU. Medan. 2004.

13. Notoadmojo Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta; 2007

14. Chandra Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2010

15. Notoadmojo Soekidjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;

2005

54
16. Instrument dan Cara Pengumpulan Data (Online)

http://www.scribd.com/doc/52238595/20/Skala-Guttman diakses pada tanggal

2 November 2011

17. Tipe Skala Pengukuran (Online)

http://maskresno.wordpress.com/2008/01/30/teknik-penulisan-instrumen-

pengumpulan-data/ diakses pada tanggal 11 November 2011

18. Riduwan M.B.A. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta:

Alfabeta; 2010

19. Chandra Budiman. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010

20. Edberg M. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat Teori Sosial dan Perilaku.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010

21. Chandra Budiman. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan

Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010

22. Noor NN. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010

23. Azwar A, Prihartono J. metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara; 2009

24. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengan 3M (Online).

http://www.anneahira.com/3m-demam-berdarah.htm diakses pada tanggal 2

November 2011

25. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. bandung:

Alfabeta; 2011

55

Anda mungkin juga menyukai